Kia mengguman lirih dengan manik yang masih terpejam seperti seseorang yang sedang mengigau. Namun beberapa saat kemudian, kelopak matanya pun perlahan mulai terbuka.
Uh, pegal sekali. Seluruh tubuhnya bagai habis melakukan olahraga ekstrim yang overexpose. Tapi jika dipikirkan lagi, bukankah memang apa yang ia dan Byan lakukan agak terbilang ekstrim?Fiuh. Lelaki itu benar-benar membuatnya kelelahan dengan staminanya yang luar biasa seperti kuda jantan liar. Bisa dibilang, servis yang Byan lakukan membuat Kia sangat terpuaskan sekaligus melelahkan.Ya, sampai sekarang pun Kia sangat yakin jika bartender tampan bernama Byantara itu juga pasti berprofesi ganda sebagai gigolo kelas atas.Bibir sensual itu melengkungkan senyum, saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Byan pasti sedang membersihkan diri.Kia bermaksud untuk beristirahat selama beberapa saat lagi, ketika mendengar dengung suara ponselnya bergetar pelan. Dengan menghela napas malas, Kia meraih pouch kecilnya yang berada di atas nakas di samping ranjang. Mungkin Byan yang menaruhnya di sana.Manik indah itu pun seketika berubah dingin, ketika melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.Alex Guntoro.Kia memang sengaja memberikan nama lengkap formal untuk Alex di ponselnya, sebagai kamuflase untuk menutupi hubungan terlarang mereka selama ini.Alex adalah atasannya di kantor Jasa Penasihat Hukum Guntoro and Partners Law Firm. Alex juga telah memiliki calon istri, dan Kia tak lebih dari bawahan lelaki itu dengan jabatan Junior Law Firm, sekaligus selingkuhan Alex.Ya, SELINGKUHAN.Dengan perasaan kesal, Kia pun menonaktifkan ponselnya, lalu menyimpannya kembali ke dalam pouch miliknya. Ia sengaja menghilang agar Alex bingung mencarinya. Rasakan.'Seenaknya saja dia meniduriku, lalu malah menikahi perempuan yang sudah dijodohkan dengannya!'Kia menggigit bibirnya ketika dadanya terasa sesak. Sial. Ia tidak boleh lemah. Ia tidak boleh menangis! Si Alex sialan itu tidak berhak mendapatkan setetes pun air matanya yang berharga.Lihat saja, ia akan balas dendam dengan tidur bersama banyak lelaki, lalu mengirimkan bukti-buktinya kepada Alex supaya lelaki itu gusar karena cemburu. Kia tahu jika Alex sesungguhnya juga mencintainya, hanya saja lelaki itu terlalu lemah untuk menolak perjodohan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya.Bullshit.Kia menunduk, menatap tubuhnya yang dipenuhi kissmark merah tua akibat perbuatan beringas Byan. Bibir sensual itu pun melukiskan senyuman tipis. Good job, Byantara. Ini akan menjadi bukti yang akan membuat Alex terbakar dengan dahsyat karena cemburu!Gadis itu pun menghela napas pelan, lalu beranjak turun dari ranjang untuk memunguti gaun dan pakaian dalamnya yang berserakan di lantai dan mengenakannya dengan cepat.Terlintas dalam pikirannya untuk berpamitan kepada Byan yang masih berada di dalam kamar mandi, tapi Kia menggeleng pelan. Come on, dia kan cuma gigolo!Atau kalau pun bukan, tetap saja apa yang terjadi semalam itu hanyalah bersenang-senang semata. Sama-sama saling memuaskan. Lalu untuk apa kalimat ucapan selamat tinggal yang sudah pasti akan rikuh?Jujur saja, seumur hidupnya baru kali ini Kia melakukan one night stand. Dengan Alex, Kia melakukannya karena cinta, dan karena mengira Alex akan menikahinya kelak. Meskipun ternyata ia cuma dianggap sebagai penghangat ranjang untuk lelaki brengsek itu."Ck. Lagipula aku harus bilang apa? Terima kasih untuk semalam? Selamat tinggal? Atau sampai jumpa?" Gerutu Kia sembari mengeluarkan dompet dari pouch-nya. Lebih baik ia pergi sebelum Byan keluar dari kamar mandi, dan lebih baik jika ia bayar saja jasa lelaki itu yang telah memuaskannya berkali-kali semalaman.Tidak mungkin jika lelaki itu bukan gigolo, kan?Kia tertawa pelan ketika menaruh black card di atas nakas. Bayaran yang cukup mahal, tapi sepadan. Dan ia juga ingin membuat Alex semakin meradang saat mengetahui bahwa black card yang diberikan kepada Kia malah dipegang oleh lelaki lain.Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kamar sambil berdecak pelan. Selera si gigolo ini tinggi juga. Lihat saja kamar ini! Ruangan seluas dan semewah ini pasti harga sewanya sangat mahal.Kia mengambil bolpen dan kertas yang tersedia di meja depan televisi, lalu menuliskan sebaris kalimat pesan untuk Byan. Lengkungan senyuman yang menghiasi bibirnya tak lepas meski kertas itu telah ia taruh di atas nakas, dengan sengaja ia timpa dengan black card.Saatnya untuk pergi.***Byan keluar dari kamar mandi dengan membalutkan bath robe ke tubuhnya. Manik gelapnya sontak menatap ke arah ranjang yang telah kosong, dan terkejut saat tidak menemukan gaun serta pakaian dalam milik Kia.Kakinya yang panjang sontak berlari menuju pintu, dan membukanya dengan cepat. Tak ada siapa pun di luar. Sial.Lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar dan meraih telepon hotel."Halo. Saya dari kamar President Suite. Apa Nona bergaun hitam yang baru turun dari kamar ini masih ada di lobby?" Byan bertanya sedetik setelah telepon itu diangkat, tak peduli meski si resepsionis baru saja ingin menyapanya."Oh, Nona cantik bergaun hitam maksud Anda, Tuan Byantara? Ya, dia baru saja menaiki taksi beberapa saat yang lalu, Tuan," sahut ramah si resepsionis kepada tamu VVIP-nya.Byan pun sontak mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya yang tidak awas kepada Kia. Ia tidak menyangka kalau wanita itu telah terjaga dan pergi begitu saja, mengingat betapa nyenyak tidurnya.Tanpa basa-basi karena kesal setengah mati, Byan pun segera menutup telepon begitu saja. Helaan napasnya menguar keras ke udara, menyuarakan kegusaran hatinya.Kia. Hanya itu yang Byan tahu tentang wanita itu. Oh, tapi untung saja ia sempat mengambil foto Kia saat wanita itu sedang tertidur. Lihat saja, ia akan menemukan Kia dalam waktu yang sangat cepat!Byan kembali mendengkus keras dan menyugar rambutnya frustasi. Di saat ia kembali dapat menikmati bercinta, kenapa malah sang wanita hilang begitu saja?Pandangannya yang nanar mengamati ke seluruh penjuru kamar. Bukti-bukti yang begitu nyata akan panasnya aktivitas di atas ranjang terpampang dengan begitu jelasnya. Byan bahkan tidak menyangka ia akan bersikap seliar itu kepada wanita, bahkan setelah tidak mampu bercinta selama 3 tahun pun.Kia benar-benar telah memancing animal instinct-nya yang buas keluar dan tak terkendali.Kasur dengan alasnya yang berantakan itu membuat Byan kembali menghela napas, berusaha menghilangkan bayangan Kia yang merintih dan mengerang memanggil namanya dengan suara menggairahkan.Fuck this shit.Baru membayangkannya saja, ia sudan bergairah kembali!Byan mengernyit ketika melihat benda yang mirip sebuah kartu berwarna hitam di atas nakas. Apa itu?Kakinya kembali bergerak cepat menuju samping tempat tidur dimana nakas itu berada. Tangannya meraih black card yang ditinggalkan Kia di sana, beserta secarik kertas dengan tulisan tangan yang rapi.Byan pun membacanya dalam hati.[Ini untuk bayaranmu, Byan Sayang. Gunakan sesukamu, tapi aku menyewa jasamu selama sebulan. Dan aku tidak menerima jawaban TIDAK. Ingat, selama bersamaku, kamu tidak boleh menerima jasa dari siapa pun. You are mine. ~Kia~]Rasanya Byan ingin sekali tertawa keras setelah membaca pesan itu. Jadi Kia menganggapnya semacam lelaki penjaja seks? Gigolo??"Kia. Aku akan segera menemukanmu dan memakanmu hingga habis tak bersisa untuk salah paham yang menggelikan ini," gumannya sambil tersenyum.Namun keningnya seketika berkerut ketika melihat sederet nama yang tertera di atas black card itu.ALEX GUNTORO. Alex Guntoro??Tunggu, apa ini Alex Guntoro si pengacara itu? Byan berusaha mengingat nama yang familier baginya. Ya, rasanya ia pernah menggunakan jasa Guntoro Law Firm untuk menuntut pelaku penyebab kecelakaan lalu lintas yang menewaskan istri dan anaknya.Lalu... apa sebenarnya hubungan Kia dengan Alex? Kenapa Kia memegang black card milik si pengacara itu?***Kia turun dari taksi yang membawanya ke sebuah apartemen mewah di sebuah komplek sentra bisnis. Ia sengaja tetap tidak menyalakan ponselnya, dan langsung mendatangi Penthouse milik Alex tanpa diundang, dan tanpa menelepon lebih dulu seperti yang sebelumnya selalu ia lakukan agar hubungan mereka tidak diketahui oleh siapa pun.Persetan. Kia bahkan tidak peduli jika di Penthouse Alex ada calon istri lelaki itu. Biarkan saja, mungkin malah akan lebih baik jika ia ketahuan."Aku akan bersikap seperti jalang, karena kamulah yang membuatku menjadi seorang jalang, Alex! I am a bitch, and you're the one who made me that way," gumannya dalam tawa tanpa suara.Kia telah berdiri tepat di depan pintu Penthouse Alex dengan sikap kaku.Sejenak ia menghela napas pelan, berusaha untuk tidak berlari sejauh mungkin dari sini, hal yang sesungguhnya sangat ingin ia lakukan. Ia terlalu sakit. Terlalu patah hati, di saat cintanya kepada lelaki itu tidak sanggup membuat Alex menjadikannya pendamping dan lebih memilih wanita yang dipilihkan oleh orang tuanya.Brengsek. Pengecut. Pembohong.Kia masih mengalamatkan sejuta makian untuk lelaki yang juga atasannya itu, atas seluruh waktu dan perasaan yang sia-sia yang selama ini ia berikan. Alex membuat Kia mengira bahwa lelaki itu benar-benar mencintainya, hingga Kia pun rela memberikan kesuciannya karena terlalu terhanyut pada rayuan pengacara tampan itu. Lagipula siapa yang tidak akan tergoda pada Alex Guntoro yang bukan hanya tampan dan berkarisma sebagai seorang pengacara yang cukup dikenal di negara ini? Kia sendiri pada awalnya juga sebenarnya diam-diam mengidolakan lelaki itu, dan bersorak gembira
"Uuhh..."Byan menyeringai senang mendengar desahan lembut Kia akibat perbuatannya yang sejak tadi terus menggempur tubuh sensual itu. Kia menggelinjang dipenuhi keringat yang menetes membasahi kulit putih mulus tanpa cela, terlihat berkilau indah dan membuat Byan ingin melahapnya lagi dan lagi. Dia baru pemanasan dan belum masuk ke hidangan utama, sengaja berlama-lama untuk bisa menikmati Kia yang lezat. Sejak bertemu kembali dengan wanita impian yang telah mengembalikan hasratnya sebagai lelaki, kali ini Byan bertekad tidak akan membiarkan Kia pergi lagi begitu saja. Byan membiarkan wanita itu mengira bahwa dirinya adalah lelaki yang menjajakan hasrat untuk mendapatkan uang, alias gigolo. Entah kenapa, perasaannya justru mengatakan bahwa Kia akan langsung pergi dan menghilang jika Byan mengakui dirinya adalah seorang CEO, alih-alih gigolo.Kia bukan jenis wanita yang mencari lelaki yang akan membiayai hidupnya. Bahkan Byan melihat seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kia
A-Alex?!" Byan mengernyitkan keningnya saat mendengar suara Kia yang lirih dan tercekat. Sontak lelaki itu pun ikut menoleh ke arah screen, yang menampilkan sosok seseorang yang ia kenal sebagai seorang pengacara terkenal pemilik jasa penasihat hukum Guntoro & Partners Law Firm yang berdiri di depan pintu apartemen.Byan pun seketika mengalihkan pandangannya ke arah Kia yang terdiam mematung dengan wajah pucat menatap ke layar kecil. Sudah ia duga, Kia pasti ada hubungannya dengan Alex Guntoro. Yang ia tahu dari berita yang beredar di publik, Alex akan menikah dalam waktu dekat. Dan wanita yang akan lelaki itu nikahi bukanlah Kia. Tapi kenapa justru Kia memegang black card milik Alex? Tidak mungkin Kia adalah saudara dari Alex, karena jelas-jelas mereka berdua memiliki ras keturunan yang berbeda. Alex bermata agak sipit khas keturunan Chinese, sementara Kia memiliki mata yang besar berkilau indah. "Kia? Ada apa?" Byan bertanya seolah dia tidak mengenal Alex yang masih berdiri samb
FLASHBACK SEMALAM SEBELUMNYA... Alex benar-benar terkejut ketika ia sampai di penthouse-nya, dan melihat situasi yang kacau balau di sana. Semula ia mengira telah menjadi korban perampokan, namun lelaki itu sangat terkejut saat memeriksa rekaman CCTV.Tampak sesosok wanita cantik sedang mengamuk dengan melemparkan semua barang dan perabotan di sana. Terlihat marah, gusar dan akhirnya... terduduk dan menangis di atas lantai.Kia. Serasa hatinya ikut tercubit, Alex pun terpaku melihat bagaimana wanita yang selama ini menjadi pacarnya itu terlihat hancur. Kia yang selama dua tahun berhubungan dengannya, pasti merasa kesal karena pada akhirnya Alex malah menikahi wanita lain pilihan orang tuanya.Lelaki bermanik monolid itu pun menarik napas, dan segera meraih ponselnya untuk menghubungi Kia. Namun ternyata ponsel wanita itu tidak aktif.Mungkin Kia masih marah.Alex pun bergegas melangkahkan kakinya keluar dari penthouse setelah menyambar kunci mobil dari meja. Tak ia pedulikan lagi ko
"Jadi namanya Byan?" Alex mengucap dengan nada dingin, sedingin sorot yang menguar dari manik monolid-nya yang tertuju ke wajah Kia.Gadis itu pun sontak merutuki kebodohannya. Sial. Tanpa sadar, bayangan Byan melintas begitu saja di dalam pikirannya tanpa bisa Kia cegah. Tapi kenapa harus keceplosan sih? "Tidak masalah jika kamu tidak ingin mengatakannya, Kia. Karena aku pasti akan menemukannya." Alex membuka jas abu-abunya dan dengan kasar melemparnya ke lantai. Lelaki itu masih menatap tajam Kia sembari jemarinya sibuk melepaskan kancing kemeja. Tatapannya dipenuhi oleh kemarahan, ego seorang lelaki yang ingin menjadi lebih baik dari siapa pun di mata wanitanya. Alex merasa terluka dan kesal ketika sedang menikmati kelembutan tubuh Kia, dan gadis itu malah menggumankan nama pria lain. Seolah Kia begitu terhanyut dan hanya ingat pada permainan ranjang si lelaki brengsek yang bernama Byan itu!Alex telah melucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dan juga tubuh Kia dengan c
Byan tersenyum kecil melihat wanita yang ia cari ternyata kini justru berada tepat di depannya. Semula ia hendak langsung menghampiri Kia, namun langkahnya pun sejenak terhenti kala melihat wajah cantik itu yang sedang terlihat bersedih.Ia mengernyit melihat cairan bening yang masih mengalir membasahi pipi wanita itu. Kia... menangis?Lelaki bersurai kelam itu pun melanjutkan langkahnya kembali, lebih cepat kali ini, dengan langkah yang lebar demi untuk bisa segera meraih tangan Kia, dan seketika menariknya perlahan untuk masuk ke dalam pelukannya."Semuanya akan baik-baik saja," bisik Byan lembut sembari mengusap lembut rambut panjang Kia, tak mempedulikan bahwa kini ia dan gadis itu telah menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu-lalang di lobby.Beberapa orang yang mengenali Kia bahkan diam-diam saling berbisik, mengira bahwa gadis itu tengah dipeluk kekasihnya.Ketika Byan mulai merasakan bahwa ia dan Kia telah menjadi perhatian orang-orang, lelaki itu pun perlahan melepas
Kepala bersurai hitam itu pun perlahan semakin turun, hingga akhirnya tenggelam di antara kedua paha seksi Kia yang terbuka. Byan tak lagi membuang waktu untuk mencicipi hidangan lezat yang tersaji di depan mata, siap untuk disantap dengan penuh nikmat.Byan mengusap dengan lidahnya, sebelum mulai menyelusup ke dalam kelembutan Kia untuk mencari titik kenimatan dan merangsangnya dengan manuver lidahnya yang mahir. "Uumhhh..." Kia mengatupkan kedua kelopak matanya sembari melenguh panjang, ketika merasakan lidah Byan yang menari-nari lincah di bagian bawah tubuhnya. Sekujur tubuhnya merinding nikmat dan serasa tenggelam dalam lautan gairah yang liar tak bertepi.Gadis itu merintihkan nama Byan dan mencengkram rambut tebal lelaki itu erat, saat merasakan gelombang yang mulai bergulung-gulung menuju perutnya. Puncaknya yang kedua kalinya hampir tiba.Kia serasa gila setiap kali Byan menyentuhnya. Ia selalu merasakan orgasme yang begitu cepat, berkali-kali dan terlalu dahsyat hingga memb
"Tinggallah di sini untuk selamanya, Kia. Jadilah kekasihku."Kia masih berusaha mencerna semua perkataan Byan yang semula ia kira hanyalah bualan belaka, namun kini ia tidak yakin lagi. Manik gelap lelaki itu terlihat sangat serius dan... tulus. Tapi yang benar saja, apa dirinya baru saja diminta oleh seorang gigolo untuk menjadi kekasihnya?? Kia pasti lebih dari bodoh daripada menjadi kekasih Alex jika menerima tawaran seorang gigolo!Diduakan dengan Tessa saja rasa sakitnya bukan main, lalu apa jadinya jika ia harus rela kekasihnya memberikan pelayanan seks di atas ranjang dengan wanita-wanita lain di luar sana? Ah, sangat tidak masuk di akal Kia sama sekali!Meskipun, sejujurnya gadis bersurai panjang itu juga tidak bisa menampik hadirnya desir desir aneh di dadanya, saat lelaki setampan dan selembut Byan mengatakan suka dan ingin menjadikan Kia kekasihnya. Byan itu... adalah sosok lelaki idaman setiap wanita. Selain tampan dan lembut, di juga sangat peka. Mampu menarik gairah
"Byan!" Suara yang memanggilnya itu membuat Byan mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dalam kalut. Lelaki itu pun berdiri dari duduknya di atas sofa panjang rumah sakit tempat penunggu pasien yang sedang berada di ruang emergency. Tak terkira betapa leganya dirinya melihat wajah secantik bidadari dengan sosoknya yang akan selamanya sempurna di matanya itu, kini tengah memeluk dirinya dengan erat.Byan menghirup aroma lembut rambut istrinya yang sejenak mengalihkan gelisahnya, memberikan suntikan adrenalin yang kembali memimbulkan asa yang semula telah surut. Byan membuka mulutnya, untuk mengeluarkan suara serak yang dipenuhi kecemasan mendalam. "Kia, ayah..." "Ayahmu akan baik-baik saja," potong Kia. Ia mengeratkan pelukannya sebelum mulai melepasnya perlahan sembari mendongakkan wajahnya, hingga kini ia beradu tatap dengan wajah tampan suaminya yang kini terlihat murung. Satu tangannya terulur untuk mengusap pipi Byan. Seulas senyuman manis ia berikan untuk suaminya, berha
Kedua lelaki itu saling menatap dengan sorot yang dipenuhi oleh permusuhan. Perkataan telak dari Byan barusan sebenarnya cukup membuat batin Alex goyah, namun lelaki itu sepertinya menolak untuk menyerah. Meskipun harapan yang semula hadir karena ia meyakini bahwa janin yang dikandung Kia adalah miliknya, kini menjadi semu. Seiring dengan penyesalan demi penyesalan yang saat ini memenuhi benaknya.Alex mengutuk diri sendiri yang begitu bodohnya karena telah menyia-nyiakan Kia, setelah kehilangan membuatnya sadar bahwa sesungguhnya ia mencintai gadis itu. Alex mengira bahwa Kia hanyalah "ngambek" padanya, karena ia tidak bisa memberi status yang jelas untuk Kia dan malah hendak menikahi Tessa.Ia pun mengira bahwa Kia hanya ingin bermaksud membuat dirinya cemburu dengan mendekati Byan, karena Alex yang berkeyakinan jika Kia juga masih mencintainya.Namun kabar berita yang diberikan oleh Bara membuat Alex sangat terkejut. Ketika berita pertama yang ia dengar adalah Byan yang membawa K
"Morning, my sexy wifey." Suara berat yang berbisik lembut di telinganya itu membuat Kia seketika terbangun. Ia sedang menguap, ketika bibir Byan mengecup dadanya dengan bertubi-tubi dan membuat Kia tertawa pelan. Wanita itu lalu tersenyum dan mengelus rambut lebat lelaki itu yang masih asyik berkelana di dadanya dan tidak terlihat ingin beranjak. "Byan." "Hm?" Kia terdiam sebentar, seperti sedang berpikir untuk menyusun kalimat yang tepat. Namun akhirnya ia pun menyerah, karena kehamilan ini membuat kepalanya terasa agak pusing di pagi hari untuk berpikir terlalu berat. "Uhm... sampai kapan kita di sini?" Kia pun akhirnya menyuarakan pertanyaan yang terus berputar di dalam benaknya secara gamblang. "Di sini?" Ulang Byan yang telah mengangkat kepalanya dari dada Kia dan menatap istrinya sambil menaikkan alis. "Maksudmu di Bali? Atau di resort?" "Di Bali. Maksudku, sampai kapan kita di Bali," sahut Kia cepat. Ia tahu resort ini memiliki arti yang sangat dalam bagi Byan,
Sempurna.Kia tak bisa menemukan kata yang jauh lebih tepat untuk mendeskripsikan semua yang sedang terjadi hari ini... selain tanpa cela.Semua yang ia pandang terlihat begitu indah dan memukau. Bunga-bunga berwarna putih, merah muda lembut, kuning pucat dan biru muda menghias seluruh ruangan yang menjadi dekorasi acara pernikahannya hari ini.Manik coklat sayu itu pun mengerjap pelan seolah tak percaya, karena kalimat yang dalam hati ia ucapkan sendiri barusan.Pernikahannya.Selama seminggu penuh kemarin, dirinya dirawat di rumah sakit karena dokter menyarankan Kia untuk total bedrest, sebagai upaya untuk menjaga kehamilannya yang masih muda dan agak rentan.Lalu ketika ia telah diperbolehkan untuk pulang, tiga hari kemudian Byan pun mengundang Om dan Tantenya Kia yang bernama Burhan dan Ana untuk datang ke Bali. Mereka berdua adalah satu-satunya keluarga Kia yang tertinggal, setelah ayahnya meninggal ketika Kia masih kecil dan ibunya juga telah berpulang beberapa tahun yang lalu.
Kia bernapas pelan sebelum perlahan ia membuka kedua matanya. Posisi kepalanya yang bertumpu di atas lengan Byan terasa sangat nyaman, begitu pun halnya dengan 'selimut hidup' yang semalaman mendekap tubuhnya erat, seolah tak ingin kehilangan. Untuk kali ini, Kia-lah yang lebih dulu terbangun dibandingkan Byan selepas mereka tertidur setelah puas bercinta.Gadis itu pun sontak mendongak, untuk menatap seraut wajah tampan Byan yang masih terlelap dengan pulasnya.Bibir penuh Kia pun melukiskan sebuah senyuman, ketika teringat kembali pada perkataan yang semalam dengan sengaja diucapkan berulang-ulang oleh Byan. "I love you, Kia." Mengingat kembali suara berat dan maskulin Byan berucap lembut menyuarakan isi hatinya, membuat Kia larut dalam kebahagiaan yang merasuk ke dalam sukma.Tahu jika ia tidak akan pernah merasa bosan mendengar kalimat itu. Tidak, selama hanya Byan-lah yang akan selalu mengucapkannya.Apakah boleh jatuh cinta bisa terasa seindah ini?Rasanya seperti seumur hid
Pintu itu terbuka dari luar, berbarengan dengan masuknya kedua sosok dari arah luar ke dalam ruang Presidential Suite.Mereka sama-sama diam tanpa bersuara berjalan menuju ke arah master bedroom, meskipun dengan suara-suara di dalam benak masing-masing yang ribut. "Aku mau menelepon dulu," ucap Byan kepada Kia yang sejak tadi mengekorinya karena tangannya yang terus digenggam.Gadis itu mengangguk perlahan sambil tersenyum. "Aku akan menunggumu di balkon." "Kamu tidak perlu kemana-mana, Kia. Percakapan ini bukanlah rahasia," tegas Byan dengan maniknya yang kelam menatap Kia lekat-lekat, mencoba menggali apa yang sedang dipikirkan oleh gadisnya yang mendadak menjadi pendiam itu."Tidak apa-apa, Byan. Aku cuma mau menghirup udara segar saja," kilah Kia beralasan.Byan terdiam sesaat tanpa lepas mamandang wajah cantik yang dengan senyuman yang memikat, namun lelaki itu sangat menyadari bahwa sesungguhnya dibalik itu Kia sedang menyembunyikan sesuatu. 'Bara sialan! Ini semua gara-gara
Byan dan Kia berjalan bersama menuju bagian restoran dengan spot khusus VIP, yaitu sebuah ruangan mewah berkapasitas 25 orang yang memiliki privasi.Malam ini Kia benar-benar terlihat menawan. Make up yang terpulas di wajahnya semakin menonjolkan kecantikannya yang bernilai sempurna. Pun dengan gaun hitam off-shoulders yang dibelikan Byan, terlihat sempurna mengikuti lekuk tubuhnya.Meskipun penampilannya tanpa cela, namun jangan tanyakan tentang kondisi jantungnya yang sejak tadi tak henti berdebar, meskipun Byan terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa tak ada yang perlu dicemaskan."Itu mereka." Byan menunjuk kepada sekelompok orang yang sedang berdiri sembari mengobrol, Tampak mereka semua sedang menikmati segelas cocktail di tangan masing-masing.Sambil memeluk lengan kanan Byan, Kia berusaha berjalan dengan langkah yang anggun dan meyakinkan, walaupun saat ini rasanya ia seperti ingin terjungkal oleh kakinya sendiri saking gugupnya.Seorang gadis muda berparas sangat cantik berus
Byan membukakan pintu kamar Presidential Suite-nya, ketika mendengar suara denting bel dari arah sana.Setelah merapikan sedikit selimut yang menutupi tubuh Kia dan memastikan bahwa gadis itu masih nyenyak tertidur, Byan pun segera melangkahkan kaki keluar dari master bedroom menuju pintu."Halo. Selamat malam, Byan," ucap seraut wajah yang tersenyum kepada Byan dari balik pintu.Byan membalas senyum ramah lelaki paruh baya itu. "Silahkan masuk, Dokter Indra," ucapnya mempersilahkan.Dokter Indra adalah petugas kesehatan yang telah lama bekerja di Resort milik keluarga Samudra. Mereka berdua pun kemudian masuk ke dalam lalu duduk di sofa besar dari bahan kulit mewah berwarna coklat tua.Dokter Indra menaruh tas berisi peralatan dokternya di atas meja, lalu menatap lekat perban di tangan kanan Byan yang mulai berubah warna karena darah yang merembes di sela-sela kainnya."Boleh saya lihat tanganmu?" Pintanya.Byan mengangkat tangannya yang terluka, melirik sekilas perbannya yang basah
"Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi, ya?" Byan menyeka air mata yang sejak tadi mengalir dari manik coklat sayu milik Kia. Gadis itu tak hentinya menumpahkan cairan bening dari matanya sejak tadi, sebagai efek perasaan lega yang luar biasa bercampur shock yang masih tersisa."A-aku tidak... tidak bisaa berhenti, Byan. Hiks. Air mataku... terus keluar..." Gadis bersurai panjang yang masih terisak itu pun akhirnya didekap erat oleh Byan. Kia langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang lelaki itu.Matanya yang basah dan berkilau karena air mata menatap Byan sendu. "Aku benar-benar lega karena kamu berhasil mengalahkan mereka, Byan. Tapi di sisi lain... tanganmu... hiks..." Kia mengalihkan pandangannya ke tangan kanan Byan yang dibalut perban. Tangan itu terluka karena Byan refleks menangkis pisau yang hendak dihujamkan ke kepalanya.Tangisan Kia yang malah semakin meraung membuat Byan tertawa kecil. "Hei, tanganku cuma luka ringan saja, Kia. Tidak apa-apa, dalam bebe