Berita buruk datang dari keluarga Ousama yang berada di Timur Tengah, ibu Ousama telah berpulang ke Tuhan Yang Maha Esa sehingga mau nggak mau oussama dan Vera harus pulang ke Timur Tengah dan hal ini membuat Dion harus mengurusi perusahaan tambang yang berada di luar pulau."Aku tidak akan membiarkanmu mengurusi perusahaan sendirian oleh karena itu aku meminta sekretarisku untuk bekerja sama denganmu," kata Ousama.Dion menolak keinginan Oussama dia tidak ingin ada sekretaris yang membantunya toh dia bisa sendiri, tapi Ousama tetap bersikeras agar Dion mau bekerja sama dengan sekretarisnya karena sekretaris Ousama yang lebih mengetahui seluk beluk perusahaan ketimbang Dion yang datang ke perusahaan tidak setiap hari"Baiklah," kata Dion.Setelah kepergian Oussama ke Timur Tengah Dion meminta izin kepada Renata untuk pergi kerja keluar pulau, kepergian kali ini mungkin memerlukan waktu yang lumayan lama dan hal ini sebenarnya membuat Renata merasa kecewa."Nanti kalau kamu rindu kamu
Tahu kalau Dion mengikuti ucapannya membuat Anita semakin berani, dia terus mencari obrolan agar Dion selalu bersamanya di sepanjang malam.Merasa lelah dengan obrolan obrolan Anita akhirnya Dion memutuskan untuk mengajak Anita pulang lagi, pula dia juga sangat merindukan istrinya yang mungkin gini tengah menunggu video call darinya."Lebih baik kita pulang," ajak Dion."Kenapa buru-buru sekali Pak," protes Anita."Aku lelah dan mau istirahat, apalagi besok juga harus kerja kembali," sahut Dion."Kalau kamu masih ingin tetap di sini silakan tapi aku pulang dulu," sambung Dion yang membuat Anita kecewa.Saat Dion perjalanan pulang Renata berkali-kali menghubungi Dion, Dion serba bingung ingin mengangkat panggilan istrinya tapi dia sedang menyetir kalau tidak diangkat pasti Renata memiliki pikiran jelek hingga akhirnya Dion memutuskan untuk menepikan mobilnya."Kita menepi sebentar ya," kata Dion."Anda mau ngapain Pak? kenapa menepi di tempat yang sepi?" tanya Anita.Pikiran Anita suda
Entah mengapa akhir-akhir ini Renata memiliki firasat yang nggak enak, dia berusaha mengabaikan firasat aneh yang mengusiknya namun tidak bisa. "Ada apa ya?" gumam Renata. Renata nampak berpikir keras hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyusul Dion selain rindu yang menggebu, dia juga merasa khawatir dengan sang suami yang kini jauh disana. Renata rencananya ingin keluar pulau selama tiga hari mengingat dia tidak bisa lama-lama meninggalkan baby Aron. Berhubung pesawatnya berangkat pagi Renata pun ingin memberikan surprise kepada Dion dengan datang ke kantornya, tentu setelah Renata mendapatkan alamat perusahaan Dion dari Andika. "Kamu yakin akan berangkat sendiri," kata Andika yang sedikit mengkhawatirkan Renata. "Iya Mas, memangnya kamu mau menemaniku," sahut Renata dengan tertawa. "Pengen-pengen saja asalkan nanti setelah tiba di sana kamu antar aku kembali ke mari," tukas adiknya dengan tertawa. "Sama aja bohong," ujar Renata. Andika meminta Renata untuk segera masuk ka
Selepas kepulangan Dion dan Renata Anita merasa sangat kesal dia mengira kalau Dion dan Renata akan bertengkar setelah dia membuat salah paham dengan mendekatkan diri kepada Dion. Saat resepsionis menghubungi tadi, Anita berpura-pura menunjukan berkas kepada Dion, dia berakting agar bisa dekat-dekat dengan Dion supaya saat Renata masuk bisa melihat kedekatan mereka dan timbul lah salah paham. "Aku kira dengan aku membuatnya cemburu dia dan Pak Dion akan bertengkar tapi keluar ruangan malah bermesraan," gumam Anita dengan meremas kertas yang ada di atas mejanya. Darah di dadanya mulai bergejolak, perasaan aneh telah membuatnya melakukan hal hal yang tidak baik padahal Anita adalah wanita yang cerdas dan smart. Tidak bisa mengolah rasa kagum kepada sesosok Dion kini merubahnya menjadi seseorang yang memiliki keinginan jahat, rasa memiliki pada tempat yang salah benar-benar membuat Anita ingin memiliki seseorang yang telah menjadi milik orang lain. Di sisi lain Renata dan Dion melep
Anita terduduk lemas di sofa dia merasa sangat merugi, selama dua hari ini dia ingin membuat Dion terkesan kepadanya dengan membersihkan rumah yang akan ditempati tapi ternyata Dion malah menempati rumah itu dengan keluarga kecilnya."Tahu seperti ini lebih baik aku menyuruh orang," batin Anita.Ekspekatasi Anita benar-benar berantakan, padahal dia sudah merencanakan segala sesuatunya untuk menggait Dion.Melihat Anita yang tiba-tiba terduduk di sofa membuat Dion merasa heran lalu dia bertanya kepada Anita."Kamu kenapa?""Saya tiba-tiba pusing Pak, nungkin karena kelelahan," jawab Anita dengan berbohong.Dion meminta Anita untuk istirahat sejenak dia yang tidak ingin merepotkan, meminta Anita agar menyuruh orang saja untuk membersihkan rumah yang akan ditempatinya."Terlambat pak Dion, semua sudah bersih," batin Anita dengan kesal."Saya rasa tidak perlu Pak, karena semua sudah bersih," sahut Anita.Dion berterima kasih kepada Anita karena sudah rela membersihkan rumah yang akan dia
Renata langsung membalikkan badannya dan berlari menjauh dari Dion, hatinya benar-benar sakit melihat Dion dan Anita. Tak ingin istrinya salah paham Dion langsung mengejar Renata."Sayang tunggu," teriak Dion.Karena Renata tidak mau berhenti maka Dion memperlebar langkah kakinya hingga akhirnya dia bisa menangkap tubuh Renata."Sayang tunggu," kata Dion lalu memeluk istrinya.Renata meronta berusaha melepas pelukan suaminya namun Dion semakin erat memeluknya."Baru tadi lho Mas kamu bilang nggak akan macam-macam tapi buktinya apa, dengan mata kepalaku sendiri kamu merangkulnya," kata Renata.Dion melepas pelukannya lalu menatap Renata dengan lekat, dia sungguh tidak menyangka kalau sang istri menyimpulkan seperti itu."Sayang aku tak seburuk itu, semua ada alasannya jadi tidak mungkin aku merangkul Anita tanpa sebab," jelas Dion.Dengan panjang kali lebar Dion berusaha menjelaskan kepada Renata, jika apa yang dilihatnya nggak seperti yang dikira."Kenapa cara menolongnya seperti itu?
Renata berusaha menyingkirkan pikiran negatifnya, mungkin Dion meminta OB untuk membuatkannya teh. Tak ingin berlama-lama di kantor dia memutuskan untuk keluar namun saat melintas di sebuah ruangan dia mendapati Anita ngomong sendiri sambil memegangi sebuah obat.Sontak Renata membolakan matanya, segera dia kembali ke ruangan Dion untuk membuang teh yang tersaji di meja kerja suaminya.Saat masuk ke ruangan Dion, Renata sudah mendapati Dion meminum teh tersebut sontak Renata berteriak dan segera mengambil cangkir teh tersebut."Jangan diminum mas," kata Renata."Kenapa?" Tanya Dion."Ada sesuatu di dalam teh kamu mas," jawab Renata.Dion nampak ambigu dengan jawaban Renata tapi Renata juga tidak menjelaskan secara detail apa maksudnya."Sayang kamu kok kesini?" tanya Dion."Iya mas, aku tadi mengantar berkas kamu yang tertinggal," jawab Renata.Renata menatap suaminya yang mulai mengusap tengkuknya, obat yang dimasukkan Anita mulai bereaksi. Tatapan Dion berubah menjadi tatapan ingi
Dion hanya tersenyum licik melihat Anita yang mulai kepanasan, entah apa yang Dion pikirkan. Dion meminta supir agar mencari hotel terdekat, dia tentu tidak bisa membawa Anita bertemu klien dalam keadaan yang seperti ini. Sesampainya di hotel, Anita tersenyum senang dia mengira Dion ingin menyembuhkan dirinya namun apa yang dilakukan Dion benar-benar diluar dugaan Anita setelah booking hotel Dion meminta supir agar membawa Anita ke kamar bila perlu supirlah yang mendinginkan tubuh Anita. Anita tentu merengek kepada Dion agar tidak meninggalkan dirinya tapi bertemu kliennya jauh lebih penting daripada Anita. "Kamu sendiri yang cari gara-gara dengan memasukkan obat ke dalam minumanku jadi terima lah segala konsekuensinya," kata Dion. "Lagipula bertemu klien jauh lebih penting daripada menemanimu," sambungnya. Dion menepuk pipi Anita dengan keras agar Anita sadar akan perbuatannya. "Sudah bawa dia ke kamar, terserah mau kamu layani atau dimasukkan ke bak mandi atau kamu masukkan ke
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes