Ayo kirimkan gem untuk cerita ini. Tinggalkan ulasan bintang 5 ya biar semangat nulisnya. Terima kasih, telah membaca!
“Ada apa di lokasi tambang? Ada di mana itu?” Leon merasa semakin tak sabar. Lokasi tambang menjadi titik fokus baru dalam pencariannya. Setiap detik terasa berharga dan ketidakpastian semakin merayap di dalam dirinya. “A–aku bisa membantu kalian." Wanita itu tergagap saat akan memberikan bantuan. Ia mengira, tenggorokannya akan terbakar oleh rasa tidak nyaman yang merayapi dirinya sejak tadi. Wanita itu lalu meminta seteguk air untuk dapat meringankan dahaga yang telah merajai dirinya. Ashton segera memberinya air seperti yang diminta. Setelah meneguk botol air mineral itu, ia lantas kembali fokus dan meminta gambar peta. “Aku akan menunjukkan lokasinya pada kalian,” ucapnya sambil menatap Leon tajam. *** Pasukan Leon kembali bergerak ke arah yang ditunjukkan oleh wanita asing itu, sambil terus bersiaga, jika saja ada pasukan musuh yang menyergap secara tiba-tiba. Leon memimpin pasukannya, melewati lorong-lorong gelap yang masih menyimpan misteri dan bahaya. Suara langkah kaki
Suasana di area tambang menjadi sangat kacau. Lorong gelap itu kini penuh pekikan gempita untuk menyerang pasukan Leon yang ada di seberang mereka. “SERANG!”Perintah dari Raja Charlie itu tidak serta merta membuat para pekerja melakukan serangan. Mereka hanya menggertak. Teriakan-teriakan penuh kehebohan itu juga hanya datang dari rombongan pengawal raja yang mulai maju mendahului mereka. “Awas!”Respon dari pasukan Leon tentu saja memberikan perlawanan meski mereka belum mengetahui kelompok lawan adalah faksi yang sangat berbeda: pengawal berpengalaman dan juga pekerja tambang yang terpaksa melakukan ancaman. “Argh!”Pasukan Leon melakukan metode pertarungan jarak dekat dan tidak membombardir lawan dengan tembakan membabi-buta. Mereka benar-benar bertarung secara adil, sesuai dengan medan yang ada. “Hiyat!”Pertarungan sengit masih saja berlangsung, dengan darah yang tumpah dimana-mana. Kepalan tinju dan juga tajamnya belati turut memberi siksaan nyata yang melumpuhkan para penga
Arren sangat marah dengan perlakuan sang putri kepadanya. Namun, yang lebih membuat hatinya terluka adalah … perlakuannya kepada rakyat tak bersalah yang ada di belakang mereka. Bagaimana mungkin seorang penguasa tidak memiliki hati nurani sedikit pun? Bagaimana jika orang-orang itu adalah rakyatnya sendiri? “Jalan!” teriak sang putri sambil terus menatap tajam ke arah Arren. “Memangnya, kita hendak kemana?” tanya Arren penasaran. Apa yang terjadi di bangunan sebelumnya? Apakah benar Leon telah datang untuk menyelamatkan mereka? “Banyak omong!” Lesel mengangkat tangannya dan hampir saja mendaratkan sebuah tamparan kepada Arren, sebelum sang ayah meneriakkan namanya. “Lesel! Berhenti main-main! Segera gegas langkahmu!” Tangan sang putri mengambang di udara. Ia benar-benar marah karena tidak berhasil membungkam mulut musuh yang ada di hadapannya. Lesel lebih baik menurut dan tidak mengecewakan ayahnya lagi jika ia masih ingin bertahan hidup lebih lama. “Baik, Ayah!” sahutnya sambil
Suara gemuruh itu benar-benar menggemparkan dan membuat jantung Raja Charlie nyaris copot. Padahal, hanya tinggal tiga langkah lagi, mereka bisa bebas dari hukum wilayah Rossie. Nasib buruk tiba-tiba menggelayuti pelarian ini. Raja Charlie tidak memiliki pilihan selain mengkonfrontasi Leon, sesuai permintaan pria yang tidak disukainya sejak kali pertama bertemu ini. Entah sihir apa yang digunakan pria besar dan terkesan garang itu pada sang putri. Bisa-bisanya anak satu-satunya jatuh hati pada makhluk buas seperti Leon. Seolah-olah, pria di dunia ini telah punah dan digantikan oleh sosok seorang tirani seperti sang menantu Rossie. “Rapatkan barisan! Aku punya ide cemerlang!” Pasukan pengawal raja bersiap dan merapatkan barisan sesuai perintah sang penguasa. Arren mendekat ke arah Ava dan mencoba melindungi gadis kecil itu sebisanya. Sesuatu yang besar dan mengerikan sedang mendekat. Itu adalah … suaminya! “Leon!” teriak Arren dengan bersemangat. Ia benar-benar tidak menyangka
Raja Charlie menelan ludah, meresapi perkataan Leon yang di luar perkiraannya. Bagaimana pria itu bisa begitu menakutkan? “K–Kau ….” Sedangkan Arren terus meronta, ia tidak terima jika Leon harus menggantikan dirinya untuk dijadikan sandera. “Tidak!” Pengawal terus menyeretnya menjauhi batas wilayah Rocky, sedangkan Leon sebaliknya. Pria itu digiring dengan senjata yang telah ditanggalkan dan tanpa perlawanan untuk bergerak semakin dekat ke wilayah milik Raja Charlie. Langkah Leon seakan menjadi belahan jiwa yang terpisah dari Arren. Meskipun hatinya hancur, Leon tetap berusaha memperlihatkan keberanian dan ketenangan di hadapan tirani Raja Charlie. Ia harus berpura-pura tenang meski segala kemungkinan bisa saja terjadi. “Sekarang, lepaskan istriku!” "Belum, Leon!" ujar Raja Charlie dengan nada sombongnya. "Kau takkan bisa lagi melangkah bebas di wilayah ini. Sekarang, kau akan menjadi tahanan ku." Leon telah didorong ke hadapan pengawal raja yang sedang berbaris menjadi perisai
“BANGUN!” Leon terkesiap tatkala sebuah suara mengejutkannya. Ia membuka mataya perlahan, rasa sakit masih menjalari tubuhnya. Memori terakhir yang diingatnya hanyalah wajah Arren yang menangis, meskipun begitu … istrinya itu tetap cantik. Setelahnya, Leon tidak ingat. Ia memandang sekeliling. Gelap. Tidak ada sorot cahaya apa pun yang dapat membantunya menerka-nerka … ada di mana ini sebenarnya? Detik kemudian, suara derit pintu besi mulai terdengar. Engsel berat terbuka perlahan. Cahaya yang dinantikan Leon masuk walaupun samar. Ia dapat mengetahui, akhirnya … ruang ini adalah sel dengan rantai dan jeruji besi persis seperti bangunan untuk tahanan pada umumnya. “Dia sudah sadar, Yang Mulia!” teriak salah seorang penjaga yang baru saja masuk. Ia membawa baki berisi kentang dan juga air minum. Tangannya gemetar, baki besi itu bergetar, menandakan bahwa penjaga itu tidak ingin berlama-lama di dekat sel Leon. “Akhirnya! Bajingan itu sadar juga!” Raja Charlie merangsek masuk, membu
Raja Charlie tercengang, ia sama sekali tidak menyangka bahwa putrinya akan mengajukan permintaan gila seperti itu. Di sisi lain, Leon juga terkejut mendengar permintaan Lesel. Apa yang sedang terjadi? Apakah ini hanya trik untuk mengalihkan perhatian Raja? “Lesel, kau gila? Mengapa kau meminta sesuatu seperti itu?” bentak Raja Charlie, kebingungan mencengkram hatinya. Ia tidak akan pernah menerima lelaki gila itu menjadi menantu sahnya. Putri Lesel menatap ayahnya dengan mata penuh tekad. “Jika Ayah benar-benar menyayangiku, Ayah akan menyetujuinya. Aku tidak akan hidup dengan tenang jika orang yang kucintai harus menderita.” “KAU BISA MENJADIKANNYA SELIR! MAINAN! BUKAN SUAMI!” Raja masih menolak keras usul sang putri dengan wajah memerah. Ia sama sekali tidak setuju dengan kegilaan ini. Tidak masuk akal! Putri Lesel kembali memungut pisau yang ada di bawah kakinya. Kali ini, ia akan menghujamkan senjata tajam itu ke perutnya. “Katakan kau akan menolaknya, Ayah! Dan … Aku akan per
Persiapan pernikahan telah dimulai. Lesel tampak riang mematutkan diri di depan cermin. Gaun indah segera menjadikannya pusat perhatian di antara pelayan. “Anda yang tercantik, Putri!” seru pelayan pribadinya yang turut memasangkan gaun itu kepadanya. Gaun putih dengan sulaman tangan bertahtakan berlian menjadi gaun paling mahal yang pernah ia kenakan. “Kau tidak berbohong?” tanya Lesel dengan alis terangkat. Namun, sebenarnya ia mengetahui bahwa penampilannya memang sangat memikat. Leon pasti akan segera melupakan istri yang telah ditinggalkannya di Rossie dan mencintainya dengan sepenuh hati. “Anda seperti dewi, Putri ….” “Aku setuju,” ucap sang putri sambil mencoba memutar gaunnya. Ekor gaun yang panjang dan indah, ingin dilihatnya secara langsung, sebelum semua orang menjadi terpesona. “Leonn pasti akan semakin mencintaiku!” desisnya penuh percaya diri. Sebelum berada di kamar ganti ini, Lesel dan Leon telah bertengkar hebat. Leon tidak bisa menerima keputusan pernikahan ini,