Selamat membaca Kakak
Arini benar-benar meminta maaf kepada Aron, dia tidak sadar saat mengupload foto-foto mereka di grup kantor. Dia menjelaskan kalau sebenarnya dia ingin mengupload foto-foto tersebut di grup pribadi miliknya."Ngapain kamu ingin mengupload foto kita di grup pribadi milikmu?" tanya Aron."Ya saya ingin membuat teman saya iri Pak," jawab Arini.Aron memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Dia sungguh heran dengan Arini, untuk apa ingin membuat temannya iri lagipula pernikahan mereka juga pernikahan pura-pura yang mungkin sebentar lagi akan tinggal cerita."Nggak usah mengumbar pernikahan kita agar nanti setelah kita cerai nggak terlalu malu," sahut Aron.Ucapan Aron seolah menampar Arini dengan keras, dirinya baru sadar kalau tidak perlu menunjukan apapun mengenai pernikahannya kepada siapapun meski semua teman di kampus dan teman kerja pada bertanya.Tak ingin lebih lama di Selandia baru bersama Arini, Aron memutuskan pulang lebih cepat dari hari yang ditentukan oleh papanya."L
Aron yang awalnya memilih truth kini tiba-tiba beralih ke dare, sebenarnya hal ini tidak diperbolehkan namun lagi-lagi Aron menggunakan kekuasaannya untuk menguasai permainan. "Ya sudah kalau begitu, anda harus berjoget di depan saya," kata Arini. Bola mata Aron seakan ingin keluar dari tempatnya, seumur hidup inilah kali pertama ada seseorang yang mintanya untuk berjoget namun Aron harus sportif bagaimanapun juga dialah yang beralih meminta Dare ( tantangan). Tak tahu harus berjoget apa dan bagaimana Aron mencoba mencari referensi dari internet, dia mencari video yang menunjukkan orang berjoget. "Satu, dua, tiga." Aron mulai menirukan artis dangdut berjoget, harga dirinya benar-benar jatuh sebagai CEO besar. "Astaga Arini mana ada CEO besar sepertiku berjoget seperti ini," protes Aron. Arini tertawa sangat keras melihat Aron yang luwes berjoget, kapan lagi bisa mengerjai atasan seperti ini. "Wanita ini renyah sekali tawanya." Entah mengapa saat melihat Arini tertawa Aron juga
Aron segera melemparkan tatapannya, tubuhnya yang memanas membuat tangannya terus mengusap tengkuknya sedangkan Arini yang malu memilih duduk di tempat tidur."Apa anda melihat semua Pak?" tanya Arini.Aron nampak gugup dan dengan perlahan dia menatap Arini yang tengah menunduk."Kamu ngapain telanjang sembarangan, kenapa nggak bawa baju ganti sekalian saat mandi," maki Aron."Mana saya tau kalau anda di kamar Pak," sahut Arini."Orang segede gini apa nggak kelihatan," timpal Aron.Arini menggelengkan kepala, dia benar-benar tidak sadar kalau ada Aron duduk di kursi, mungkin karena terlalu menghayati lagu yang dinyanyikannya."Tunggu, ini kenapa yang marah-marah jadi anda sih Pak, bukankah yang dirugikan adalah saya," kata Arini."Aku juga rugi, karena mataku melihat papan seluncur tanpa busana" sahut AronArini berdecak kesal, bisa-bisanya Aron mengatainya papan seluncur, meskipun tubuhnya tidak bohay namun cukup seksi dan sintal."Meskipun papan selancar buktinya anda menikmatinya,"
"Arini aku harap kamu tidak baper dengan pernikahan ini."Pulang-pulang Aron langsung memarahi Arini, dia tidak senang dengan sikap Arini tadi yang meminta Rebecca untuk menjaga sikap terhadapnya.Mendapati Aron memarahinya tentu membuat Arini bertanya-tanya, dia tidak merasa baper dengan pernikahan yang dia jalani bersama Aron lantas mengapa tiba-tiba Aron menuduhnya baper dengan pernikahannya?"Apa maksud anda Pak? saya tidak mengerti," tanya Arini."Apa maksudmu tadi berkata seperti itu kepada Rebecca, asal kamu tahu aku dan Rebecca memang seperti ini dari dulu jauh sebelum aku menikahimu," jawab Aron.Arini tersenyum mendengar jawaban dari Aron, dia paham kini kalau sebenarnya Aron mencintai Rebecca dan alasan Aron menikahinya adalah karena Rebecca."Maafkan saya Pak, saya hanya berusaha menjaga nama baik anda, apa yang saya ucapkan tadi tidak ada hubungannya dengan perasaan saya.""Kamu nggak perlu repot-repot menjaga nama baikku meskipun nggak kamu jaga nama baikku tetap baik mes
Arini benar-benar gagal paham, dirinya tidak mengerti sama sekali dengan maksud Aron. "Mohon maaf Pak tapi saya benar-benar tidak paham dengan maksud bapak," kata Arini. "Sudahlah Arini jangan pura-pura bego, apa hubunganmu dengan Arion, bagaimana kalian bisa sangat dekat seperti itu," sahut Aron. Arini kini baru paham kalau yang Aron maksud adalah Arion, tapi dia masih bingung karena perasaan dirinya dan Arion tidak memiliki hubungan apa-apa. "Tapi saya dan Pak Arion tidak memiliki hubungan apa-apa Pak," bela Arini. "Aku tak tahu kamu ada hubungan atau tidak tapi yang jelas kamu tidak boleh dekat dengan pria manapun karena status kamu adalah istriku. Kalau kamu ingin memiliki hubungan dengan pria lain tunggulah sampai kamu menjadi janda terlebih dahulu," sahut Aaron. Ucapan Aron benar-benar membuat Arini marah, selama ini dia berusaha bersabar menghadapi sikap Aron namun Aron selalu saja mencari gara-gara padahal dia tidak melakukan apapun. "Anda tidak usah menjelaskan saya sud
Setelah mandi tanpa berkata apa-apa Arini langsung keluar, dia malas sekali berbicara dengan Aron karena menurut Arini kini Aron semakin aneh dan tak jelas. "Apa-apaan dia kenapa langsung keluar begitu saja," protes Aron tak terima karena Arini mengacanginya. Merasa dikacangi oleh sang istri Aron menyusul keluar, dia mencari Arini di dapur. "Aron, kamu tumben sudah bangun?" tanya Renata setelah melihat Aron masuk ke dalam dapur. "Aron mau membantu mantu Mama memasak," jawab Aron. Aron mendekati Arini yang sibuk kupas-kupas bawang dan tanpa aba-aba dia memeluk Arini dari belakang, apa yang dilakukan Aron benar-benar membuat Arini sangat terkejut. Renata yang tidak ingin mengganggu anak dan menantunya meminta para pelayan keluar dapur, dia ingin memberikan ruang kepada Aron dan Arini yang mungkin semalam baru saja baikan. "Ayo kita keluar dulu biarkan pengantin baru ini yang memasak," ajak Renata. Setelah kepergian mama dan para pelayan Aron melepaskan pelukannya, dia berbisik ke
"Lihat dengan saksama kontrak kita." Aron memberikan surat kontrak mereka kepada Arini, tentu surat kontrak tersebut sudah ditambah dengan poin-poin yang nggak masuk akal oleh Aron. Saat membaca surat kontrak tersebut, kedua bola mata Arini rasanya ingin keluar, bagaimana bisa surat kontraknya berubah padahal dulu hanya ada beberapa poin saja. "Ini apa-apaan Pak? kenapa jadi seperti ini?" protes Arini. "Ya memang seperti itu kontraknya," sahut Aron. Arini mencoba menunjukkan poin yang tidak masuk akal, siapa tau ada kesalahan. "Lihatlah Pak, poin kelima sampai ke sepuluh. Pihak kedua harus menunggu pihak pertama pulang, pihak kedua harus memijat pihak pertama sebelum pihak pertama tidur, pihak kedua harus menyuapi pihak pertama saat makan, pihak kedua harus bersikap lembut dan manis kepada pihak pertama, dan lain-lain," protes Arini. "Apa maksud poin-poin ini?" tanya Arini kemudian. Aron tertawa mendengar protesan Arini, memang itu rencananya agar Arini bisa dekat dengannya. "
Arini benar-benar takut kalau Aron mengajaknya untuk melakukan hal itu, memang secara agama dan hukum Aron berhak atas tubuhnya tapi pernikahan mereka bukan atas dasar cinta."Meskipun dicoba tidak akan enak Pak, saya jamin 100%," kata Arini.Aron tertawa melihat ekspresi Arini yang ketakutan, dia sendiri tentu tidak akan melakukan hal itu karena apa yang diucapkannya hanya untuk menakut-nakuti Arini saja."Takut sekali, seperti belum pernah saja," sahut Aron."Memang belum pernah Pak, saya masih virgin," jawab Arini."Astaga Arini, ke mana saja dirimu zaman modern seperti ini masih saja Virgin," ejek Aron."Memangnya kenapa kalau masih virgin, bukankah bagus wanita yang menjaga kehormatan untuk suaminya nanti," sahut Arini dengan kesal."Saya bukan tipe wanita yang ngobrol tubuh untuk lelaki yang pura-pura mencintai," sambungnya.Bagi Arini kehormatan seorang wanita sangat penting, meskipun dia mencintai seseorang selama belum ada ikatan pernikahan dia tidak akan menyerahkan tubuhnya
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes