Nah benar tu kata pak Rangga, bagaimanapun juga anak Renata tetap butuh sosok ayah. Kira-kira bagaimana ya keputusan pak Ferdi berikutnya? Dan kira-kira anak siapa yang dikandung Renata? Yuk kak kita saling share di kolom komentar, pengen tau pendapat kak semua.
Pak Ferdi tersenyum menatap Pak Rangga seakan beliau sudah memikirkan hal itu. Apa yang direncanakan pak Ferdi tidak ada yang tau, entah beliau akan menyiapkan jodoh yang lain untuk Renata atau menjodohkan Renata dengan bapak dari anak yang dikandungnya. "Tenang saja Rangga, aku sudah memikirkan hal itu jauh-jauh hari. Renata adalah wanita yang baik pengorbanannya untuk anak-anakku sangatlah besar terlebih Andika, andaikan waktu itu dia tidak meminjam uang pada Dion mungkin Andika sudah meninggal dan aku tidak akan bisa bertemu lagi dengan anakku," ungkap Pak Ferdi. Pak Rangga nampak mengangguk paham, memang pengorbanan Renata sangat besar meski dia sendiri yang menanggung akibatnya kini. "Oleh karena itu jaga baik-baik dia Rangga, jangan sampai dia dan calon cucuku kekurangan apapun," sambung pak Ferdi. "Jangan mengkhawatirkan hal itu Tuan, saya selalu mengawasi nona Renata, ya walaupun terkadang saya melihat dia menangis tapi nona Renata iklas menerima apa yang terjadi pada dirin
Sesampainya di rumah Andika menceritakan keanehan Dion kepada papanya, Pak Ferdi yang mendengar cerita Andika tampak tersenyum entah apa yang hinggap dipikiran Pak Ferdi sehingga beliau meminta Andika untuk menuruti permintaan kakaknya. "Sudahlah Andika turuti saja keinginan kakak kamu," pinta papannya dengan mengelus pundak Andika. Andika menghela nafas kemudian dia menuju dapur untuk memasak makanan buat kakaknya. Andika yang bingung tak tahu ingin memasak apa sehingga tanpa sadar dia membuat makanan kesukaan Renata untuk Dion dan benar saja setelah makanan itu siap Dion sangat lahap memakan masakan Andika. "Kak pelan-pelan kalau makan, nih masakannya masih banyak," kata Andika. Dion terus makan tanpa menggubris ucapan Andika, entah mengapa memakan makanan Andika terasa nikmat tersendiri sehingga dia tidak mau makan dengan pelan. Pak Rangga dan Pak Ferdi saling bertatapan seolah kedua pria tua ini memikirkan sesuatu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Dion? dan apa pula yang d
"Renata, aku merindukanmu. Mungkin saat ini kita jauh di mata tapi dekat di doa," gumam Dion saat dirinya memandangi foto wanita yang saat ini mendominasi hatinya. Dion hidup dengan kenangan Renata, sungguh dia ingin sekali memeluk wanitanya tersebut dan bercerita banyak hal tentang dirinya dan juga Andika. "Kak," panggil Andika. Dion yang terkejut menjatuhkan ponselnya dan Andika bisa melihat jika Dion melihat foto mantan istrinya. "Kak Dion merindukan Renata?" tanya Andika. "Maafkan kakak Andika," sahut Dion lalu membalik ponselnya. Andika hanya tersenyum lalu menepuk bahu kakaknya. semenjak Renata pergi dari hidupnya, Andika memang merasakan kehilangan namun seiring berjalannya waktu perlahan dia bisa melupakan Renata meski mantan istrinya tetap ada di hatinya. Andika terdiam hingga pertanyaan Dion membuyarkan lamunannya. "Ada apa Andika?" tanya Dion. "Itu ada beberapa mahasiswa yang mengajukan magang ke kantor kita," jawab Andika. "Apa wanita waktu itu juga datang?" tany
Tak terasa sebulan telah berlalu, Renata yang sibuk dengan aktivitasnya bercocok tanam hampir melupakan kalau dirinya tengah hamil besar. Dirinya terus duduk dan terkadang dia juga lupa istirahat. Suatu ketika saat dia asik dengan tanamannya tiba-tiba perutnya terasa sakit, awalnya Renata pikir ini adalah sakit biasa namun lama-kelamaan perutnya semakin sakit. "Auw, auw, kamu kenapa sayang?" Renata bermonolog dengan calon bayinya. Renata terus mengelus perutnya berharap kalau sakitnya reda tapi sakitnya tak kunjung reda. Beberapa menit telah berlalu sakitnya malah semakin terasa sehingga membuat Renata terduduk di tanah. Pelayan yang mengetahui hal ini langsung memanggil pelayanan lainnya untuk membantu Renata, karena bingung bodyguard Renata segera membawa Renata ke rumah sakit terdekat dan yang lainnya melaporkan hal ini kepada Pak Rangga. Mendapatkan laporan dari bodyguard Renata tentu membuat pak Rangga panik, beliau sangat khawatir jika ada apa-apa dengan kandungan Renata.
