Dion hanya tersenyum licik melihat Anita yang mulai kepanasan, entah apa yang Dion pikirkan. Dion meminta supir agar mencari hotel terdekat, dia tentu tidak bisa membawa Anita bertemu klien dalam keadaan yang seperti ini. Sesampainya di hotel, Anita tersenyum senang dia mengira Dion ingin menyembuhkan dirinya namun apa yang dilakukan Dion benar-benar diluar dugaan Anita setelah booking hotel Dion meminta supir agar membawa Anita ke kamar bila perlu supirlah yang mendinginkan tubuh Anita. Anita tentu merengek kepada Dion agar tidak meninggalkan dirinya tapi bertemu kliennya jauh lebih penting daripada Anita. "Kamu sendiri yang cari gara-gara dengan memasukkan obat ke dalam minumanku jadi terima lah segala konsekuensinya," kata Dion. "Lagipula bertemu klien jauh lebih penting daripada menemanimu," sambungnya. Dion menepuk pipi Anita dengan keras agar Anita sadar akan perbuatannya. "Sudah bawa dia ke kamar, terserah mau kamu layani atau dimasukkan ke bak mandi atau kamu masukkan ke
Waktu berlalu dengan cepat, Oussama dan Vera telah kembali ke tanah air, mereka yang telah mendengar kabar mengenai Anita sangat menyesalkan hal tersebut, sehingga Oussama memutuskan untuk mencari asisten pria yang mana bisa membantunya tanpa kedatangan Dion.Setelah kepulangan Oussama, Dion dan keluarga kecilnya kembali ke ibukota, setelah dari Bandara Dion dan keluarga kecilnya langsung menuju kediaman papanya, selama sebulan di luar pulau Dion sangat merindukan papa tercintanya begitu pula sang papa yang sangat merindukan Dion beserta keluarga kecilnya terlebih cucunya baby Aron."Selamat datang kembali jagoan opa," kata Pak Ferdi sembari menggendong cucu semata wayangnya.Andika dan Rea juga sangat senang akhrinya Dion kembali ke ibu kota setelah sekian hari mereka hanya berkomunikasi lewat telpon."Astaga aku kangen sekali dengan adikku yang jelek ini," kata Dion yang membuat Andika kesal."Baru sampai sudah cari gara-gara maunya apa coba," sahut Andika."Sudah sudah kalian ini,
Waktu berlalu dengan cepat tak terasa usia kehamilan Rea sudah menginjak sembilan bulan yang artinya sebentar lagi Rea akan segera melahirkan. Mengetahui istrinya akan segera melahirkan membuat Andika nampak overprotektif dia harus menjadi suami siaga untuk istrinya. "Mas hari kelahiran bayi kita seminggu lagi," kata Rea. "Lebih baik kamu melahirkan secara sesar saja sayang daripada harus mengalami sakitnya orang melahirkan secara normal," saran Andika. Rea nampak tersenyum meskipun melahirkan secara normal terasa sakit tapi dia ingin melahirkan secara normal karena katanya wanita itu tidak akan sempurna sebelum melahirkan secara normal. "Operasi caesar juga sama sakitnya Mas tapi aku tetap memilih melahirkan secara normal," kata Rea dengan mantap. Meskipun Andika menyayangkan pilihan Rea namun dia tetap mendukung apapun yang dipilih istrinya melahirkan secara sesar maupun normal sama saja yang terpenting istri dan anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Tak sampai satu minggu Rea
Andika menitikkan air mata saat suster mendekatkan bayi mungilnya, tak terasa kini dia telah menjadi seorang ayah yang mana tanggung jawabnya akan semakin besar."Selamat Pak, anak anda lahir dengan sehat dan tampan sekali," kata suster.Andika menggendong bayinya kemudian dia membisikkan sesuatu di telinga anaknya."Sayang lihatlah anak kita, tampan seperti aku," kata Andika sambil mendekatkan bayinya ke Rea yang masih lemas di bed.Rea nampak mengelus pipi bayinya yang menangis, dia sungguh bahagia karena kini dia telah menjadi seorang ibu."Mas aku kini telah menjadi seorang ibu," kata Rea.Andika mengangguk lalu mengecup kening istrinya, dia sangat berterima kasih karena Rea telah memberikannya seorang anak yang sehat dan juga tampan.Setelah dari ruangan persalinan, kini Rea dipindah ke ruang perawatan, pak Ferdi sangat senang karena beliau memiliki dua jagoan."Papa sangat senang karena kalian telah memberikan papa jagoan lagi," kata Pak Ferdi.Tak berselang lama, Dion dan Renat
