Elvano tiba di kantor polisi. Rasa penasaran dan harapan kini membumbung tinggi dalam hatinya. Mungkin ini adalah titik balik yang ditunggu-tunggu untuk membawa keadilan bagi monster kecilnya.
Elvano langsung disambut oleh penyidik Carl. "Tuan Elvano, terima kasih sudah datang secepat ini. Mari, aku akan tunjukkan bukti yang berhasil kami dapatkan," kata Carl sambil membawa Elvano ke ruang penyidik.Di dalam ruangan, Carl memperlihatkan beberapa sketsa gambar yang berhasil dibuat sesuai dengan pria yang berada di dalam CCTV."Tuan, kami sedang menyelidiki keempat orang ini. Rata-rata dari mereka adalah sindikat. Dan kami dugaan kamu yang paling kuat adalah pria ini." Penyidik Carl menunjuk salah satu gambar. "Dia adalah Carlos. Pria yang sering melakukan misi membunuh dan pandai menyabotase keadaan sehingga sulit untuk menghubungkan perbuatannya dengan korbannya. Namun, kami belum memiliki cukup bukti untuk menangkapnya," jelas Carl dengan serius."Selamat untuk pencapaian Anda, Tuan Elvano. Semoga Grup Patrice lebih berkembang di bawah kepemimpinan Anda," ucap seorang kolega sambil berjabat tangan dengan Elvano."Terima kasih!" jawab Elvano, sambil tersenyum.Malam ini, adalah malam penobatan Elvano menjadi penerus Patrice. Sayangnya, malam yang seharusnya dia rayakan bersama sang istri harus musnah."Elvano, bagaimana, apakah kau sudah menemukan tanda-tanda jika Jhon dan Smith ada di belakang kecelakaan Rubby?" tanya Lawrence saat menemui cucunya."Sudah dua minggu, aku memperhatikan gerak-gerik mereka. Namun, tidak ada yang menunjukkan bahwa mereka pelakunya, Kek."Lawrence mengangguk mengerti. "Tapi, ada kemungkinan lain kan? Kita harus terus menyelidiki dan mencari tahu siapa dalang dari semua ini."Elvano mengangguk. "Aku akan terus mencari tahu dan tidak akan berhenti sampai menemukan kebenaran," ucap Elvano dengan tekad.Saat itu, Elvano menerima pesan dar
"Nek, ayo minum teh, aku baru saja memetik daun peppermint! Ini bagus untuk menenangkan pikiran!" seru Vina sambil membawa dua cangkir teh dan roti panggang sebagai teman.Nenek Martha yang sedang menyulam itu menghentikan aktivitasnya. Tersenyum saat melihat Vina kini sudah memiliki lebih banyak semangat untuk hidup."Terima kasih, Nak. Nenek sangat bersyukur ada kamu yang menemani Nenek di sini. Sayangnya, kamu akan kembali ke negaramu besok," ucap Nenek Martha sedih.Dua hari yang lalu, Vina meminta seorang pemuda yang sering ke kota untuk mengurus identitasnya menggunakan uang yang Sergio pernah berikan sebelum mereka berpisah. Beruntung, nama Vina masih tercatat di kedutaan sebagai pengunjung. Hal itu yang membuat prosesnya cepat.Vina menatap sedih ke arah Nenek Martha. Sebenarnya, dia tidak tega jika harus meninggalkan wanita sepuh di hadapannya itu sendirian. Namun, dia tidak punya pilihan lain selain harus melanjutkan hidupnya."Maafkan aku, Nek. Jika aku terus berada di sini
"Ayah, lihat ini, aku menjadi juara dalam lomba melukis," ucap Rubby sambil memberikan sebuah gambar keluarga yang utuh kepada ayahnya.Almero menatap sinis ke arah Rubby. "Kau itu anak tidak berguna! Lihat Olivia, dia selalu pintar dalam mata pelajaran. Bagaimana denganmu, huh? Tiap hari menggambar kerjaannya. Apa yang kau dapatkan dari menggambar sementara kau itu calon penerus!" sentak Almero kepada Rubby.Rubby tertunduk saat apa yang dia lakukan selalu saja tidak pernah mendapatkan balasan baik dari ayahnya. Rubby menatap ke arah Olivia yang tersenyum sinis ke arahnya."Rubby, ingat, ya! Berhenti menggambar dan fokus untuk belajar! Jika nilai mu jelek, jangan harap ayah akan memberikanmu hadiah!" bentak Almero."Baik, Yah. Aku akan lebih giat belajar," jawab Rubby.Saat itu, Rubby selalu berusaha untuk belajar dan selalu mengambil hati ayahnya demi membuktikan jika dia layak menjadi seorang pewaris. Hingga malam itu, "Hahaha... Kak Toni, bagaimana kalau kita menjebak kakak tiriku
Vina memandang Sergio dengan wajah yang tegar, mencoba menemukan titik kebahagiaan di tengah pilihan sulit yang harus mereka hadapi. "Aku mengerti, Gio. Aku tahu kita akan melalui ini bersama. Meski sulit dan penuh rintangan, aku percaya cinta kita akan membimbing kita menuju kebahagiaan."Sergio memandang Vina dengan tatapan hangat, wajahnya mulai terlihat lebih tenang. "Terima kasih atas pengertianmu, Vina. Kita akan melawan segala rintangan ini, bersama. Sampai saatnya tiba, kita akan menyatakan kebahagiaan kita kepada dunia.""Lalu, kita akan ke mana, Gio? Bukankah di sini kita tidak akan aman?" tanya Vina."Kita akan mengunjungi Rubby. Dia kecelakaan, maka dari itu, aku menjemputmu. Semoga, keluarga Vortex tidak menutup akses bandara agar kita bisa pergi dan melarikan diri dari negara ini."Wanita itu terkejut mendengar kabar itu dari Sergio. "Kecelakaan? Lantas, bagaimana keadaannya?" tanya Vina dengan panik."Aku belum tahu. Maka dari itu, kita kembali. Dan di sana, bukan tempa
Silvana meraih piyama dan segera keluar dari kamar. Dia menunggu kedatangan Sergio, namun pria itu tidak kunjung datang."Di mana Sergio?" tanya Silvana kepada salah satu bawahan yang berjaga di pintu utama."Tuan dari semalam sudah pergi, Nyonya. Aku pikir, tuan ada urusan," jawab bawahan tersebut.Silvana menggigit bibir bawahnya, berpikir. "Kemana? Apakah dia pergi ke keluarga Emerson?" gumam Silvana.Silvana memutar tubuhnya dan kembali ke ke kamar. Sesampainya di dalam kamar, wanita itu meraih ponsel lalu mencari nomor kontak Sergio."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan."Wanita itu semakin gelisah. Setelah pria itu membuat menahan hasrat semalaman, pria itu meninggalkan Silvana begitu saja? Sepertinya Silvana tidak terima dia diperlakukan seperti ini.Silvana kembali mencari nomor kediaman Emerson. Tak lama, nada penghubung telepon pun berbunyi."Halo, kediaman Emerson." Terdengar seseorang menyapa dari seberang."Tolong sambungkan kepada Julius!""Baik, N
Di kantor polisi, Debora dibawa ke ruangan interogasi. Di sana, penyidik Carl bersiap untuk mengajukan sejumlah pertanyaan terkait insiden kecelakaan yang menimpa Rubby dan peran Carlos serta sindikatnya dalam kejadian tersebut. Suasana tegang mengisi ruangan tersebut.Carl duduk di depan Debora, membuka berkas yang ada di atas meja, lalu mulai memulai sesi interogasi."Baik, Nyonya Debora. Mari kita mulai pembicaraan ini dengan jujur. Kami sudah mengetahui keterlibatanmu dalam insiden yang Nyonya Rubby alami. Sekarang, ceritakan bagaimana Carlos dan sindikatnya terlibat dalam penabrakan terhadap mobil Tuan Elvano yang saat itu terparkir? Bukankah Tuan Elvano adalah anak Anda? Lantas, mengapa Anda tega melakukan hal tersebut?" tanya Carl dengan suara penuh penekan.Debora menatap Carl dengan tatapan sedih dan ketakutan, air mata mengalir membasahi pipinya. Dia menarik napas, lalu mulai menceritakan semua yang terjadi."Awalnya, aku hanya ingin mengungkap pembunuhan suamiku. Aku tahu R
"Apa?! Sergio melarikan diri?" Silvana begitu terkejut saat menyadari bahwa pria yang baru saja menjadi suaminya satu hari kini melarikan diri bersama wanita lain."Iya, Nyonya. Kami sudah melacak daftar nama penumpang dan ada nama Tuan Sergio," lapor seorang bawahan Silvana.Wanita itu menggerakkan giginya dengan kedua rahang mengeras. "Bugh!" Silvana menghantam kepalan tinjunya pada pegangan kursi. "Beraninya kau mempermainkan aku, Sergio!" Silvana mengerang penuh emosi.Silvana berdiri dari duduknya dengan wajah yang tampak emosional. "Antar aku ke kediaman Emerson!" perintah Silvana sambil melangkah gusar.***"Gio, aku sungguh merasa bersalah kepada Rubby. Semoga saja Rubby segera sembuh," ucap Vina dengan perasaan khawatir saat pasangan itu kini sedang duduk di sebuah kursi anyaman rotan sambil berpelukan di atas balkon.Dengan pandangan lurus, Sergio menjawab, "Jangan terlalu memikirkan nasib orang lain, Vina. Apa kau tahu, masalah kita jauh lebih besar daripada Rubby. Kita har
"Apa yang kamu katakan? Cerai? Itu tidak akan pernah terjadi, Rubby!" tolak Elvano dengan tegas.Rubby tidak menjawab, dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Mencoba menghindari tatapan Elvano kepada dirinya."Rubby, lihat kemari! Mengapa tiba-tiba kamu ingin meminta cerai? Kau sadarkah aku mencintaimu? Lantas kenapa, di saat kau sadar, kau ingin cerai denganku?" Elvano mencoba meraih wajah istrinya yang membuang pandangannya.Ketika Rubby berbalik, wajahnya penuh dengan air mata. Air mata kesedihan karena dia tidak bisa hamil dan melahirkan keturunan bagi Patrice."Paman, apa yang kamu sembunyikan? Tolong katakan! Paman, mengapa kamu menyembunyikan hal penting ini dariku?" tanya Rubby dengan bibir bergetar.Elvano menangkup kedua pipi Rubby yang syok. Jujur, melihat wanita seperti demikian, hati Elvano begitu menjerit. Tanpa sadar, air mata itu pun menitik. "Cinta, sayang. Dengar aku, ya! Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa-apa darimu. Aku hanya ingin kamu sembuh agar kamu tidak k