Pak Ferdi dan Pak Rangga saling pandang lalu keduanya meminta Dion dan Andika untuk masuk.Mereka berdua semakin bingung dan bertanya-tanya siapa yang sebenarnya sakit. "Masuklah Nak, nanti kalian akan tau. Cepat kita tidak memiliki banyak waktu," titah Pak Ferdi. Tak ingin banyak pertanyaan video dan Andika bertugas masuk ke dalam ruangan UGD, dan benar saja saat melihat Renata kesakitan di ranjang pasien Dion dan Andika langsung mendekati Renata. "Renata," ucap Dion dan Andika barengan. Renata melihat Dion dan Andika bergantian kemudian dia tersenyum. "Mas Dika," panggil Renata. "Mas Dion," sambungnya. Dengan mata yang berkaca Renata menggenggam tangan Andika, dia ingin meminta maaf pada Andika atas dosa yang telah dia lakukan. "Renata kenapa kamu meminta maaf berulang kali, aku sudah memaafkan kamu," kata Andika. "Aku takut mas, takut kalau malaikat maut akan menghampiriku," sahut Renata. Dion yang masih sangat mencintai Renata langsung memeluknya, dia tidak ingin Renata k
Renata terus saja memejamkan matanya padahal sudah beberapa jam telah berlalu. Dion terus saja memegangi tangan Renata berharap wanita yang kini dia cintai segera membuka matanya. Tim dokter yang dipanggil juga tidak tau kenapa malah seperti ini, seharusnya Renata sudah bangun mengingat pengaruh bius telah habis. Dion yang tidak mau terjadi apa-apa mendesak para dokter untuk bertindak, dia tidak perduli apapun caranya yang penting Renata bangun dari tidurnya. Pak Ferdi dan pak Rangga berharap semua baik-baik saja karena dia tidak ingin kehilangan Renata maupun bayi Renata. "Lebih baik kita lihat keadaan cucuku Rangga," ajak pak Ferdi. Akhirnya harga dan Pak Ferdi pergi ke ruang bayi, disana nampak bayi kecil di dalam inkubator.Bayi Renata tidak sebesar bayi-bayi pada umumnya mengingat dia lahir lebih dulu sebelum waktunya. "Kecil sekali Rangga," kata pak Ferdi. "Sudah pasti kecil Pak karena dia lahir prematur," sahut pak Rangga. Tanpa sadar air mata Pak Ferdi mengalir keluar,
Dion tersenyum sembari melepaskan tangan Andika, menurut Dion Renata lebih pantas bersama Andika karena Andika lah yang bisa membuat Renata bangun. "Kamu lebih pantas bersamanya Andika," kata Dion. "Bukan kak," sahut Andika. "Bukankah dia bangun karena kamu Andika? kamu baru saja menemaninya beberapa saat dan dia langsung terbangun," timpal Dion. Andika tertawa mendengar ucapan Dion, asal Dion tau jika Renata bangun karena ucapannya bukan karena dirinya. "Dia bangun karena ucapanku kak." Dion merasa ambigu dengan ucapan Andika, ucapan apa sehingga bisa membuat Renata bangun. "Apa maksud kamu Andika?" tanya Dion. "Aku bilang saja kalau Kak Dion akan menikah lagi dengan wanita lain," jawab Andika dengan tertawa. Spontan Dion membogem bahu Andika, sungguh adiknya sangat kurang ajar sekali. Yang sangat ingin Dion nikahi adalah Renata bukannya wanita lain. Andika meminta Dion untuk menemui Renata karena pasti Renata akan mencarinya. Dengan senyum yang mengembang Dion bergegas me
Menjelang acara Andika pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Untuk menggantikan Dion kakaknya dia harus berpakaian formal layaknya seorang bos besar. Setelah mengganti pakaiannya, Andika keluar dengan langkah percaya diri meski dia tidak menginginkan identitasnya terungkap saat ini tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Acara pun dimulai dan semua mahasiswa sudah berkumpul untuk mendengarkan sambutan yang akan dibawakan oleh Andika, Pak Ferdi dan semua petinggi kampus juga sudah berkumpul untuk turut meramaikan acara kampus. Pembawa acara memanggil Dion dan beberapa saat kemudian suara langkah kaki terdengar dari luar. Tepuk tangan meriah pun riuh terdengar, Semua mata memandang kagum pria yang disangka Dion. Setelah Andika membuka maskernya betapa terkejutnya semua mahasiswa yang ada disana, tak hanya para mahasiswa para dosen pun juga terkejut melihat Andika yang memakai pakaian formal layaknya seorang pengusaha sukses. "Andika apa yang kamu lakukan disitu?" tanya pem
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes