Share

Bab 20

Author: Wandi Wijaya
last update Last Updated: 2025-02-16 14:43:06
"Sudah beberapa hari ini kita pergi ke rumah Fajar, tapi kenapa dia tidak pernah ada di rumah? Saya rasa ada sesuatu yang terjadi dengan anak kita, Bang. Saya coba telepon dia pun tidak di jawab," ujar mak Gadis mengadu pada suaminya. Gelisah hatinya karna sudah beberapa hari tinggal di kota tapi belum juga bisa bertemu dengan putrinya.

Ayah Man, tidak menjawab. Pria itu malah seperti melamun memandang televisi yang ada di depannya.

Mak Gadis mengeluh kecil. Setiap kali dia berbicara pasti suaminya termenung. Entah apa yang suaminya itu pikirkan, dia pun tidak tahu.

Bahu suaminya di colek sedikit, mematikan lamunan lelaki itu.

Ayah Man menoleh pada Mak Gadis yang duduk di sebelahnya.

"Abang dengar tidak apa yang saya katakan tadi?" tanya mak Gadis lagi.

Ayah Man mengangguk pelan, tanda dia mendengarnya. Kemudian dia berdehem beberapa kali membenarkan pita suaranya terlebih dahulu. "Nanti aku pergi ke rumah si Fajar itu, kamu tunggu saja di sini tidak usah ikut," sahut ayah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 21

    Potret seorang gadis dengan hijab di tengah-tengah sawah di pandang lama. Tanpa sadar senyum lebar terukir di bibirnya. Dia merasa gambar itu juga sedang memandangnya dan juga tersenyum padanya. Puas berkhayal, potret itu di letakkan kembali ke atas meja, kemudian bola matanya bergerak menuju pisau lipat yang berada di sebelah kanannya. Perlahan dia meraih pisau lipat itu, lalu dia berdiri menuju ke arah cermin bulat yang tergantung di dinding. "Sudah berapa tahun aku menyamar demi kamu, Aisyah. Sekarang aku tidak mau bersembunyi lagi. Aku harus dapatkanmu, sebelum bajingan itu sempat menyentuh kamu, Sayang," desisnya. Senyum sinis di ukirnya melihat kulit wajah yang keriput dari pantulan cermin. Ujung pisau lipat yang tajam di tempelkan ke wajahnya, kemudian di tekan dan di tarik hingga ke dagu. Perlahan topeng yang melekat di wajahnya di buka. Wajah yang tadinya keriput dan tua, berganti dengan wajah yang lebih muda. Pisau lipat tadi di letakkan lagi diatas meja dan topeng orang

    Last Updated : 2025-02-17
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 22

    Alamat yang tertera di sampul surat di baca, kemudian ia mempehatikan kawasan rumah mewah di depan. Ingin memastikan apakah alamat di sampul surat dengan rumah di depannya sama. Kemudian dua orang pengawal yang berdiri di depan gerbang menjadi sasarannya untuk bertanya. "Matur suhun, Mas. Benar ndak ini rumahnya, Adriano Lion King?" tanya kurir tersebut dengan logat daerah yang medok. "Iya, kenapa?" jawab pengawal tegas. "Alhamdulillah, berarti saya ndak salah rumah yo. Ini ada surat untuk nama yang saya sebutkan tadi. Boleh saya titipkan surat ini pada Mas, ndak?" tanya kurir itu lagi. "Ya, mana suratnya." Pengawal menadahkan satu tangannya pada kurir tersebut. "Alhamdulillah, kalau begitu. Jangan lupa berikan pada orangnya yo, Mas. Ingat, jangan sampai lupa, amanah ini. Kalau begitu saya undur diri dulu. Matur suhun yo, Mas." Setelah menyerahkan surat itu kepada salah seorang penjaga, kurir itu pun segera pergi dari sana. "Nyonya!" panggil penjaga tadi pada Aisyah yang sedang

    Last Updated : 2025-02-19
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 23

    "Bos, kita ke klinik atau ke rumah sakit?" tanyan Diki cemas. Sesekali dia menoleh kebelakang melihat King yang menyerang kesakitan.Cairan merah terus mengalir hingga membasahi bangku mobil. Klakson di bunyikan terus-terusan agar bisa menyalip, namun pengendara lain ada yang tidak mengerti jika mereka sedang terburu-buru."Haih, kau ini! Tidak mungkin masalah ini pun kau masih mau menanyakan pada bos. Pergi ke rumah sakitlah, tidak mungkin kita bawa bos ke dukun beranak. Ada-ada saja kau ini," sahut Diko."Kalau kita bawa bos kerumah sakit, pasti antri," balas Diki."Bukannya kalau di klinik harus antri juga?""Paling tidak di klinik tidak terlalu ramai.""Kalau kau tahu di klinik tidak terlalu ramai, kau bawa saja mobil ini ke klinik. Itu pun masih kau tanya!" dengus DikoSegera Diki memutar stir ke kiri, menuju kearah klinik yang tidak jauh dari situ. Mobil di parkir di depan klinik, kemudian dia keluar dari dalam mobil, membantu Diko memapah King keluar dari dalam mobil menuju mas

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 24

    Sebelah tangannya meraba-raba mencari tubuh seseorang, tapi tidak ada. Perlahan kelopak matanya terbuka, memandang ke sebelahnya yang sudah kosong, tidak ada siapa-siapa. Ah, pasti dia berada di dapur sekarang. Senyum tipis di ukirnya kala melihat bercak merah di alas kasur tidur. Duduk bersandar di sandaran ranjang dengan kepala yang masih melayang mengingat kejadian tadi malam. Ah, ternyata aku yang pertama. Kemudian dia melompat turun dari atas tempat tidur. Celana dan baju yang berada di lantai di pasangnya kembali sebelum melangkah keluar dari dalam kamar itu. Rambut yang acak-acakan di biarkan saja seperti itu. "Selamat pagi, istriku!" sapanya, memandang Aisyah yang sedang meracik teh di dapur. Aisyah memutar bola mata. King mengerut kening. Kenapa dia, tiba-tiba saja bad mood seperti ini? "Aish, kamu marah denganku?" tanya King, wajahnya se

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 25

    Keluhan kecil di lepaskan pelan oleh Hairul, lalu dia melabuhkan duduk diatas sofa untuk mengistirahatkan dirinya sejenak. Senyum diukirnya saat melihat Intan--anak perempuannya yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan sekolah."Baru pulang, Mas?" sapa Zaleha--istrinya yang di balas anggukan kepala oleh Hairul. Secangkir teh di letakkan diatas meja. Siapa tahu suaminya itu haus."Bagaimana, Mas? Tuan Lion ada berbuat sesuatu pada Mas?" tanya Zaleha lagi, tempat kosong di sebelah suaminya menjadi tempat dia melabuhkan duduk."Alhamdulillah tidak ada, karna Mas mempunyai foto istri dia. Mas sudah menduga, dia tidak akan berani main tangan kalau Mas tunjukkan foto istrinya itu, eh, ternyata benar," jawab Hairul tertawa kecil.Zaleha terdiam beberapa saat. Keningnya sedikit berkerut mendengar jawaban suaminya.Pantas saja waktu Tuan Lion datang minggu kemarin dia tidak berbuat apa-apa padaku. Malah memberikanku uang, ternyata dia sayang juga

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 26

    "Haidin! Jangan sentuh aku!" ketus Aisyah sedikit membentak. Namun, saat menoleh pada pria itu dia ketakutan. Apalagi melihat wajah Haidin yang menunjukkan kemarahan. Seperti memberi peringatan bagi Aisyah agar tidak macam-macam dengannya. Saliva di teguk Aisyah kasar."Ma-maaf aku mau ke toilet sebentar," pintanya tergagap. Kaki beringsut mundur beberapa langkah kebelakang ingin segera meninggalkan tempat itu. Namun, tanpa sengaja dia malah menabrak tubuh seseorang. Aisyah pun segera berbalik badan melihat King yang ternyata berdiri di sana. Membulat mata Aisyah memandang laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.Sedangkan King , wajahnya menunjukkan tidak puas hati melihat keberadaan istrinya bersama pria laindi sana. "Sudah puas dating?" tanyanya sedikit membentak.Air liur di teguk Aisyah berkali-kali. Tangannya yang sudah berkeringat basah di lap ke baju yang di pakainya. Tidak berani dia memandang wajah King kali ini. Detak jantungnya juga semakin b

