SELAMAT MEMBACA KAKAK.
"Terima kasih sayang," kata Andika setelah mendapatkan pelepasannya."Sama-sama Mas," sahut Rea.Mendapati Andika yang puas dengan pelayanannya membuat Rea sangat senang meski dia sendiri tidak mendapatkan pelepasannya.Setelah mendapatkan pelajaran dari Renata Rea kini tidak perlu khawatir dengan Andika, meskipun dia masih dalam masa nifas ataupun suatu saat dia sedang haid, dia tidak perlu khawatir lagi kalau tidak bisa melayani Andika.Hari-hari Rea mulai normal kembali dirinya yang masih kuliah memutuskan untuk datang ke kampus dan menitipkan baby Arion kepada Atun.Awalnya Andika merasa keberatan dengan keputusan Rea karena dosen bisa datang ke rumah tapi Rea tetap bersikeras ingin pergi ke kampus dan belajar bersama teman-temannya."Aku sangat merindukan kampus dan teman-temanku mas, lagipula kalau dosen yang ke sini jujur aku tidak bisa belajar dengan maksimal," ungkap Rea.Andika paham dengan istrinya memang benar belajar bersama teman-teman jauh lebih menyenangkan daripada be
Semakin hari Rea dan David dosen pembimbingnya semakin dekat tentu hal ini membuat Andika merasa kesal dengan istrinya namun sebisa mungkin dia mengabaikan rasa kesalnya dan mencoba untuk tenang.Suatu sore Andika sengaja pulang cepat karena dia ingin mengobrol dengan istrinya terkait kedekatannya dengan David namun sesampainya di rumah dia tidak mendapati Rea."Apa dia belum pulang?" batin Andika saat dia masuk ke dalam kamarnya.Sambil menunggu Rea pulang, Andika memutuskan untuk mandi lalu setelahnya dia pergi ke kamar baby Arion."Dia tidur?" tanya Andika."Iya Tuan, baby Arion tidur," jawab Atun.Andika mendekati Atun yang menggendong baby Arion, lalu dia mengecup pipi anaknya.Darah atun berdesir saat Andika mengecup Baby Arion yang berada dalam gendongannya."Ya sudah aku titip anak aku," kata Andika lalu dia berjalan keluar kamar sang putra.Sikap Andika tadi membuat Atun sangat senang, baru kali ini dia begitu dekat dengan tuanya karena biasanya Andika benar-benar jaga jarak.
Tak tau akan kemana, Andika memutuskan pergi ke kantor, dia berniat bermalam disana jadi besok dirinya tidak usah repot-repot berangkat ke kantor.Andika berbeda dengan Dion, kalau Andika memang lebih cenderung diam dan menyendiri setiap kali dirinya ada masalah, dia tidak begitu suka keramaian apa lagi harus menceritakan masalahnya dengan orang lain.Keesokan paginya, Rea membuka mata tapi dia tidak mendapati Andika berada di sampingnya. Ada rasa bersalah tersendiri karena telah mengabaikan suaminya semalam."Kamu nggak pulang Mas," gumam Rea.Dengan langkah malas Rea pergi ke kamar mandi, dia yang harus mengerjakan skripsi lagi terpaksa pergi ke kampus pagi hari. Sebelum berangkat tak lupa Rea pergi melihat baby Arion di kamarnya."Nyonya Baby Arion kelihatannya tidak enak badan," lapor Atun."Tapi sudah saya kompres dan kini keadaannya sudah mendingan," sambungnya.Rea nampak khawatir dengan keadaan Baby Arion sehingga dia memutuskan untuk tidak datang ke kampus, skripsinya bisa dik
Ucapan Andika membuat Rea menatapnya dengan lekat, bagaimana mungkin skripsi lebih penting dari anaknya bahkan tadi pagi dia memutuskan untuk tidak datang ke kampus tapi karena Atun meyakinkannya kalau baby Arion baik-baik saja sehingga dia pergi ke kampus meski dengan perasaan yang tidak enak. "Kamu kenapa ngomong begitu Mas?" tanya Rea. "Lalu aku harus ngomong apa?" tanya Andika balik. "Kamu tahu kan kalau baby Arion sakit tapi kenapa kamu masih pergi ke kampus," sambungnya. Rea bingung dia sungguh tak menyangka kalau akan seperti ini lalu dia menoleh ke arah Atun yang berpura-pura menundukkan kepala. "Mas tadi pagi aku memutuskan untuk tidak pergi ke kampus tapi..." belum sempat melanjutkan ucapannya Andika sudah memotong. Dirinya kali ini benar-benar marah kepada Rea mungkin kalau Rea mengecewakannya dia tidak akan mempermasalahkan hal ini tapi kali ini sikap Rea menyangkut keselamatan bayinya. "Tapi apa? tapi dosen kamu lebih penting kan?" Sela Andika. Sontak kedua bola ma
