Nora terkejut mendengar suara Bagus yang saat ini sudah berada disampingnya. Pria itu datang menemuinya tanpa arahan. "Apa yang membuatmu datang kepadaku, aku sedang tidak membutuhkanmu!" seru Nora, wanita itu mencoba menutupi rasa gugupnya. "Aku suamimu, jadi aku bebas untuk menemuimu!""Hah, haruskah statusmu itu menjadi alasan agar kita bisa bertemu?!" tanya Nora, melirik ke arah Bagus. Bagus tersenyum "Tentu, lebih baik aku yang datang ke ruanganmu, daripada kau kelelahan sesekali menatapku dari jendela!" jawab Bagus. Nora menelan ludah mendengar kalimat Bagus, sontak saja ia merasa salah tingkah. "A--aku sedang sibuk, mungkin nanti saja kita bertemu lagi!""Baiklah, aku tidak akan mengganggumu, ini kubawakan nasi bungkus, baru saja aku membelinya di warung depan, dan tolong dihabiskan ya!" seru Bagus. "Tidak, aku sedang diet! Kau saja yang menghabiskannya?!" sahut Nora.Bagus menghela napasnya, langkah kakinya segera mendekati Nora."Mau aku suapi?" tanya Bagus, saat wajah
Tidak ada yang bisa menggantikan sosok Atun bagi Bagus, gadis soleha yang selalu menolongnya. Cintanya pada Atun begitu tulus dan murni, bahkan ia berusaha bekerja siang dan malam hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, agar bisa meminang sang pujaan hati. Lima tahun yang lalu, Bagus siap meminang sang pujaan hati. Laila, seorang janda yang begitu menggoda, pernikahan sudah di ambang matanya, suasana ramai memenuhi pesekitaran rumah sang janda yang sebentar lagi akan dipinang olehnya. Namun pernikahan itu seketika terdengar riuh dari kejauhan, Bagus dilarang bertemu dengan pengantin wanita itu, oleh seorang ibu tua yang mengetahui kejadian di dalam rumah Laila. Rasa penasaran membuatnya nekat untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar calon pengantin wanita. Semua orang berlari, tidak mau mendekati rumah pengantin wanita itu, sementara Bagus terus berjalan masuk ke dalam rumah mencari kamar wanita itu. Pintu kamar tidak tertutup, sepasang wanita dan pria tengah asik bercumbu.
Semalaman penuh adalah malam yang indah menurut Nora, perlakuan Bagus mampu membuat hatinya melayang jauh, sayangnya pria itu berubah bersikap dingin pagi ini, seakan tidak pernah terjadi sesuatu. Tidak ada senyuman dan sapaan, melainkan tatapan Bagus yang semakin tajam kepada Nora.Jantung Nora berdegup kencang, saat dirinya mencoba memberanikan diri untuk lebih dulu membuka suara. "Gus, soal semalam, jangan pernah katakan pada siapapun ya!" tutur Nora. "Semalam? Ah, aku minta maaf, aku tidak bisa menahan itu!" jawab Bagus santai. Mendengar itu Nora tersenyum malu, entah mengapa pria itu terlihat tampan saat memperlihatkan otot-otot lengannya. Hari ini Nora memilih untuk bekerja dirumah, ia begitu bosan dan penat jika harus mengerjakannya di kantor. Trttt .... Suara ponsel Nora bergetar, seketika dirinya terkesiap melihat nama seseorang di layar gawainya. Tanpa pikir panjang Nora segera menjawab panggilan itu. "Hallo!" seru Nora dan memutar balik tubuhnya membelakangi Bagus.
"Apakah kau tuli? Aku menyuruhmu untuk memberitahu Nora!" cetus Temy, membuat Bagus segera melakukan perintah pria itu. Temy tersenyum puas, sudah sangat lama ia merindukan Nora, wanita pujaan hatinya. Kini perasaannya begitu berbunga-bunga, pasalnya Nora sudah batal menikah dengan Revan. Ia sudah tidak memiliki saingan yang handal untuk merebut hati Nora. Pria berusia 35 tahun itu, sangat antusias untuk mengejar cinta Nora, ia adalah seorang duda beranak satu, Miliarder yang tampan dan tidak pernah luput dari skandal dengan wanita-wanita malamPernikahannya kandas karena mantan istrinya memiliki kelainan penyuka sesama jenis. Kehadiran Nora mampu menyembuhkan luka di hatinya. Saat itu mereka bertemu disebuah kapal pesiar yang besar, Nora memiliki tujuan untuk pergi kw makam orang tuanya yang berada di negara Singapura. Dalam perjalanan, tidak disengaja Nora bertemu Temy Kim, pria blaster Indonesia dan Korea. Ia pernah menyatakan cinta kepada Nora, sayang seribu sayang, cintanya t
Setelah kejadian malam itu, Nora semakin merasa giat untuk membuktikan pada Bagus, jika cintanya tulus dan tidak ada unsur kebohongan dalam hatinya. Rasanya begitu sulit mendapatkan kepercayaan Bagus. Namun, di dalam hati kecilnya Nora sangat yakin jika Bagus adalah pria yang ditakdirkan hanya untuknya. Begitu pun Bagus, sebagai seorang pria ia harus bisa menepati janjinya. Seketika perhatian-perhatian Nora selama menjalani pernikahan bersamanya, tentu membuat Bagus dilema, wanita itu seakan memiliki sihir, karena mampu membuat degup jantungnya berdebar kencang. "Kenapa memandangiku seperti itu atau kau memang terpesona denganku?!" goda Nora. Bagus tersenyum kecil, Nora memang terlihat cantik malam ini. Dua manusia itu tengah berkencan di sekitar pantai, suara gulungan ombak yang menyapa pasir. Keindahan suasana malam yang diterangi bulan dan bintang dan hembusan angin kencang, setelah beberapa menit yang lalu keduanya merasa puas melihat pesona matahari yang terlihat tenggelam di
Suara bising mampu membuat Nora terbangun, perlahan kedua matanya terbuka, lalu mengamati gerak-gerik orang-orang yang lalu lalang melewati mobilnya. "Di mana Bagus? Kenapa banyak sekali orang di depan rumahku?!" tanyanya ragu. Nora bergerak cepat untuk turun dari mobilnya, kedua netranya melihat jelas mobil Lesia yang terparkir di pekarangan rumahnya. "Wanita itu lagi!" gerutunya, dan menutup pintu mobil dengan kencang. Dengan penuh emosi Nora masuk ke dalam rumahnya. Terlihat Lesia tengah berbicara dengan Bagus. "Untuk apa kau datang ke tempatku? Apa apaan ini?!" bentak Nora. "Surprise, akhirnya kamu datang Nora! Aku mau kasih tahu kamu, semua aset kedua orang tuamu detik ini juga sudah menjadi milikku!""Wanita kep*rat! Jangan kau ambil semua harta kedua orang tuaku! Apa tujuanmu sebenarnya? Aku sudah mengikhlaskan Revan untukmu, dan sekarang kau mencoba mengambil semua peninggalan harta Almarhum ayahku!""Ssstt! Dengar ya Nora, sepuluh tahun yang lalu, aku masih sah menjadi i
Malam yang semakin larut, semakin membuat hati Nora pilu. Sora terus menangis terisak karena tidak tega melihat kesedihan dan kehancuran pada Nora. "Berhenti menangis Sora, aku baik-baik saja!" pinta Nora, walaupun ia sendiri mencoba untuk menahan diri agar tidak menangis. "Nona, maafkan saya, saya tidak bisa membela Nona, saya tidak bisa menolong Nona!" balas Sora, sambil menyeka air matanya. "Harusnya aku yang minta maaf, gajimu dan Jaki belum bisa ku bayar, aku benar-benar tidak memiliki uang, aku berjanji jika aku sudah mendapatkan uang, aku akan membayar gaji kalian berdua.""Tidak perlu, aku hanya ingin melihat Nona bahagia, aku bisa mencari uang untuk kebutuhanku sendiri, jadi Nona tidak perlu memikirkan aku dengan Jaki!"Nora menghela napasnya dengan berat. Ia merasa malu, karena saat ini ia bukanlah seorang Bos, apalagi saat ini ia hanya memiliki uang tidak cukup sampai satu juta. Semua kartu debit Nora terblokir, Lesia sudah bergerak cepat akan hal itu. Nora melepaskan s
Nora yang tidak terbiasa menaiki Bus, harus menahan rasa mual dan isi perutnya bergejolak untuk meminta keluar, hal itu benar-benar membuatnya menyerah, ia tidak bisa menaiki Bus antar kota, sementara Desa Bagus hanya membutuhkan waktu 45 menit lagi untuk sampai. Bagus mengalah, ia dan Nora memilih turun dari Bus dan segera mencari tempat untuk berteduh. Hawa dingin menyelimuti, membuat tubuh Nora menggigil. "Sedingin ini Desa mu Gus?!" tanya Nora. "Karena memang dekat gunung, cuacanya selalu pedut dan akan seperti ini, begitu dingin!""Duduklah disini, kau harus bertanggung jawab atas semua rencanamu ini!""Tanggung jawab bagaimana?!" tanya Bagus heran. "Sudah kemari, diam, dan duduk disebelahku!" paksa Nora. Bagus menuruti perintah Nora, mereka berteduh di tempat warung yang tidak terpakai, bangunannya pun terbuat dari anyaman bambu. Setidaknya tempat itu bisa menjadi tempat yang aman untuk mereka. "Lalu, kita hanya diam saja disini?!" tanya Bagus. "Lihat, hari masih gelap, ka