Tiga hari telah berlalu, keadaan Rea sudah membaik sehingga dia sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter.Rea kini merasakan apa yang dikatakan Renata, memang awal memiliki bayi cukup membuat stres, bagaimana tidak hari pertama Rea keluar dari rumah sakit, dia sendiri yang mengurus baby Arion bergantian dengan Andika sebelum baby sitter mereka datang.Baru saja tidur, Baby Arion sudah menangis tentu hal ini membuat Rea sangat lelah dan mengantuk."Mas, dia kenapa selalu menangis? kenapa nggak tidur seperti kita yang bangun di pagi hari?" tanya Rea.Andika tertawa mendengar pertanyaan dari Rea, namanya saja bayi pasti lapar, pasti pipis dan pup sehingga dia menangis."Sabar ya sayang, namanya juga bayi jadi sebentar-bentar pasti nangis," jawab Andika mencoba menenangkan istrinya.Untung Andika sangat sabar, meski dia keesokan harinya harus bekerja dan kuliah namun Andika tetap ikut bangun ketika anaknya menangis.Rea sungguh tersentuh dengan sikap dewasa Andika sehingga membuatnya tidak
Hari berlalu dengan cepat hingga tak terasa usia Arion sudah satu bulan, kelucuan bayi mungil ini sudah nampak, begitu pula dengan Aron yang juga sudah semakin besar. Suatu ketika, Renata mengajak baby Aron berkunjung ke rumah Andika dan Rea, mereka yang ditemani para baby sitter nampak berbincang panjang kali lebar hingga tanpa sadar para bayi tertidur. "Nyonya baby Aron tidur," lapor baby sitternya. Rea meminta baby sitter anaknya untuk mengajak baby sitter keponakannya masuk ke dalam karena kebetulan baby Arion juga tidur. Setelah para bayi tidur, Rea mengajak Renata untuk ke atas, ngobrol mereka bisa lebih leluasa kalau sambil rebahan di kamar. "Rea aku perhatikan baby sitter anak kamu cantik ya, masih muda lagi," kata Renata. Ucapan Renata membuat Rea terdiam, tiba-tiba pikirannya kemana-mana sehingga dia nampak bengong dan tidak mendengar Renata memanggilnya. "Rea." Sekali lagi Renata memanggil Rea dengan cukup keras sehingga Rea tersentak kaget dan keluar dari lamunannya
"Terima kasih sayang," kata Andika setelah mendapatkan pelepasannya."Sama-sama Mas," sahut Rea.Mendapati Andika yang puas dengan pelayanannya membuat Rea sangat senang meski dia sendiri tidak mendapatkan pelepasannya.Setelah mendapatkan pelajaran dari Renata Rea kini tidak perlu khawatir dengan Andika, meskipun dia masih dalam masa nifas ataupun suatu saat dia sedang haid, dia tidak perlu khawatir lagi kalau tidak bisa melayani Andika.Hari-hari Rea mulai normal kembali dirinya yang masih kuliah memutuskan untuk datang ke kampus dan menitipkan baby Arion kepada Atun.Awalnya Andika merasa keberatan dengan keputusan Rea karena dosen bisa datang ke rumah tapi Rea tetap bersikeras ingin pergi ke kampus dan belajar bersama teman-temannya."Aku sangat merindukan kampus dan teman-temanku mas, lagipula kalau dosen yang ke sini jujur aku tidak bisa belajar dengan maksimal," ungkap Rea.Andika paham dengan istrinya memang benar belajar bersama teman-teman jauh lebih menyenangkan daripada be
Semakin hari Rea dan David dosen pembimbingnya semakin dekat tentu hal ini membuat Andika merasa kesal dengan istrinya namun sebisa mungkin dia mengabaikan rasa kesalnya dan mencoba untuk tenang.Suatu sore Andika sengaja pulang cepat karena dia ingin mengobrol dengan istrinya terkait kedekatannya dengan David namun sesampainya di rumah dia tidak mendapati Rea."Apa dia belum pulang?" batin Andika saat dia masuk ke dalam kamarnya.Sambil menunggu Rea pulang, Andika memutuskan untuk mandi lalu setelahnya dia pergi ke kamar baby Arion."Dia tidur?" tanya Andika."Iya Tuan, baby Arion tidur," jawab Atun.Andika mendekati Atun yang menggendong baby Arion, lalu dia mengecup pipi anaknya.Darah atun berdesir saat Andika mengecup Baby Arion yang berada dalam gendongannya."Ya sudah aku titip anak aku," kata Andika lalu dia berjalan keluar kamar sang putra.Sikap Andika tadi membuat Atun sangat senang, baru kali ini dia begitu dekat dengan tuanya karena biasanya Andika benar-benar jaga jarak.
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes