"Apa!"Mendengar permintaan papanya membuat Dion sangat terkejut, mengetahui siapa adik kandungnya saja membuat dirinya masih sangat shock apalagi kini papanya meminta Andika untuk bekerja di perusahaan.Dion terduduk di sofa dalam keadaan yang tidak karu-karuan, mentalnya seakan dibunuh perlahan sehingga dia tak tau harus bagaimana.Menolak permintaan papanya jelas tidak mungkin mengingat itu adalah perusahaan papanya menerima kemauan papanya juga tidak mungkin juga mengingat Andika adalah rivalnya.ArrrgggggggPrankDion membuang gelas minuman yang dia bawa, sehingga membuat Renata yang fokus bekerja jadi kaget.Dia menghentikan jari-jarinya yang fokus di keyboard lalu menatap Dion yang terlihat tak karu-karuan.Tak sengaja pandangan mereka bertemu, tatapan Dion mengisyaratkan betapa rapuhnya dia sehingga membuat Renata perlahan mendekat."Ada masalah apa pak?" tanya Renata.Dion menggelengkan kepala tapi saat Renata ingin berbalik Dion memanggil Renata."Renata," panggil Dion.Rena
Fakta-fakta mengejutkan tentang Tuan mudanya sedikit demi sedikit mulai terkuak, pak Rangga sungguh tak habis pikir dengan pelik kehidupan anak-anak atasannya.Demi biaya pengobatan sang suami, Renata istri Andika meminjam uang pada Dion yang merupakan atasannya, informasi ini benar-benar membuat pak Rangga sangat shock, pak Rangga sudah memprediksi apa yang terjadi selanjutnya dan benar saja hatinya sedikit tergores mengetahui alasan kenapa Andika membenci Dion."Astaga, pantas Tuan Muda Dion dan Tuan Muda Andika bermusuhan," gumam Pak Rangga.Yang lebih mengejutkan lagi ternyata Renata hamil anak yang mana belum diketahui itu benih siapa. Berkali-kali pak Rangga memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening."Ini gimana konsepnya, kenapa bisa begini? aku nggak bisa membayangkan bingungnya mereka bertiga." Pak Rangga bermonolog dengan dirinya sendiri.Semua informasi kini telah pak Rangga dapatkan, beliau benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi, masalah ini jika tidak s
Pak Ferdi memegangi kepalanya dengan menangis, semua benar-benar diluar dugaan, pertemuan haru dan bahagia menjadi seperti ini. Kakak dan adik merebutkan wanita yang sama dan parahnya kini ada benih yang tumbuh yang mana belum diketahui milik siapa. "Papa sudah tua nak, jangan hukum papa seperti ini," kata pak Ferdi dengan terisak. Mendengar papanya berucap seperti itu membuat Dion langsung memeluk papanya, dia tak kuasa menahan air matanya. "Apakah ini hadiah untuk papa Dion?" tanya pak Ferdi. Dion menggelengkan kepala, hatinya sangat sesak mendengar kata itu keluar dari mulut papanya. Andika yang tak jauh dari sana cuma bisa diam, meski dia membenci Dion tapi bukan bearti dia membenci pak Ferdi apalagi ternyata sekarang pak Ferdi adalah ayah kandungnya. Tanpa berkata apa-apa Andika beranjak dari tempat duduknya hingga suara Dion menghentikan langkahnya. "Kamu mau kemana?" tanya Dion. Andika hanya diam, kemudian pak Rangga mendekati Andika dan mengajaknya duduk kembali. "Jang
Renata bertanya-tanya ada apa sebenarnya? kenapa Andika diperlakukan sangat spesial? tak hanya Renata, Vera juga sama dia juga heran dengan perlakuan mertuanya kepada Andika yang bahkan lebih dari perlakuannya kepada Dion. "Mas kenapa perlakuan papa seperti itu terhadap Andika?" tanya Vera. "Nanti kamu akan tau," jawab Dion. Pak Ferdi kini mendatangi Renata yang masih berdiri dengan ekspresi bingung kemudian beliau segera merangkul menantunya tersebut. Dirangkul papa Dion tentu membuat Renata tampak kikuk, dirinya tak tau harus bagaimana karena semua rasa bercampur jadi satu di hatinya. Pak Ferdi membawa Renata ke ruang makan karena memang waktunya untuk makan malam. "Duduklah Renata," titah pak Ferdi. Dengan tangannya sendiri pak Ferdi melayani Renata sehingga membuat Vera iri pada Renata, bahkan dia beranggapan kalau Pak Ferdi menyetujui hubungan gelap Dion dan Renata. Setelah semua duduk, para pelayan melayani mereka terlebih Renata yang diperlakukan khusus ini semua karena