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 27

    Mesin mobil di matikan setelah mereka tiba di rumah. Seat-belt di bukanya, kemudian dia mengalihkan pandangan pada Aisyah yang sedang duduk sambil melipat kedua tangan di dada."Ayo turun.""Tidak mau!" tolak Aisyah membentaknya."Mau aku angkat seperti tadi atau bagaimana? Aku tidak masalah. Tapi apa kamu tidak malu jika di lihat Daddy?" tanya King sinis.Aisyah mendelik melihat lelaki yang duduk di sebelahnya. Nafas di helanya dalam-dalam, sambil membuka seatbelt.Sepertinya tidak ada pilihan lain. Pintu mobil di buka, dan segera dia turun dari mobil.King tersenyum menang, dia pun ikut turun dari mobil, berjalan mendekati Aisyah. "Ayo!" tangan kanan di ulurkan ke arah Aisyah, menanti wanita itu menyambutnya.Namun, Aisyah malah memutar bola mata malas. Lalu mengayunkan langkah masuk ke dalam rumah.King menggeleng, tangan yang masih menggantung di jatuhkannya lagi.Untung saja kamu istriku. Kalau tidak nasibmu akan sama dengan Haidin. Kemudian kaki di ayunkannya mengekori Aisyah

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 28

    Diko dan Diki menopang dagu memandang King yang melamun melihat minuman di hadapannya. Roti coklat yang terhidang di meja juga belum di sentuhnya. Diki menyeringai saat ide jahil melintas di kepalanya. Braaak! Meja di hentak kuat, hingga King bergelingjang kaget di buatnya. Bukan hanya King saja yang kaget, orang lain di meja sebelah pun ikut bergelingjang karna ulahnya. "Maaf, ya Mas," sesal Diki tersenyum kacut. Orang di sebelah mereka itu hanya menggeleng kemudian berpaling ke arah lain. "Bos kenapa? Dari tadi kami perhatikan sudah seperti anak Abg putus cinta saja. Cerita sama kami, apa masalah bos sekarang? Siapa tahu kami bisa bantu?" ujar Diki. "Aku setuju! Kalau bos asyik melamun seperti ini, sampai tahun depan kita akan duduk terus di cafe ini." Diko menimpali, mendukung yang di katakan saudaranya. King mengeluh kecil. Sebelah tangannya meraup wajah, mencoba untuk merubah raut wajah yang kusut. Kopi hitam yang ada di depannya di aduk. "Ini tentang Aisyah." "Lah

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   TAMAT

    Serangan demi serangan anak buah Haidin dengan mudah di hindari King. Sambil mengelak, King juga menyarang lawannya pada bahagian lutut dan perut. Walau mustahil bisa mengalahkan sepuluh orang dengan tangan kosong sendirian, namun demi istri tercinta, King yakin dapat mengalahkan semuanya. Begitupun Rayden, pemuda itu juga sibuk melumpuhkan anak buah Haidin yang menyerangnya dari arah kiri dan kanan. Belum sempat ia menarik pelatuk pistol tubuhnya sudah di tendang hingga jatuh ke tanah. Segera Rayden bangun lagi sebelum di injak pria berbadan besar. Satu persatu wajah musuh yang mengelilingi di perhatikannya. "Hahahahhaha. Cukup! Cukup! Hahahaha." Serentak Rayden, King dan anak buah Haidin menoleh ke arah suara yang tertawa kegelian. Di sana tampak Diko dan Diki sedang menggelitik seorang pria, hingga pria itu berguling-guling di tanah. "Ha, rasakan ini!" Diki terus saja menggelitik selangkangan pria itu dengan kakinya. Sedangkan Diko menahan tangan pria itu. "Terus Diki, terus!

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 48

    Gluk! Gluk! Air liur di telan Diko dan Diki melihat tubuh tegap setiap pengawal yang menjaga pintu rumah usang di depan. "Diki, bagimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Diko. Cemas pemuda itu memandang saudara kembarnya. Diki pun tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya terpaksa mengikuti perintah Rayden dan King tadi. Kalau dia tahu akan jadi seperti ini, lebih baik tadi dia dirumah saja menonton film Doraemon. "Hmm, coba sekarang kau pukul aku," pinta Diki. "Pukul? " Diko sedikit kaget. Mana tega dia memukul adiknya sendiri. "Kau sudah gila, hah? Kalau aku pukul kau yang ada kau jadi pingsan nanti," sambung Diko. "Ha, itu masalahnya. Sekarang pun aku pusing. Kau pukul saja." Tangan Diko diambil dan di pukulkan ke wajahnya. "Diki, aku ini sudah lama tidak memukul orang. Kalau kau aku pukul, yang bisa-bisa kau mati atau pun pingsan." "Pukul saja lah, cerewet! " "Serius?" tanya Diko memastikan. "Ya, " jawab Diki mantap. "Serius? " Diko kembali bertanya. "Iya! " "Ka

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 47

    "Sayang," panggil Haidin dengan nada manja. Dia berlutut di hadapan Aisyah yang tengah menangis terisak-isak. Darah di paha wanita itu sudah mengering dan di balut dengan kain putih untuk menghentikan darah yang keluar. Ibu jari di gunakan Haidin menyeka air mata Aisyah. Kepala dia gelengkan pelan. "Sssttt. Jangan nangis lagi, sayang. Lukanya sudah kering. Kalau kamu menangis seperti ini aku jadi tidak tega. Aku tidak kuat melihat kamu menangis, Sayang." "Cukup Haidin. Saya sudah lelah dengan permainanmu ini," ucap Aisyah dengan suara sedikit meninggi. Haidin mengerutkan kening. "Kamu lelah kenapa? Aku tidak menyuruh kamu pergi ke mana-mana? Dari tadi kan kamu hanya duduk di kursi ini saja. Tidak mungkin duduk saja kamu merasa lelah? Atau kamu mau mandi? Kamu pasti ingin aku mandikan, kan?" Aisyah menggeleng ketakutan. Haidin malah tertawa besar. Senang hatinya melihat wanita itu ketakutan. Kemudian matanya beralih pada jilbab Aisyah yang telah basah oleh keringat. Timbul rasa ka

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 46

    "Akhh! Sakit! Kau bisa lakukan pelan-pelan tidak!" King mengerang saat kain berisi pecahan batu es di tekan pada luka lebam di wajahnya. Rayden malah tersenyum sinis dia tidak heran lagi dengan sahabatnya itu. "Sudah tahu lemah, kenapa tidak kau ajak aku sekali melawan mereka. Ini tidak, malah sok melawan sendiri! Kau kira diri kau itu seper hero bisa melawan semua kejahatan?" sinis Rayden. Batu es itu di tekan lebih keras lagi ke wajah King. King menjerit sakit. Seketika dia menepis tangan Rayden, lalu menggosok pipinya yang lebam. "Aku tidak ingin menyusahkan orang lain itu saja!" Rayden mendesah kasar. "Tidak ingin menyusahkan orang lain? Eh, kalau kau mati di tangan si Jack siapa yang akan selamatkan istri kau? Kalau aku sendiri yang selamatkan dia, yang ada akulah yang jadi heronya! Lebih baik dulu, aku saja yang menikah dengan dia, bukan kau!" sinis Rayden meninggikan suaranya. "Alaah, kau lupa? Apa yang pernah kau katakan padaku hari itu? Jangan pernah minta tolong padak

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 45

    "Woi!" Suara itu menghentikan gerakan tangan Jack seketika. Kepalanya menoleh kiri-kanan mencari dimana sumber suara. Ruangan yang remang-remang membuatnya kesusahan untuk mengetahui pemilik suara dari orang-orang yang berada di sana. Pedang katana yang berada di tangannya di jatuhkan lagi ke bawah. Kakinya yang memijak kepala King juga di pindahkan ke lantai. Detik kemudian terdengar suara tembakan mengenai rekan-rekan Jack. Suasana di clab malam yang tadinya riuh dengan musik DJ, berganti dengan teriakan ketakutan orang-orang yang berada di sana. Jack melompat ke tepi. Membulat matanya melihat tiga orang rekannya yang terkena tembakan di dada. Tinggal dua orang rekannya yang masih selamat, tengah meringkuk di balik meja yang di tendang King tadi. "Siapa pun kau. Keluarlah kalau berani!" tantang Jack. Bola matanya bergerak memandang sekeliling. "Waciyaaa!" Braaak! "Aduh!" Diki jatuh tersungkur. Rencana ingin menendang Jack dari belakang malah kakinya terpeleset. Tertawa Jack

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 44

    "Bos, mau kemana?" tanya Diko ketika melihat King sedang memasukkan peluru ke dalam pistolnya. Namun King tidaklah peduli dengan pertanyaan anak buahnya itu. Dia hanya fokus pada pistolnya yang sudah lama tidak di gunakan. Diko memandang Diki yang berada di sebelahnya. Tidak tahu lagi mereka bagaimana cara membujuk King agar bisa bersabar. Diki mengeluh kecil. Diberanikannya diri mendekati King dan mengusap bahu bosnya itu pelan, namun King malah menepiskannya dengan kasar. "Aku mau pergi mencari istriku. Kalian berdua tidak perlu ikut!" ujar King dengan nada serius tanpa memandang wajah ke dua anak buahnya. Kening Diki mulai berkerut. Sekilas dia menoleh pada Diko yang berdiri di belakangnya. Tidak akan mereka membiarkan bos mereka pergi seorang diri "Tapi bos, kalau terjadi apa-apa dengan bos bagaimana? Biarkan kami ikut, bos." King tersenyum sinis mendengar kata-kata Diki barusan. Dia menyimpan pistol ke dalam sarung, lalu di selipkan di pinggang sebelum menoleh pada lelaki

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 43

    Garis polisi berwarna kuning telah melingkar di sekeliling lokasi kejadian. Beberapa petugas juga tampak sibuk menjalankan tugas mereka masing-masing. Mayat yang telah gosong di dalam mobil di keluarkan mereka dengan sangat hati-hati, lalu di letakkan di atas tempat mayat yang di lampisi dengan plastik hitam.Saat ini, sebagaian lokasi kejadian juga basah, karna baru saja di guyur hujan lebat. Kamera di bidikkan pada mayat yang sudah tidak bisa di kenali itu sebagai bukti."Aisyah!" Suara teriakan itu menggema di sekitar lokasi kejadian.Serentak pandangan polisi yang berada di sana beralih pada King yang tengah berlari melintasi garis larangan polisi.Diko dan Diki sudah mencoba menahan, namun gagal."Maaf Pak. Untuk saat ini, Bapak tidak boleh masuk ke lokasi kejadian, karna kami sedang melakukan penyelidikan! Mohon kerjasamanya, Pak." cegah komandan polisi yang bertugas disana. Lengan King di tahan salah satu anggota polisi yang bertugas agar laki-laki itu tidak masuk ke lokasi ya

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 42

    Mobil berhenti setelah tiba di kawasan hutan. Tampak beberapa orang pria bersenjata api dan juga Haidin yang telah menunggu kehadiran mereka.Dua orang bertopeng tadi keluar dari dalam mobil bersama dengan Diki yang kepalanya masih di tutup menggunakan kain hitam.Tubuh Aisyah juga di papah menuju ke arah Haidin, lalu di baringkan diatas tanah, kemudian kedua orang bertopeng itu melangkah mundur ke belakang."Apa kami sudah boleh pergi?"Haidin menggeleng. "Kenapa harus buru-buru, santai saja dulu di sini. Eh, tapi kenapa kalian bawa anak buah si Lion kesini? Bukannya aku hanya menyuruh kalian membawa Aisyah saja?""Kalau aku tinggalkan, pasti dia akan berteriak dan mengejar kami."Haidin mengangguk tanda paham, lalu ibu jari di jentiknya memberi kode pada anak buahnya.Lantas Jack datang membawa satu jerigen air dan di siramkan ke wajah Aisyah.Seketika Aisyah tersadar. Hidungnya terasa pedih saat air itu masuk ke dalam rongga pernapasannya. Dia tersedak, terbatuk-batuk beberapa saat

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 41

    "Cepat katakan! Apa yang terjadi dengan istriku! Tadi aku menyuruh kau mengantarkan dia kan? Lalu mana dia sekarang!" bentak King. Saat ini dadanya berombak turun-naik. Diki yang masih berlutut di lantai di pandangnya.Tapi, Diki malah menggelengkan kepala. Berurai air matanya keluar membayangkan yang terjadi pada Aisyah tadi. Dia takut, King akan marah dan kecewa dengan dirinya yang tidak bisa menjaga Aisyah.Diko merasa cemas, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, jika yang di sampaikan Diko barusan benar-benar terjadi. Mungkin King tidak akan mau lagi mempekerjakan saudaranya itu.Bahu Diki di usapnya pelan, coba meredakan tangis saudaranya yang belum juga berhenti."Diki, coba kau tenang dulu dan ceritakan apa apa yang telah terjadi sebenarnya. Kalau kau hanya menangis seperti ini, masalahnya tidak akan selesai," ujar Diko membujuknya."Tapi aku takut bos marah dan membenciku," lirih Diki."Terus? Kalau kau diam seperti ini, kau pikir bos tidak akan marah? Kau pikir b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status