Mendengar panggilan dari ruang rawat Baby Arion beberapa dokter seperti Dokter umum, Dokter spesialis anak serta Dokter lainnya segera datang untuk memeriksa keadaan Baby Arion.Keadaan baby Arion baik-baik saja, dia menangis karena memang wajar jika seorang bayi menangis, untuk menenangkannya Dokter memberikan obat ke dalam infus."Kami pamit dulu Tuan, semoga keadaan Bayi anda semakin membaik," Kata Dokter.Selepas kepergian para Dokter, Rea mendekati anaknya dia mencium Baby Arion yang terlihat lemas."Maafkan mama sayang," kata Rea dengan air mata yang terus meluncur bebas."Jangan menyalahkan dirimu, kita berdoa saja semoga baby kita secepatnya membaik," sahut Andika.Semalaman Andika dan Rea menjaga baby Arion hingga Rea tertidur di sisi anaknya. Andika yang tidak tega memindahkan istrinya ke bed.Setelah memindahkan istrinya, Andika kembali ke bed anaknya, dia duduk sambil melihat anaknya yang tertidur.Hal ini digunakan Atun untuk mengobrol dengan Andika, dia mencoba mencari mu
Keesokannya Renata meminta izin kepada Dion untuk pergi ke rumah Rea, dia beralasan kalau ingin menemani Rea menjaga Baby Arion padahal alasan sebenarnya dia ingin mengawasi gerak-gerik Atun."Di sana kan sudah ada baby sisternya sayang lebih baik kamu di rumah turut menemani baby sister anak kita," kata Dion.Renata terdiam memang benar apa yang dikatakan Dion, anaknya juga membutuhkannya tapi Renata penasaran dengan baby sister baby Arion yang menurutnya bisa menjadi duri dalam rumah tangga Andika dan juga Rea.Akhirnya Renata memutuskan untuk mengajak Baby Aron dan baby sister nya datang ke rumah Rea.Dion nampak mengerutkan alisnya namun dia juga tidak bisa mencegah keinginan istrinya toh keinginan istrinya juga mulia yaitu menemani adik iparnya."Ya sudah habis ini kita berangkat ke sana ya, nanti pulangnya nunggu aku yang menjemput," kata Dion.Renata mengagguk senang suaminya sungguh pengertian sekali.Sesampainya di rumah Andika dan Rea, Renata naik ke atas menuju kamar baby
Renata berjalan mendekati Atun lalu dia mengambil Baby Arion dari gendongannya. "Tolong keluar sebentar ya," pinta Renata. Setelah Atun keluar pandangan Renata kini tertuju kepada Andika, ada rasa kesal kepada Andika yang membiarkan Atun dekat-dekat dengannya. "Eh Renata, ada urusan apa kemari?" tanya Andika. "Nggak ada urusan apa-apa mas cuma membawakan Anggur untuk papa dan untuk kalian," jawab Renata. "Dapat anggur darimana?" tanya Andika lagi. "Tetanggaku panen jadi kecripatan dikit," jawab Renata lagi. "Oh, Makasih ya," sahut Andika. Renata mengangguk lalu dia bertanya kepada Andika mengenai kedekatan Andika dengan Atun disaat Rea tidak ada di rumah seperti ini. Andika yang tidak merasa dekat dengan Atun menyanggah apa yang Renata tanyakan. "Kamu terlalu berlebihan Renata, aku nggak akan mungkin ada apa-apa dengannya," ujar Andika. "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini mas, semua berawal tidak ada apa-apa namun berakhir dengan ada apa-apa," sahut Renata. Renata me
Tak hanya Rea yang memiliki pikiran negatif, Renata juga iya saat mendengar Dion bilang kalau Andika izin berangkat siang. Pikiranya melayang ke mana-mana dia mengira kalau Andika pasti ingin mencari kesempatan untuk bersama Atun Baby siter anaknya."Tidak bisa dibiarkan aku harus tetap berada di sini," batin Renata.Ingin sekali Rea tetap tinggal di rumah dan mengawasi gerak-gerik Andika dan juga Renata tapi dia tidak bisa karena hari ini ada ujian yang sangat penting yang mana ujian tersebut menentukan kelulusannya.Rencana Atun benar-benar berhasil, dia mampumembuat Rea perang batin dan tak tenang."Mas Andika mana?" tanya Renata."Kenapa kak Renata mencari mas Andika?" tanya Rea balik."Kamu harus mengawasi suami kamu Rea karena tidak aman di rumah ini," saran Renata.Rea nampak tersenyum sinis dia mengira Renata berpura-pura mengatakan hal itu untuk mengalihkan hubungannya dengan Andika."Memang rumah ini tidak aman karena kamu ada di sini," batin Rea.Tanpa mengajak Renata, Rea
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes