"Tuan Andre, bergegaslah, tuan Elvano sudah menunggu, kenapa aku harus menunggu anda berendam setelah anda menyelesaikan aksi genjotan?" Mark yang melihat Andre tengah santai dengan segelas wine di bathup yang menghadap ke lautan lepas pun menjadi jengah. Setelah ia dipaksa menonton adegan yang meresahkan Joni dan iman, kini ia harus menunggu pria berparas latin itu menyelesaikan mandinya. "Mark? Aku sedang menikmati liburanku. Sebenarnya, aku tidak sedang melayani pasien saat aku sedang berlibur. Hanya karena Elvano, aku rela melayani Istrinya," jawab Andre. Mark mendelik, ia gagal fokus dengan perkataan Andre. "Melayani siapa?" tanyanya memastikan. "Melayani untuk menerima pasien. Kau pikir apa?" celetuk Andre. Mark cengengesan, ia menggaruk tengkuknya, "maaf, jadi tolong segera, Dokter Andre. Jika tidak, aku akan dimutilasi oleh Tuan Elvano," ucap Mark yang sedikit mengiba. Andre berdiri dari arah bath yang terletak di outdoor di area speedboat tersebut. Ia melangkah tanpa ada
"Olivia, berhentilah minum. Kau minum terlalu banyak malam ini!" Toni meraih gelas dari tangan Olivia. Saat Olivia ingin meneguk isi gelas tersebut. Olivia, menatap wajah pria yang duduk di sampingnya itu dengan pandangan sayu disertai mata berkaca-kaca. "Ini semua gara-gara kamu, Toni! Jika kau melakukan tugasmu dengan benar, tentu ini tidak akan terjadi kepada diriku," wanita itu terisak. Toni menarik rambutnya kuat. Kepada semua kesalahan, harus dilimpahkan kepada dirinya. Jelas-jelas semua ini adalah rencana Wanita ini dan Ibunya agar membuat Ruby dipermalukan. "Aku sudah menekan media, Oliv. Tapi tidak satupun media yang percaya kepadaku. Dan mereka malah mendesak agar kita berdua mengakui perselingkuhan kita. Jika kau terus-menerus berada di tempat seperti ini, bukankah hal itu akan memancing para media?" Tidak tahu lagi Olivia harus bagaimana menjalani kehidupannya. Di kampus, ia mendapatkan perundungan. Padahal, sebelumnya, Olivia menjadi Mahasiswi yang diakui karena kelem
"Paman, turun aku, apa yang ingin kamu lakukan?"Ruby meronta di dalam gendongan Elvano. Saat pria itu membawa tubuh gadis kecilnya itu menuju ke atas ranjang. "Jangan terlalu banyak bergerak, tubuhmu akan sakit, Ruby," tegur Elvano. Pria itu membaringkan tubuh Istrinya di atas pembaringan. Ruby yang ketakutan akibat gempuran malam pertama yang Elvano berikan, membuat dirinya dengan cepat menyilangkan kedua tangannya. "Kau pikir aku ingin melakukan apa? Aku hanya menggodamu. Jangan berpikir yang lebih," ucap Elvano."Ya, aku juga hanya waspada dari orang tua mesum seperti Paman." "Tidak masalah, jika aku disebut orang tua, yang penting, orang tua ini sudah membuatmu menggelinjang dengan mulut yang terbuka," goda Elvano. Ruby yang malu mendengar ucapan Elvano pun membuang wajahnya ke arah berlawanan. "Cih, dasar Paman cabul," gumam Ruby menggerutu. Suara Ruby masih bisa didengar oleh Elvano. Elvano mengulum senyum melihat tingkah istri kecilnya itu. "Istirahat, yah karena nanti
"Great, tidak menyangka, jika seorang Elvano memiliki main yang cukup menggemaskan! Cantik, benar-benar cantik! Aku jadi menginginkan mainanmu, Elvano!" Seru Julio sembari bertepuk tangan.Ruby mendelik ia begitu terkejut dengan pengakuan Elvano. Jika dirinya hanya dianggap mainan. Merasa tidak terima, Ruby menoleh ke arah Elvano. Namun Elvano mengabaikan tatapan itu. Elvano, lebih fokus menatap lawan bicaranya yang berdiri di depannya. "Paman!" panggil Ruby sambil mencubit lengan Elvano. Sekali lagi, Elvano mengabaikan panggilan Ruby. Dengan wajah yang tampak serius, Elvano berkata, "kau bisa memilikinya. Jika kau mau." Wajah bersemangat Julio berikan. Ia menatap Ruby dengan takjub disertai hasrat yang sudah mencuat di dalam jiwa Julio. "Kau rekan yang sungguh pengertian, Elvano. Jika begini, aku tidak segan-segan menanam saham di perusahaan. Ruby mendengus. Hatinya tentu perih menyaksikan kenyataan jika sikap Elvano kepada dirinya hanyalah manipulasi. Ruby tidak tahu bagaimana
"All in!" Di sebuah kasino mewah yang berada di dalam kapal pesiar, terdapat dua tuan tampan, Elvano dan Julio, Mereka berdua tidak bisa menahan diri untuk tidak bersaing satu sama lain dalam permainan poker, dengan taruhan yang tidak lazim.Julio melempar chip poker ke tengah meja, "Elvano! Taruhlah tubuh Ruby di sini. Pemenang akan menjadi satu-satunya yang berhak menidurinya."Elvano memandang Julio dengan penuh keyakinan, "Terkadang, taruhan yang berani perlu dilakukan, untuk wanita ini."Julio menatap sinis ke arah Elvano sambil tersenyum sombong, "Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendapatkan wanita ini, Elvano. Karena mainanmu cukup menarik," Sedangkan Ruby, kini duduk tegang di tengah ruangan yang dipenuhi asap rokok dan suara tawa pria yang menggema. Di meja depannya, dua pria dengan wajah tegang sedang berkonsentrasi pada permainan poker yang sedang mereka mainkan. Dengan taruhan gila yang mereka sepakati.'Aku tidak bisa percaya aku terjebak dalam situasi ini. Bagai
"Paman, Aku masih sakit! Aku tidak mau!" Ruby menolak dengan keras kemauan Elvano. Mengingat kembali malam itu, membuat Ruby bergidik saat saat ini Elvano meminta Ruby melayaninya. Elvano yang merasa libidonya sudah naik ke ubun-ubun, membuat dirinya mengangkat tubuh Ruby dan menghempaskan tubuh itu di atas tempat tidur. "Layani aku malam ini!" Elvano menatap Ruby dengan birahi sambil dirinya melepaskan satu persatu kancing bajunya. Ruby beringsut mundur. Melihat Elvano yang seperti itu, membuat Ruby ketakutan. Kadang Ruby tidak pernah mengerti dengan sikap Elvano yang kadang manis dan kadang juga seperti jelmaan Iblis yang berbalut pria tampan. "Paman, tolong. Biarkan lukaku kering—""Aaaa!" Ruby berteriak saat Elvano menarik kakinya. Hingga tubuh Ruby ikut ketarik ke arah Elvano. Elvano yang sudah dikuasai birahi, membuka kedua paha Ruby yang mengenakan gaun selutut. Membuat Elvano dengan jelas dapat melihat gundukan di antara kedua pahanya. Elvano, menggosok-gosok gundukan di
"Mmm…!" Elvano mengerang saat ia membuka matanya. Di pagi itu, sinar matahari perlahan menyinari kamar dimana Elvano dan Ruby berada. Elvano menatap ke arah samping dan dia mendapati Ruby yang masih terlelap memeluk tubuhnya erat sambil wajah wanita itu ia benamkan di bawah ketiak Elvano dengan rambut wanita itu yang terurai di sekeliling bantal."Ahh… tubuh mungil ini, mengapa selalu membuatku menjadi agresif? Bisa-bisanya aku seliar ini dengan wanita ini," Elvano bergumam saat mengingat kejadian semalam. Pria itu memperhatikan punggung Ruby yang polos. Dilihatnya banyak bekas gigitan dan keunguan pada punggung putih itu. Elvano, mengelus punggung itu lembut. "Tubuh monster kecil ini tidak ada yang tahu jika tidak mencicipinya. Sampai-sampai, aku sendiri tidak dibuat gila oleh tubuh mungil ini," Elvano mengamati setia inci tubuh wanita masih tertidur itu dengan kagum. Ruby yang merasakan ada sentuhan di punggungnya, membuat kelopak matanya bergerak. Wanita itu membuka mata dan m
"Sialan, kemana anak itu pergi? Tidak ibu dan anak, sama-sama menjengkelkan!"Siang itu, Almero berjalan menelusuri gang sambil terus menggerutu. Hingga kakinya berhenti di sebuah rumah kumuh yang sangat suram."Emily! Buka pintunya!" Almero mengetuk pintu di hadapannya dengan kuat.Almero mengetuk pintu di hadapannya berulang kali saat ia mengetuk pintu tersebut, tidak ada tanda-tanda sang empu yang menempati rumah kumuh itu membuka pintu. "Emily! Buka atau ku dobrak!" untuk kesekian kalinya Almero berteriak nyaring. Selang beberapa menit, pintu di hadapan pria itu terbuka. Emily yang berdiri di ambang pintu itu mengernyitkan dahinya menatap Almero yang menatapnya penuh murka. "Apa yang kau lakukan disini, Almero?" tanya Emily dengan perasaan tidak enak."Dimana Rubby?" tanya Almero menekan. Emily sudah menduga jika Rubby memang melarikan diri akibat skandal yang terjadi. Karena 5 hari berturut-turut, sudah beberapa orang yang mendatangi Rumah Emily. "Bukankah kau Ayahnya? Dan ka