Dalam sekejap, kantor berubah menjadi kekacauan, dengan darah menodai lantai. Tidak pernah menyaksikan hal seperti ini, kaki Arianne gemetar. Dia memaksa dirinya untuk memisahkan kedua pria yang berkelahi saat dia melihat Eric dalam keadaan tidak menguntungkan. “Berhenti berkelahi! Kau hanya akan melukai dirimu seperti ini! Tidak bisakah kalian bicara membicarakan masalah ini?”Eric menahan dirinya dari membuat gerakan terlalu keras ketika dia melihat Arianne datang menghampiri mereka, namun hal itu memberi lawannya kesempatan untuk memberi balasan. Dengan sebuah pukulan keras, Eric terjatuh ke lantai. Dengan berteriak, Arianne mengambil sebuah pot kaktus kecil di meja kantor dan memukulkannya pada kepala pria itu. “Hentikan!”Pukulannya membuat pria itu tidak sadar. Hal itu membuatnya bergidik, dan dia bahkan tidak menyadari telapak tangannya tertusuk kaktus.Eric terhuyung dan menjaga Arianne dibaliknya. “Hubungi polisi…”Arianne menggelengkan kepalanya. “Kita tidak dapat menelepon p
Mark tidak berkata apapun, tetapi melihat desakan di matanya, Arianne tidak memaksakan diri.Di perjalanan ke rumah sakit, dia bertanya, “Ada berapa saudara laki-laki di keluarga Eric? Mengapa mereka menjadi seperti ini?”Mark merapikan dasinya. “Satu kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Dia masuk terakhir di keluarga itu… dari istri ketiga ayahnya. Dia memiliki ibu yang berbeda dari kedua saudaranya. Rumit. Ayahnya tidak terlalu menganggap dirinya. Sejujurnya bukanlah kesalahan Eric. Jika itu aku, aku akan melakukan yang lebih buruk dari yang ia lakukan.”Arianne juga berpikir bahwa hal ini tidak akan berhenti disini jika Mark yang melakukan.Saat tiba di rumah sakit, dokter mengambil duri dari telapak tangan Arianne. Ketika dia melihat tangannya yang berdarah, dia menyadari betapa kerasnya yang ia lakukan tadi. Setelah mendapatkan perawatan untuk telapak tangannya, Mark mengernyitkan dahi melihat tangan Arianne. “Jangan kembali ke kantor nanti. Aku akan mengantarmu pulang ke ruma
Jackson berdecak. “Wajahmu rusak. Dia terlalu kasar.”Tidak terbiasa dengan meja penuh pria dan tidak bisa ikut mengobrol karena dia satu-satunya wanita, Arianne mengambil beberapa suapan lalu berdiri. “Aku sudah kenyang. Kalian lanjutkan makannya.”Mark mengangguk. Arianne pergi untuk duduk di sofa di ruang tengah sementara si Putih meringkuk di pelukannya.Jackson merasa sedikit terkejut dengan apa yang ia lihat. “Kucing itu gemuk sekali…”Mark menghela nafas tanpa berkata apapun, tetapi Jackson melihatnya. “Ck, ck, aku tidak mengira hal ini. Kau yang paling takut dengan binatang berbulu di masa lalu dan sekarang kau memelihara satu di rumah. Sepertinya pengaruh seseorang padamu cukup kuat, ya?”Masih tidak berkata apapun, Mark melotot ke arahnya dengan sedikit menengadah. Tatapannya beralih ke ruang tengah.Ketika mereka selesai makan, waktu telah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Jackson dan Eric cukup mabuk saat mereka pergi, dan Mark dalam keadaan yang tidak berbeda jauh. I
Ponsel Arianne tiba-tiba berdering. Lepas dari cengkeraman Mark, Arianne meraih ponsel di tempat tidurnya dan melihat nama Tiffany tampak di layarnya. Penting baginya untuk mengangkat panggilan itu, dan Arianne, tanpa ragu, merasa bahwa Mark akan berhenti sampai dia selesai dengan panggilannya.Tanpa khawatir, dia menerima panggilannya. Saat suara Tiffany terdengar, Mark memberi gigitan lembut pada leher Arianne. Dia terpatung sebelum melemas dan hanya dapat berbicara dengan berpura-pura, “Tiffie... Sekarang bukan saat yang tepat untuk bicara. Aku akan menghubungimu nanti.”Kebingungan, Tiffany bertanya, “Apa yang terjadi, Ari? Mengapa tidak tepat saat ini? Aku punya sesuatu yang penting untuk kau tahu. Ini tentang pak--” Arianne menutup panggilannya sebelum Tiffany dapat menyelesaikan ucapannya.Jantungnya berdegup begitu kencang. Tiffany hampir mengatakan “pak Sloane”. Sebelum dia tahu apa kebenarannya, dia tidak boleh membiarkan Mark tahu tentangnya. Mark berada begitu dekat dengann
Tiffany dengan tergesa-gesa menyodorkan segelas air pada bibir pria itu. “Minumlah. Masih ada beberapa tugas yang perlu aku lakukan dan tidak ada waktu untuk mengobrol. Kau hanya memintaku untuk membersihkan rumahmu dan menyiapkan masakan. Kau tidak memintaku untuk melayanimu. Itu memerlukan tarif yang lebih tinggi!”Jackson menghabiskan gelasnya dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya. “Tentu saja… Setinggi yang kau mau. Aku hanya ada satu permintaan kecil. Tidurlah… denganku. Kau bisa sebutkan hargamu.”Kontan Tiffany serasa mau meledak dari kegilaan ini. “Jackson West, apa yang kau katakan?”Jackson membuka kancing bajunya dan menampakan dada bidangnya. “Tidurlah denganku…”Tidak tahan lagi, Tiffany maju dan menamparnya. “Dasar! Aku akan menghajarmu hingga mati jika kau terus bertingkah seperti ini!”Dia tidak benar-benar keras memukul. Tiffany mencintai hal-hal indah. Ketika Jackson membuka bajunya, dia hampir goyah. Jika Jackson tidak begitu tampan, dia pasti akan mengha
Setengah menit kemudian, Jackson melepasnya. Tiffany bangkit dan merapikan bajunya, merasa sedikit kehabisan nafas. “Hmm… sudah larut. Aku akan kembali besok pagi dan bersih-bersih. Kau tidur duluan, aku pergi!”Jackson duduk di sisi tempat tidur dengan punggung menghadap pada Tiffany, sehingga Tiffany tidak dapat melihat ekspresi di wajahnya. Karena dia tidak mengatakan apapun, Tiffany menganggapnya setuju dan pergi dengan cepat.Dia tidak mengira akan menghadapi situasi seperti ini dalam pekerjaan paruh waktunya. Meskipun demikian, tidaklah sulit untuk dipahami. Seorang lelaki seperti Jackson mungkin terbiasa dengan hal ini. Mungkin perempuan lain akan segera tiba disini setelah dia pergi.Keesokan harinya di kediaman keluarga Tremont...Arianne bangun pagi. Mark dan Nina masih tertidur. Dia membalas panggilan dari Tiffany, yang masih belum benar-benar bangun. Pada dasarnya, orang yang mereka sewa menemukan pak Sloane dibawa pergi oleh seseorang dan dia sedang sakit pada saat itu
Setelah yang lain pergi, Will berjalan ke arah ruang tunggu. “Ari.”Arianne berdiri dan tersenyum padanya. “Sebuah kebetulan, aku tidak tahu kau datang ke pertemuan juga. Aku datang dengan Mark kemari agar tidak bosan… Bagaimana kakimu?”Will tidak menanyakan kegugupan Arianne tetapi memilih tersenyum hangat. “Sudah membaik sekarang. Hanya terasa aneh ketika aku berjalan, tetapi nanti akan menjadi lebih baik seiring waktu. Aku lihat Mark memperlakukanmu dengan baik. Aku hanya berharap dia tidak sedang melakukan pertunjukan untuk dilihat orang lain.”Arianne tidak melanjutkan percakapan ini dan memilih mengganti topik. “Hmm...Kau mau minum sesuatu? Aku bisa membuat kopi.”Will berpikir sesaat lalu berkata, “Tentu, maaf merepotkan.”Arianne tersenyum padanya lalu pergi ke ruangan Mark untuk membuat dua cangkir kopi karena ruangan kantornya memiliki lebih banyak pilihan dibandingkan dengan sepen. Dua menit kemudian dia kembali ke ruang tunggu dengan membawa kopi, pintu ruang pertemua
Arianne mengira dia sudah berlari cepat, tapi dia ketahuan Mark saat dia bahkan belum keluar dari lantai dasar. “Oh tampaknya kau semakin berani hingga kau menginjak kakiku. Baguslah. Aku akan memastikan kau akan dapat pelajaran nanti,”Dia menyerahkan diri dan membiarkan dirinya diseret kembali ke mobil dengan sedih. Brian melihat mereka berdua terengah-engah seolah mereka baru saja berolahraga dan dia tidak bisa menahan diri dan bertanya. “Ada apa ini? Apa kalian baru saja berlari marathon?”Mark tampak sedang dalam mood yang baik dan menjawab. “Ya kurang lebih begitu, tapi lombanya selesai sebelum kita sempat berlari ratusan meter. Ayo ke kafe White Water Bay sekarang.Di Kafe White Water Bay….Arianne mengingat kunjungan terakhirnya ke kafe itu dengan Mark, tapi, tentu saja itu tidak bisa dibilang sebagai kenangan indah. Arianne tidak mengerti apa yang dia pikirkan sekarang.Setelah sampai di restoran, Mark meminta Arianne untuk memilih tempat duduk. Itu sudah hampir jam makan