Semua mata tertuju kepada Renata, mereka tidak menyangka dengan keputusan Renata yang tidak memilih diantara mereka berdua. "Apa maksud kamu Renata, kalau kamu tidak memilih keduanya bagaimana dengan anak yang ada di dalam kandungan kamu?" tanya Dion yang kecewa dengan keputusan Renata. "Mas, kalian bersaudara bagaiamana bisa aku kalian saling musuh. Mungkin mulut kalau melafazkan ikhlas namun bagaimana dengan hati kalian? kalian yakin tidak akan ada pertikaian diantara kalian," ungkap Renata. "Lagipula meski aku tidak memilih kalian, pak Ferdi ayah kalian tidak akan diam saja terhadap benih yang aku kandung, karena bagaiamana pun juga benih ini adalah cucunya," sambungnya. Mendengar ucapan Renata membuat Pak Ferdi tersenyum, dia sungguh salut akan keputusan Renata yang tidak ingin menghancurkan hubungan Kakak beradik, terlebih lagi Renata paham jika dia jelas tidak akan membiarkan cucunya dalam kesusahan meski kedua orang tuanya tidak bersama. "Apa kamu akan menyudahi pernikahan
Pak Rangga membukakan pintu mobil untuk Renata. Beliau sengaja disuruh membawa Renata ke Villa miliknya. Pak Ferdi tentu tidak akan membiarkan calon cucunya hidup dalam kesusahan, sehingga pak Ferdi mengutus pak Rangga untuk menyiapkan semuanya untuk Renata. Keputusan Renata membuat Pak Ferdi salut karena memang jika dia memilih satu dari anaknya akan menimbulkan keretakan diantara Dion maupun Andika. Pak Ferdi menyiapkan semua tanpa sepengetahuan Andika dan Dion dan untuk villa yang akan ditempati Renata merupakan villa elit yang mana Dion tidak mengetahui tempat ini. Disana sudah disiapkan bodyguard dan juga pelayan untuk melayani Renata, intinya semua kebutuhan Renata sudah disiapkan jadi Renata tidak akan kekurangan apapun. Sebagai seorang ayah dan calon kakek tentu dia tidak ingin Renata susah, apalagi setelah perpisahannya dengan Andika maupun Dion. Sesampainya di vila, Renata terbelalak melihat kemegahan villa milik mertuanya tersebut, diantara semua vila yang berjejer, mil
Bola mata Vera menatap Dion yang juga menatapnya, dirinya sungguh shock mendengar permintaan pisah dari Dion. Menurutnya Dion sangat keterlaluan, dirinya hanya pergi ke luar negeri kenapa harus meminta sebuah perpisahan? "Apa mas, coba ulangi lagi," pinta Vera. "Aku rasa kamu sudah mendengarnya Vera, aku ingin kita pisah," sahut Dion. Vera mundur selangkah kakinya tiba-tiba melemas sehingga tidak mampu menopang tubuhnya, permintaan kisah dari Dion benar-benar membuat mental Vera down. "Kenapa kamu menginginkan sebuah perpisahan Mas? padahal aku tidak mempermasalahkan hubunganmu dengan Renata selama ini," kata Vera. Dion tertawa mendengar ucapan Vera, jelas Vera tidak mempermasalahkan hubungannya dengan Renata, karena dia sendiri tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. "Apa yang kamu pertahankan dari hubungan kita Vera?" tanya Dion. "Kita ini seperti orang asing yang tinggal satu rumah," sambungnya. Vera menggelengkan kepala, lagi-lagi dia mengungkit janji Dion se
Bukannya melarang anaknya terserah Pak Ferdi justru ingin merayakan perpisahan Dion dengan Vera. Dimanapun tempatnya seorang ayah pasti menginginkan kebahagiaan anaknya, jika pernikahan anaknya tidak bahagia tentu seorang ayah pasti mendukung sebuah perpisahan. Disisi lain Vera seakan tak peduli dengan ancaman Dion, dirinya tetap pergi ke luar negeri dan mengabaikan apa yang terjadi nanti. Entah apa yang membuat Vera sangat terobsesi dengan karirnya sehingga rela mengorbankan pernikahannya dan juga orang yang dicintainya. "Maafkan aku mas, tapi aku harus tetap pergi keluar negeri," batin Vera. Dirinya yang tahu akan konsekuensi jika tetap pergi ke luar negeri adalah sebuah perpisahan seakan tidak peduli bahkan dia menganggap ancaman Dion hanya sebuah gertakan saja. Setelah makan malam di rumah Papanya Dion kembali ke rumah, saat dia masuk kamarnya dia tidak menemukan Vera yang artinya Vera memang berniat berpisah dengannya. "As you wish Vera," ucap Dion dengan tersenyum. Meskipu
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes