Share

Bagian 2

Penulis: David Khanz
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 16:06:43

GAIRAH CINTA ROOSJE

Penulis : David Khanz

Bagian 2

------- o0o -------

“Mamang tahu sekali sifat-sifat Aden. Persis seperti mendiang Juragan laki-laki, Tuan Juanda. Sejak menikahi Juragan perempuan, Ibu Aden, beliau selalu mencintai keluarganya. Tidak pernah sedikit pun Mamang mendengar Tuan laki-laki ada main hati dengan perempuan lain. Beliau sangat setia, dan itu menurun semua pada diri Den Hanan. Juga kebaikannya,” tutur Mang Dirman menguak kembali pecahan kenangan yang sempat dialami dulu sebelum Hanan lahir.

“Seperti itu, ya, Mang?”

“Ya, semuanya. Mirip sekali. Bahkan sampai Den Hanan hadir di tengah-tengah keluarga, kecintaan Tuan laki-laki pada keluarga tetap tak berubah. Hingga menjelang ....”

“Ah, sudahlah, Mang. Bagian yang itu jangan Mamang ungkit-ungkit lagi. Saya semakin tak mampu menahan kerinduan ini akan kehadiran sosok Ayah.” Raut wajah Hanan sedikit berubah murung.

“Maafkan Mamang, Den. Mamang tak bermaksud membuat Aden sedih,” kata Mang Dirman tiba-tiba merasa bersalah.

Hanan mengusap bahu orang tua tersebut, usai membantu mengangkat koper dan meletakannya di dalam sado. “Tidak apa-apa, Mang. Saya juga tahu, pasti banyak orang selain saya yang juga turut merindukan Ayah. Beliau memang pantas dirindukan.”

“Untuk itulah, kehadiran Den Hanan di tengah-tengah masyarakat akan mampu mengobati rasa rindu mereka. Harapan Mamang, sih, seperti itu.”

“Kali ini Mamang tidak sedang bercanda, ‘kan?” Hanan menatap mata tua itu. Berkaca-kaca dengan sorot kebahagiaan tiada tara bisa bertemu kembali dengan orang yang sejak kecil dia asuh.

“Mamang sudah berjanji pada mendiang istri Mamang dulu, hidup Mamang akan dihabiskan untuk mengabdi pada keluarga Tuan laki-laki. Selama ini, hanya keluarga Aden saja yang mampu memberikan kenyamanan dan menganggap diri Mamang sebagai bagian dari keluarga Tuan Juanda. Mamang memang bekerja di rumah Den Hanan, tapi Mamang tidak pernah dianggap sebagai pembantu.” Genangan bening di pelupuk mata itu mulai meleleh menyusuri pipi tuanya. Dengan sigap, Hanan segera menghapus dengan jemari tangan. Lembut dan penuh kasih sayang.

“Sudahlah, Mang,” ujar laki-laki muda tersebut seraya menarik Mang Dirman ke dalam pelukannya. “Bagi saya, Mamang adalah bagian terpenting dalam keluarga saya. Tentunya bagi Ibu juga.”

“Den ....”

“Maafkan Hanan kecil, jika dulu sering membuat Mamang muda kesal. Kini, Hanan besar menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya karena selama ini sudah berkenan menjaga Ibu, selagi saya pergi menuntut ilmu di Jakarta. Entah, apakah saya bisa membalas budi atas jasa-jasa Mamang ini atau tidak. Tapi ... percayalah, selama saya hidup, Mamang tidak akan pernah akan saya biarkan menangis sedih.”

“Den ....”

“Apalagi, Mang?” tanya Hanan belum juga melepaskan pelukannya.

“Mamang susah bernapas. Badan Aden ... bau asem.”

“Eh ....” Serta merta Hanan melepas pelukan. Lalu mengendus-endus tubuh serta kedua ketiaknya. “Oh, iya. Saya lupa. Sepanjang perjalanan tadi memang panas sekali di dalam kereta. Saya sampai mandi keringat walaupun jendela gerbong sudah dibuka. Maaf, ya ....”

“Tidak apa, Den. Tapi ... mata Mamang rasanya mulai berkunang-kunang,” ujar Mang Dirman yang tentu saja bermaksud menggoda anak majikannya tersebut.

“Kalau begitu, biar saya saja yang memegang tali kendali kuda,” balas Hanan seperti diingatkan akan kegemarannya beberapa tahun silam.

“Aden masih bisa membawa sado?”

Hanan berpikir sejenak. “Rasanya tidak terlalu sulit. Tapi tak ada salahnya, ‘kan, kalau dicoba lagi.”

“Yakin?”

“Ayolah ....” Hanan menaiki sado dan langsung duduk di bagian depan, diikuti oleh Mang Dirman di belakangnya usai melepas tali pengikat kuda pada sebuah pohon besar. “Bismillahirrahmaanirrahiim ....”

“Ayo, Jalu. Kamu masih ingat siapa yang saya bawa sekarang ini?” tanya Mang Dirman pada kudanya. Binatang tersebut meringkik keras.

“Dia masih mengingat saya, Mang,” seru Hanan seraya tertawa-tawa.

“Baguslah. Berarti Mamang tidak perlu repot-repot lagi mengenalkan si Jalu pada Aden. Hahaha.”

Perlahan kuda pun mulai melangkah. Menggerakkan roda sado, meninggalkan area stasiun Kampung Kedawung menuju hunian keluarga Hanan. Sekaligus, mendatangi dua sosok terkasih yang kini tengah menantikan kedatangannya.

------- o0o -------

Sado berjalan perlahan menyusuri jalanan tanah dan berumput. Sekaligus menguar kembali ingatan Hanan akan kondisi tempat dimana dia terlahir dan dibesarkan dulu. Hingga menjelang dewasa, terpaksa harus ditinggalkan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Menjadi seorang dokter adalah cita-cita laki-laki muda itu sedari kecil. Mengabdi dan bisa lebih dekat dengan warga kampung seperti mendiang Tuan Juanda dulu, salah satu tokoh masyarakat yang memiliki banyak tanah dan turut menggarapnya bersama-sama warga sekitar.

Bukan hal mudah untuk mendapatkan harta kekayaan sebanyak dan seluas itu dulu, karena ayah Tuan Juanda, kakeknya Hanan, adalah salah seorang tokoh penting dalam perjuangan melawan penjajah Belanda, sekaligus merebut kembali tanah-tanah yang banyak dikuasai oleh para Meneer tersebut. Kemudian diwariskan secara turun temurun dan kini dalam pengawasan keluarga Hanan.

Ibu Hanan tidak ingin anaknya hanya berkutat pada masalah kekayaan keluarga, wanita itu berharap Hanan menjadi sosok yang berguna bagi masyarakat luas. Makanya dia rela menjual hampir separuh tanahnya demi membiayai pendidikan Hanan, anak semata wayang.

Beberapa tahun hidup berpisah dan hanya berkomunikasi melalui surat, akhirnya kini Hanan kembali pulang usai menyelesaikan jenjang pendidikannya. Menjadi seorang dokter dan diharapkan bisa membantu sesama, terutama warga miskin yang masih buta tentang masalah kesehatan. Waktu itu memang tidak mudah untuk mendapatkan pendidikan bagus, di tengah kecamuk perang melawan penjajah Belanda yang berniat kembali menguasai bumi nusantara. Ibu Hanan bersikeras memberangkatkan anaknya ke Jakarta walaupun risiko kehilangan putra kandung satu-satunya sekalipun.

Doa seorang ibu nyatanya teramat makbul. Akhirnya dengan berbagai usaha dan perjuangan, Hanan kini sudah menjadi sosok yang patut dibanggakan.

“Mang ....” panggil Hanan tiba-tiba pada Mang Dirman sambil menatap ke depan. Tepatnya ke arah sesosok perempuan muda yang sedang duduk di bawah sebuah pohon besar sambil meringis dan mengurut-urut kaki. “Kita harus berhenti sebentar, Mang.”

“Memangnya ada apa, Den?” tanya Mang Dirman heran.

“Mamang tidak lihat di depan sana? Ada seorang perempuan. Sepertinya sedang butuh pertolongan ....” ujar Hanan.

Mang Dirman tidak menjawab.

Sesaat kemudian, Hanan menarik tali kendali kuda untuk menghentikan laju sado. “Sebentar, saya akan menemui perempuan itu dulu, Mang.”

Laki-laki muda itu turun dari atas sado, bergegas mendatangi sosok perempuan yang dimaksud.

“Halo ... selamat siang,” sapa Hanan begitu mendekat. Seorang perempuan berkulit putih dengan rambut pirang dan mengenakan pakaian khas tidak sebagaimana umumnya warga setempat.

Perempuan itu mengangkat kepala. Namun ringis di wajahnya tak kunjung berhenti. “Oh, syukurlah ada yang datang juga akhirnya. Dari tadi saya menunggu seseorang yang lewat, tapi belum satu pun ada,” ujarnya dengan gaya bicara seperti kebanyakan lidah orang-orang Eropa sana.

Hanan sedikit terkesiap. Paras perempuan itu begitu cantik. Dengan bola mata hijau, hidung mancung, dan bibir merah merekah.

BERSAMBUNG

Bab terkait

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 3

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 3------- o0o -------“Oh, syukurlah ada yang datang juga akhirnya. Dari tadi saya menunggu seseorang yang lewat, tapi belum satu pun ada,” ujarnya dengan gaya bicara seperti kebanyakan lidah orang-orang Eropa sana.Hanan sedikit terkesiap. Paras perempuan itu begitu cantik. Dengan bola mata hijau, hidung mancung, dan bibir merah merekah. Lekas pemuda itu menguasai diri dan lanjut bertanya, “Ada yang bisa saya bantu, Nona?”Perempuan itu kembali meringis sambil mengusap-usap persendian di kakinya. “Saya terjatuh dari kuda. Rasanya kaki ini terkilir dan sakit sekali. Saya tidak bisa jalan, makanya duduk di sini menunggu seseorang yang lewat. Beruntunglah ada ....”“Hananta Adiswara. Cukup panggil saja saya Hanan,” ucap laki-laki muda itu memperkenalkan diri.Lanjut perempuan itu berkata, “O, iya ... Hanan. Untunglah ada kamu yang lewat, Hanan. Saya tidak tahu harus bagaimana pulang, sementara kuda saya pergi entah kemana.”Hanan membungk

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 4

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 4------- o0o -------“Maafkan saya, Nona. S-saya ....”“Sudahlah. Lupakan saja. Sekarang, antarkan saja saya pulang. Saya takut Papah mencari-cari kalau lama saya tidak kembali,” ujar Roosje seraya mencoba melangkah, akan tetapi tiba-tiba saja kembali terjatuh limbung. Untung saja Hanan spontan menahannya.“Maaf, Nona. Saya tidak bermaksud ....” Hanan melepaskan cekalannya pada pinggang Roosje. Posisi mereka begitu dekat dan rapat. Bahkan hampir saja ujung hidung laki-laki muda itu menyentuh pada bagian dada perempuan bermata hijau tersebut.“Tolong pegang saja tangan saya. Bantu saya berjalan sampai ke sana,” kata Roosje dengan kulit pipi bersemu merah. Jawab Hanan, “Baik, Nona. Hati-hati ....”Mang Dirman yang melihat kejadian itu ikut tercengang. Bias kurang suka akan kedekatan tuan mudanya dengan gadis peranakan penjajah itu, segera menjalari. Entahlah, apa yang sedang dipikirkan laki-laki tua tersebut.Hanan membantu Roosje menapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 5

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 5------- o0o -------“Padahal lebih enak tinggal di kota, ya?” Dia menatap ke arah langit-langit dapur dan membayangkan sesuatu. “Kabarnya di kota fasilitas pendukungnya lebih lengkap. Belum pula sudah banyak tersedia angkutan umum. Tidak seperti di kampung kita, semuanya serba mengandalkan sado dan kuda.”“Terus ... kalau Juragan muda tinggal di kota, Juragan perempuan dengan siapa? Masa ditinggal sendiri?” Odah mengerutkan kening.“Ada kita-kita dan pekerja lain, ‘kan?” jawab Ijah singkat.“Bedalah, Ijah. Dekat dengan kita, dibandingkan keluarga. Apalagi Juragan muda itu anak Juragan perempuan satu-satunya. Ibu mana, sih, yang mau jauh-jauh dari anaknya? Kamu ini ....” ujar Odah dengan bibir membulat. Teman mereka yang satunya menepuk lengan Ijah sambil berucap, “Dasar kamu, Ijah. Bicara, kok, tak pakai pikir-pikir dulu, sih?”“Daripada kamu dari tadi diam terus, Enok,” balas Ijah tidak mau kalah diiringi tertawa cekikikan. “Sesekali

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 6

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 6------- o0o -------“S-saya ... eh, kami ... hhmmm, tadi di jalan ....”“Kebetulan saja dia menemukan saya di sebuah jalan, Gert. Saya terjatuh dari kuda, tidak bisa berjalan sama sekali, dan sakit pada pegelangan kaki. Dia juga, sekaligus mengantar saya pulang sampai tiba di sini. Jadi, kamu jangan coba-coba berpikir macam-macam.”“Tentu saja tidak, Nona,” balas Gert masih lekat menatap tajam sosok Hanan. “Hanya sedikit ingin tahu dia siapa.”Hanan tersenyum. Membungkuk sebentar seraya menyilangkan tangan di dada, lalu berkata, “O, iya ... nama saya Han--“Tiba-tiba muncul sesosok lelaki bertubuh tinggi besar, berambut pirang keperakan, dari balik pintu gerbang. Serunya, “Roos, mijn lieve kind. Papa sangat mengkhawatirkanmu.”“Papa!” Roosje memburu peluk lelaki itu. “Aku baik-baik saja, Papa.”“Oh, syukurlah, Sayang. Papa hampir saja pergi untuk mencarimu,” balas sosok yang merupakan aya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 7

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 7------- o0o -------Perlahan-lahan laju sado melambat begitu memasuki halaman sebuah rumah yang cukup besar dan tampak megah. Diikuti suara ringkik kuda, seakan-akan memberitahukan kepada para penghuni di dalam bahwa sosok yang mereka nanti-nantikan sejak tadi, kini sudah tiba di sana.Tidak berapa lama, muncul beberapa perempuan dari dalam rumah, berhamburan disertai senyum semringah, datang menyambut berseri-seri.“Hanan ….” panggil sosok tua yang tidak lain adalah Sumiarsih, ibu kandung Hanan sendiri.Anak muda itu langsung menoleh dan bergegas turun dari atas sado. “Ibuuu ….” Tergesa-gesa dia berjalan dan memburu peluk wanita yang selama ini dirindukannya. “Assalamu’alaikum, Ibu,” sapa Hanan seraya menciumi kedua pipi Sumiarsih dengan penuh kasih. Tidak lupa memberi salam takzim di telapak dan punggung tangan ibunya.“Wa’alaikumussalaam, Hanan anakku,” balas Sumiarsih tidak kuasa menahan gena

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 8

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 8—---- o0o —----Usai makan siang bersama, Hanan mengikuti langkah Sumiarsih menuju ruang santai keluarga. Di sana —dulu— semasa laki-laki muda itu masih kanak-kanak, selalu dijadikan tempat berkumpul bersama mendiang Ayahanda Juanda.Sebagai putra tunggal, curahan kasih sayang dari kedua orangtuanya, tentulah sangat besar. Dibekali dengan arahan pendidikan dasar formal dan agama kuat, tidak menjadikan seorang Hanan tumbuh menjadi remaja yang sombong dan manja. Justru karena itu, dia memiliki pribadi mandiri dan penuh hormat terhadap sesama. Terutama kepada orang-orang terdekatnya sepanjang hidup.“Alhamdulillah ya, Bu,” ujar Hanan mengawali pembicaraan dengan ibunya, “beberapa tahun Hanan pergi dari kampung ini, sudah banyak perubahan yang Hanan lihat di sini.” Sumiarsih mendengarkan dengan santai sambil menikmati secangkir teh tawar. “Banyak lahan-lahan hijau yang Hanan lihat tadi sewaktu di perjalanan, berubah menjadi kebun-kebun lu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 9

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian : 9—---- o0o —----Tuan Guus memerhatikan anak gadisnya —Roosje— yang masih menikmati santapan siang. Sesekali lelaki tersebut tersenyum-senyum sendiri, lantas manggut-manggut.“Wat is er aan de hand, Papa? Waarom kijkt Papa me zo aan?” tanya Roosje begitu melirik wajah Tuan Guus.(Ada apa, Papa? Mengapa Papa menatapku seperti itu?) Jawab lelaki tua berparas tampan itu sambil mengisap nikmat rokok cerutunya, “Nee, mijn lieve zoon.” Dia kembali tersenyum manis. “Papa hanya teringat pada Mama kamu punya, Roos. Melihatmu, Papa merasa dia masih berada hidup bersama-sama kita.”(Tidak ada apa-apa, Sayang)Roosje menoleh ke arah sebuah foto berukuran besar yang terpajang di dinding ruang makan. Seorang wanita cantik bergaun ala Eropa sedang berpose tersenyum dengan penuh keanggunan. Sekilas, parasnya begitu mirip dengan sosok Roosje.“Mama is zo mooi, Papa?” puji gadis tersebut seraya tersenyum kagum.(Mama sangat cantik ya, Papa?)“Ja, zo

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 10

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 10------- o0o -------Menjelang sore, Hanan berencana untuk berkeliling melihat-lihat suasana perkampungan di Desa Kedawung yang telah lama ditinggalkan. Ditemani oleh Bunga dan Mang Dirman, mereka menaiki sado menyusuri jalanan tanah tandus.“Apa tidak sebaiknya kamu menunggu sampai besok, Nak?” tanya Sumiarsih saat Hanan meminta izin ibunya untuk keluar rumah. “Setidaknya, kamu perlu istirahat setelah menempuh perjalanan jauh.”Jawab Hanan bersikukuh, “Selama berada di kereta, Hanan lebih banyak tidur, Bu. Rasanya itu saja sudah cukup bagi Hanan untuk istirahat. Sudah lama kampung ini ditinggalkan, Hanan rindu sekali melihat-lihat kembali, Bu.”Sumiarsih tersenyum, lantas berucap, “Kamu ini mirip sekali dengan ayahmu, Nak. Kalau sudah berkeinginan, selalu keukeuh memaksakan diri untuk mendapatkannya.”“He-he-he. Hanan ‘kan anak Ayah dan Ibu. Pasti mirip keduanya ya, Bu?” tanya anak muda tersebut berseloroh.“Bisa saja kamu, Nak,” tim

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 76

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 75

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 74

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 73

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 72

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 71

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 70

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 69

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.

  • Gairah Cinta Roosje   Bagian 68

    GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang

DMCA.com Protection Status