##Saat Mark selesai dengan rapatnya dan sudah kembali ke ruang kerjanya, dia terkejut melihat Arianne tertidur di sofa. Walaupun penghangat ruangannya dinyalakan, itu masih akan dingin untuk tidur tanpa selimut. Dia berjalan untuk membangunkannya. “Aku sudah selesai dengan pekerjaanku. Ayo makan.”Arianne membuka matanya dan duduk. Dia merasa sedikit pusing dan hidungnya berair. Siapa tahu tidur siang sebentar akan membuatnya masuk angin. Dia merasa kalau dia terlalu lemas dan mudah kena flu. “Jam… jam berapa sekarang?”Mark melirik ke jam tangannya. “Jam berapa sekarang? Ini sudah jam selesai bekerja. Apa kau kena flu?”Arianne mendengus. “Sepertinya iya, tapi tidak apa-apa. Ayo pergi.”Saat mereka keluar dari perusahaan, Arianne diterpa hembusan angin dingin dan menggigil. Dia secara langsung memeluk Mark. “Dingin sekali!”Mark tersenyum. Dia mengulurkan tangan dan meraih bahunya tanpa memperhatikan tatapan dari orang-orang. “Masuklah ke dalam mobil. Kau akan merasa lebih hanga
##Mark sedikit tidak senang dengan jawaban Arianne yang singkat itu. “Apakah kau sangat ingin melihatku pergi? Aku akan pergi selama seminggu, apakah kau tidak mau mengatakan sesuatu sama sekali?”Arianne menggelengkan kepalanya. “Aku tidak keberatan. Mengapa aku keberatan jika kau melakukan perjalanan bisnis? Jangan khawatir, aku akan tinggal di rumah. Satu minggu akan berlalu dalam sekejap mata. Ini tidak seperti kau akan pergi lebih dari sebulan. Aku yakin kau akan tetap sibuk selama musim perayaan. Biar bagaimanapun, setidaknya kita harus menghabiskan waktu bersama untuk Perayaan Tahun Baru nanti.”Mark tenggelam dalam pikirannya sebelum dia memutuskan untuk membahas topik yang sensitif. “Jika aku mengetahui bahwa kau bertemu Will lagi saat aku pergi, Semuanya akan berakhir berbeda dari hari ini.”Arianne menunduk dan meminum supnya. Dia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak berani mengungkapkannya. Maka dia hanya berkata, “Berhentilah mengomel. Makanannya mulai dingin.”Setela
Mata Mark menatap kotak itu dengan penuh arti. Karena itu, Arianne menebak-nebak apa isi kotak itu. Dia merasa wajahnya menjadi panas. Dia membawa kotak itu ke kamar mandi dan membukanya. Dia telah menebak dengan benar. Itu adalah satu set piyama yang sangat spesial. Lebih tepatnya, itu adalah pakaian dalam berbahan sutra berwarna hitam. Semakin dia melihatnya, semakin memerah wajahnya.Tentu saja, dia tidak cukup berani untuk keluar hanya dengan mengenakan pakaian dalam itu. Dia pun mengenakan jas mandi di atasnya. Dia telah mengulur waktu dan menghabiskan empat puluh menit di dalam kamar mandi, sebelum akhirnya dia keluar. Jika bukan karena dia tidak takut membuat Mark marah, dia pasti akan tinggal lebih lama di dalam kamar mandi.Saat pintu kamar mandi terbuka, dia saling bertatapan dengan Mark. “Lepaskan jas mandimu.”Arianne menggelengkan kepalanya dan menolak, “Aku tidak...aku belum pernah memakai pakaian seperti ini sebelumnya, dan aku merasa tidak nyaman. Bisakah kau memat
Dia meninggalkannya. Seperti yang dia duga, Mark benar-benar lupa memberikannya padanya tadi malam. Namun, tampaknya tidak semua hadiah itu untuk dia… Arianne hanya menemukan kalungnya. Sepasang anting cantik itu tidak ada. Dia bahkan meninggalkan catatan untuknya. 'Aku membelikan hadiah ini untukmu, tapi aku lupa memberikannya padamu tadi malam. Aku ingin melihatmu memakainya saat aku pulang.”Arianne merasa tidak senang, mungkin karena anting-antingnya tidak ada. Haruskah dia bertanya kepadanya tentang hal itu atau haruskah dia berpura-pura tidak tahu?Mary melangkah mendekat, menggendong Aristotle, saat Arianne sedang melamun. “Ari, apa yang kau lakukan? Kau tidak menghampiri Aristotle saat kau tiba. Apa yang kau lamunkan?”Arianne sadar kembali dan memeluk Aristotle. “Tidak ada. Aku akan mengajak Si Gemas jalan-jalan di bawah. Panggil aku kalau sudah waktunya makan malam.”Mark meneleponnya saat dia berjalan-jalan di taman.Arianne memegang ponselnya dengan satu tangan, dan me
Tiffany mengunyah kue sambil memberi pujian pada Arianne. “Ari, kue buatanmu sama enaknya seperti biasanya. Senangnya menjadi orang yang pintar, kau bisa mempelajari segalanya dengan lebih cepat. Tidak butuh waktu lama bagimu untuk mempelajari cara membuat kue waktu itu.”Arianne tersenyum saat dia menuangkan segelas minuman hangat untuk Tiffany. “Makanlah pelan-pelan. Tidak ada yang akan mengambilnya darimu. Aku akan membuatkanmu lagi untuk kau bawa pulang nanti.”Jackson memperhatikannya dari samping. “Jangan makan kue terlalu banyak, atau kau tidak akan bisa makan nanti. Kue akan membuatmu gemuk.”“Wanita hamil seharusnya menjadi gemuk,” bisik Tiffany, “Aku belum segemuk itu, dan kau sudah membenciku? Ari tidak membuat kue setiap hari. Tentu saja, aku akan makan lebih banyak.”Arianne memperhatikan bahwa Tiffany juga memakan buah yang atas kue-kuenya. Buahnya sebenarnya hanya untuk dekorasi saja, dan buah stroberi dan kiwi kebanyakan rasanya asam di musim ini. Namun, Tiffany tet
Arianne tersenyum canggung pada Tiffany. Dia “bersyukur” betapa dia memiliki teman yang baik.Ketika Tiffany melihat ekspresi aneh di wajah Arianne, dia akhirnya menyadarinya. “Video call dari Mark?”“Iya.”Arianne mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. “Dia selalu menelepon di jam segini setiap hari.”Ekspresi Mark menjadi gelap. “Apa hubungannya kepergian Will denganmu? kau tidak perlu mengetahuinya.”Arianne merasa sakit kepala. “Aku tidak pernah mengatakan itu ada hubungannya dengan aku. Will dan Tiffie adalah teman baik. Aku yakin tidak ada yang salah dengan Tiffie dan aku mengobrol di waktu luang kita,kan? Berhentilah mencari masalah, dasar cerewet. Aku sedang memberi makan putramu.”Kali ini, Mark menutup panggilan teleponnya dengan cepat, mungkin karena dia kesal. Arianne mengabaikannya. “Aku tidak sadar kalau kau sedang video call dengan Mark,” kata Tiffany dengan nada manis, “Aku keceplosan. Mark tidak mungkin marah lagi padamu, kan? Dia itu pria dewasa dengan tingg
Mark tidak memperhatikan apa yang dikatakan Arianne. Dia melihat ke telinganya dan berkata, “Kenapa kau tidak memakai anting-anting itu?”Anting? Arianne tampak bingung. “Anting apa?”“Anting-anting yang kuberikan padamu sebelum aku pergi.” jawabnya dengan cemberut.Arianne semakin bingung. Dia menarik keluar kalung itu dari bawah kerahnya. “Kau memberikan kalung ini.”Mark kaget. “Apakah… kau yakin?”Arianne mengangguk. “Iya. Hadiah darimu adalah kalung, bukan anting.” Arianne ingin tahu ke mana perginya anting-anting itu. Pada siapa dia memberikan anting-anting itu?Mark tidak membalasnya. Dia dengan hati-hati memeriksa setiap detail perjalanan bisnisnya selama beberapa hari terakhir. Kalung itu ditujukan untuk klien. Kliennya adalah seorang wanita, wanita Singapura. Dan anting-anting itu sebenarnya untuk Arianne. Mark sebenarnya telah melakukan kesalahan. Terlepas dari perbedaan arti yang sangat besar di balik kedua hadiah itu, dia telah membuat kesalahan karena kotak-kotak it
Keesokan harinya, Arianne pergi ke kantor seperti biasa. Mark masih mengalami jet lag dari perjalanan bisnisnya jadi dia masih tertidur ketika Arianne pergi.Robin menariknya ke samping ketika Arianne tiba di kantor. “Seorang klien bernama Jessica secara khusus memintamu menjadi desainer pribadinya. Dia mengatakan bahwa dia menginginkan gaun. Dia tiba tadi pagi. Pak Yaleman bersamanya sekarang. Dia terlihat seperti orang penting. Aku belum pernah melihat Pak Yaleman berhati-hati dengan klien sebelumnya.”Arianne mendengus dan baru saja akan pergi ke ruang tunggu ketika Robin menariknya lagi. “Arianne, lebih baik kau berhati-hati. Jessica itu tidak tampak seperti orang yang mudah untuk dihadapi.”Arianne tersenyum. “Jangan khawatir. Tidak seperti aku belum pernah berurusan dengan orang-orang seperti ini sebelumnya. Dia selalu bisa meminta orang lain jika itu tidak berhasil.”Di ruang tunggu, pak Yaleman dengan cepat menyeret Arianne dengan ekspresi penuh sanjungan. “Jessica, ini per