Arianne bergumam kesal, “Aku tidak akan kesana. Tidak bisakah dia datang kemari jika dia mencariku? Mengapa harus aku yang datang padanya? Bukan aku yang mencarinya!”Mary terbelalak. “Ari… bukankah… masa-masa memberontak mu sedikit terlalu terlambat? Kau berumur dua puluh dua tahun ini!”Arianne terdiam sejenak. Jadi, di mata Mary, Arianne saat ini sedang melalui sebuah fase? Dalam diam dia sebenarnya menjerit, oke? Dia akhirnya tidak tahan lagi merasa tertindas selama bertahun-tahun dan ingin berhenti dari situasi itu, oke?Melihatnya tidak patuh, Mary hanya dapat melaporkan apa adanya pada Mark. Segera setelahnya, dia tergopoh-gopoh kembali ke kebun belakang lagi dan lebih mendesak Arianne dibandingkan sebelumnya. “Ari, tuan berkata bahwa jika kau tidak mendatanginya, maka dia tidak akan membiarkan mu memelihara kucing itu lagi. Dia benar-benar serius dengan ucapannya…!”Serius dengan ucapannya? Wow. Arianne merasa marah sekaligus geli. Mark selalu melebih-lebihkan hal ini dan b
Mendengar hal yang sensitif tentang dirinya, Mark melempar gelas anggur di tangannya ke lantai. “Kau suka menjadi seorang pelayan? Baiklah, aku akan kabulkan permintaanmu. Mulai besok dan seterusnya, kau lakukan apa yang para pelayan di Perumahan Tremont lakukan! Sekarang Enyahlah!”Dia pergi tanpa menunggu lagi dan masuk ke dalam kamar pembantu dimana Mary berada. Ruangan itu terisi empat orang pembantu dan tidak ada lagi ruang tambahan baginya. Arianne hanya dapat berdesakan dengan Mary.Namun, dia tidak menyesal membuat Mark marah. Dia lebih memilih tidur di kamar pembantu dibandingkan berbaring di ranjang yang sama dengan Mark. Setiap kali dia melihatnya, dia akan teringat semua yang Mark telah lakukan pada Aery dan Helen.Mereka bertiga telah membuka luka yang tidak akan pernah tersembuhkan di hatinya, dan itu akan menjadi pengingat di setiap detik dalam hidupnya.Keesokan harinya, dia pergi bekerja ke kantor seperti biasa dan menjadi pelayan ‘paruh waktu’ di kediaman keluarga Tre
Arianne mengulum bibirnya tanpa berkata apapun. Kelelahan, dia berangsur-angsur tertidur. Tidak mendengar jawaban darinya, Mary menghela nafas dan menyelimutinya.Hampir seakan dia ingin melihat Arianne melakukan hal ceroboh, Mark pulang tepat waktu setiap hari setelah bekerja dan berdiam di ruang tengah lebih lama dibandingkan biasanya.Agar dia terhindar dari melihatnya, Arianne seringkali menjauh dari ruang tengah dan hanya bekerja di dapur dan halaman belakang. Dia hanya akan membersihkan ruang tengah setelah Mark pergi ke lantai atas. Enak rasanya berada di jalur masing-masing tanpa saling mengganggu.…Di saat yang sama, Tiffany sedang mengobrak-abrik kamarnya di rumah sewaannya dengan panik. “Ma! Apa kau melihat kartu atm-ku?”Lillian yang sedang memakan cemilan di ruang tengah tidak memperhatikannya. “Tidak… Cari lah sendiri. Kau pikir aku pencuri?”Tiffany membuat rumah seakan kapal pecah, tetapi dia masih tidak dapat menemukan kartu atm-nya. Tidak ada yang datang berkunjung
Arianne melihat hujan melalui kaca jendela dapur. Dia memahami apa yang dirasakan Tiffany. Mereka berdua berada di batas kekuatan mereka...“Tiffie, kau dimana? Aku akan mendatangimu sekarang,” ucap Arianne meninggalkan pekerjaannya dan pergi keluar dengan sebuah payung.“Aku berada di depan toko di bawah rumahku. Aku hanya keluar membawa ponselku. Aku bahkan tidak mengenakan jaket. Dingin sekali… Aku tidak ingin pulang dan melihat ibuku. Aku tidak tahan melihat mukanya saat ini.” Suara Tiffany diiringi isak tangisan.Arianne, yang telah keluar pintu, segera berbalik ketika dia mendengar Tiffany tidak mengenakan jaket. “Oke. Aku akan membawakanmu beberapa baju. Tetap disana dan tunggu aku. Jangan pergi!”tepat setelah dia berkata demikian, Arianne terpeleset dan terjatuh di lantai ketika dia menaiki lantai. Perut bagian bawahnya menghantam undakan dan payungnya terjatuh di sisi lain.Meski kesakitan, dia bangkit berdiri, mengambil jaket, dan bergegas keluar. Hujan diluar begitu lebat,
Ari, kenapa kau berdarah?”Arianne mengikuti arah tatapan Tiffany, dan melihat ke bawah kakinya, tapi pandangan nya sudah kabur dan dia mulai mendengar suara dengungan.Dia samar-samar sadar akan sekelilingnya, Tiffany memanggil taksi dan membawanya ke rumah sakit. Beberapa staf medis menghampirinya, mereka terlihat cemas saat membawanya ke ruang gawat darurat.Dia masih sadar, dia tahu kalau dia dibaringkan di ruang operasi, tapi dia tidak merasakan sakit dan tidak bisa bicara.Tiffany mondar-mandir di luar ruang UGD dengan cemas. Setelah beberapa saat, seorang perawat membuka pintu UGD dan berjalan keluar. “Apa kau keluarga pasien? Pasien ini kelelahan setelah keguguran dan sekarang dia kehilangan banyak darah karena trauma. Dia harus dioperasi. Tolong tandatangani ini jika kau keluarganya!”Tiffany tercengang. “Aku… aku temannya. Aku bukan keluarganya.”Perawat berkata dengan tergesa-gesa. “Kalau begitu hubungi keluarganya! Operasi hanya bisa dilakukan jika ada tanda tangan pe
”Bagaimana keadaanya?” tanya Mark.“Kami sedang melakukan yang terbaik sekarang. Saat Nyonya Tremont tiba disini… dia terus saja mengeluarkan darah. Jangan khawatir Tuan Tremont, istrimu akan baik-baik saja.”Perawat itu berbicara dengan hati-hati. karena, biar bagaimanapun pria yang berdiri di hadapannya bukanlah pria biasa.“Bagaimana ini bisa terjadi?” emosi dalam suaranya membuat perawat ketakutan.“A..Aku tidak tahu… diagnosa awal dari dokter adalah dia kelelahan pasca keguguran dan juga trauma membuatnya kehilangan banyak darah… dokternya pasti sudah menyarankannya kalau beristirahat cukup sangat dibutuhkan setelah keguguran kan? Kenapa dia…”Mark terhuyung ke kursi. “Selamatkan… selamatkan dia untukku…dis harus tetap hidup...”Dia hanya ingin Arianne untuk menyerah. Kenapa dia lebih memilih untuk menyiksa dirinya sendiri dan bersikeras untuk melawannya?Tiffany merasa kalau itu aneh. “Kelelahan? Ari memang bekerja beberapa hari setelah dia keluar dari rumah sakit, tapi di
Mark mengambil cek dari Brian dan melemparkannya pada segerombolan pria itu, “Tulis saja berapa banyak yang kau mau.”Pria-pria itu agak takut awalnya, tapi saat Mark berkata tulis saja berapapun yang mereka inginkan, mereka berpikir kalau dia adalah pengusaha penakut yang menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah. Dengan senang hati mereka mengisi jumlah uang yang cukup besar. “Kami tidak mencoba menipumu, selain biaya kerusakan mobil, ada biaya untuk trauma mental juga. Kurasa itu tidak berlebihan.”Mark mengerutkan bibirnya. “Kau seharusnya mengisi dengan jumlah yang lebih besar lagi karena ada... biaya medis juga. Masukan itu juga,”Sebelum pria itu memahami apa yang dia maksud. Mereka diseret oleh pengawal.Brian memakaikan jas pada bahu Mark dan berkata, “Tuan, mobilmu rusak, aku sudah mengirim orang untuk mengurusnya dan aku membawakan mobil baru untukmu.”Mark mengangguk. “Aku tidak tahu sudah berapa lampu merah yang aku terobos, urus itu juga.”Brian melirik ke arah U
Keesokan paginya Ariane bangun. Sebelum dia membuka matanya, dia merasakan kehadiran seseorang di samping ranjangnya. Untungnya, dia ingat kalau dia telah dibawa ke rumah sakit semalam. Dia mengira kalau itu adalah Mary, maka dia berkata, “Mary, bisakah kau menelpon kantorku dan bilang kalau aku sakit. Aku tidak bisa bekerja sementara ini..”Saat tidak ada jawaban, Arianne membuka matanya. Mark dengan wajah yang tampak lesu menyapa pandangannya. Rambutnya agak berantakan. Saat melihatnya hatinya seolah berhenti berdetak. Dia tidak tahu apa yang terjadi selama proses operasi hingga membuatnya tampak seperti ini, dia yang biasanya sangat peduli dengan penampilannya, terlihat sangat berantakan sekarang.Mark membuka mulutnya dan mengatakan kata-kata yang tidak Arianne mengerti. “Apa? Apakah kau senang sekarang? Kau memang.”“Apa yang kau bicarakan?” dia bingung. Apakah Mark marah lagi?Mark tidak menjawabnya. Dia bangun dan memakai jasnya lalu berjalan ke pintu. “Mary akan datang nant