Sudut bibir Murat terangkat sinis, lalu terdengar suara kekehan kecil dari bibirnya.
“Sepertinya kamu tidak tahu kalau putra Diego yang telah merencanakan semuanya.”
Pernyataan yang meluncur dari bibir Murat membuat ekspresi Alejandro berubah. Tampak kilatan amarah yang melintas pada sepasang netra hazelnya yang bersinar tajam.
Sebelum Alejandro sempat memberikan tanggapan atas ucapan Murat Demir, tiba-tiba pintu ruangan kabin terbuka dan terlihat sosok yang mereka tunggu sejak tadi.
Diego Lorenzo melangkah masuk ke dalam suite stateroom, lalu duduk di sofa yang berada di antara kedua tamunya tersebut. Ia melirik keduanya secara bergantian dan merasakan adanya ketegangan yang sedang terjadi di antara mereka.
“Apa saya datang di saat yang tidak tepat?”
Suara berat Diego mengalihkan pandangan Alejandro dan Murat kepadanya. Tidak terlihat adanya keramahan di antara keduanya seolah Diego baru saja melakukan hal yang tidak menyenangkan bagi
Alejandro berdecih. “Lagi-lagi kamu ingin mengelak, Diego. Saya tahu kamu bisa membersihkan semua tuduhan yang ditujukan untuk putramu dan membuat media berpihak padamu. Tapi, saya tidak akan lupa hutang darah yang harus kamu dan putramu bayar kepadaku,” desisnya.Tidak ada rasa takut sedikit pun yang dirasakan Diego atas ancaman yang dilayangkan Alejandro. Bukan karena ia percaya Alejandro tidak akan berani melakukannya, tetapi ia percaya jika dirinya maupun Regis mampu menangani semuanya.Terlebih lagi ada hal yang tidak Alejandro ketahui dan Diego berniat mengungkapkan semuanya saat ini. Masih dengan sikap acuh tak acuhnya dalam menghadapi sikap permusuhan pemimpin Golden Snake tersebut, Diego berkata, “Alejandro, untuk masa lalu kita, saya tidak akan membela diri. Saya sangat berharap kamu dapat melupakan dendammu kalau kamu tidak ingin dendam itu malah mencekik dirimu sendiri."Alejandro tertawa miris. "Melupakan dendam? Apa kamu tidak ter
Sementara itu di dalam aula pesta, terjadi kegemparan yang membuat para tamu dan seluruh anggota keluarga Lorenzo serta para petinggi penting Royal Dragon syok.Suara alunan musik terhenti dan tergantikan dengan suara desas-desus yang bergemuruh mengelilingi ruangan. Berbagai opini meluncur dari bibir semua orang ketika melihat Regis memasuki aula tersebut bersama seorang wanita muda yang tidak lain adalah istrinya sendiri, Amora Lysander.Para kru media yang diberikan izin untuk meliput jalannya pesta perayaan di dalam aula tersebut bergegas mengambil gambar untuk dijadikan berita utama besok.“Astaga. Apa saya tidak salah lihat? Tuan Muda Lorenzo tersenyum?”Salah seorang tamu berseru cukup keras sehingga membuat pandangan orang-orang tertuju padanya. Namun, mereka tidak dapat memungkiri jika mereka juga sama kagetnya ketika melihat seulas senyuman yang mengembang di bibir Regis.Senyuman yang sangat langka karena Regis jarang memperl
“Saya tidak salah dengar kan? Dia bilang apa tadi? Papa? Anak itu anak Tuan Muda Lorenzo?” Desas-desus kembali bermunculan dari bibir setiap orang. Kilatan kamera tak hentinya berkelebat untuk mendapatkan gambar terbaik dari berita heboh malam ini. “Kamu boleh pergi asal bersama Xavier dan Albert,” jawab Regis terhadap permintaan putranya tersebut. Seulas senyuman kecil pun mengembang di bibir Rayden dan memperlihatkan gigi-gigi mungilnya yang menggemaskan. Liliana sangat kaget. Wajah anak laki-laki itu mengingatkan Liliana terhadap sosok kecil Regis dulu. “Kalau begitu, Ray pergi dulu, Pa,” ucap Rayden yang bergegas menghampiri Kimmy. Gadis kecil itu telah menunggunya di balik kerumunan orang-orang bersama kedua orang tuanya. Xavier maupun Albert telah sigap untuk menjaga putra Regis tersebut. “Tuan Muda Lorenzo, anak itu benar putra Anda?” Salah seorang tamu yang juga merupakan kerabat dekat dari keluarga Lorenzo, memberanikan diri untuk ber
“Ray, lihat di sana!” Kimmy berseru riang ketika mereka memasuki arena playground yang berada di salah satu ruangan dalam kapal pesiar. Saat ini dirinya bersama Rayden sedang berkeliling untuk menjelajahi setiap ruang di dalam kapal tersebut. “Waahhh! Tempat ini benar-benar seperti harta karun!” seru Kimmy lagi. Gadis kecil itu tidak hentinya mengagumi setiap hal yang ditemuinya. Rayden hanya bisa menggeleng melihatnya. “Ayo, Ray. Kita bermain di sana.” Kimmy menunjuk arena permainan bumper car yang juga berada di dalam playground tersebut. “Apa menariknya, Kimmy? Bukankah kamu sudah sering bermainnya di playground mana pun? Menurutku tidak ada bedanya dengan yang lain,” cetus Rayden dengan acuh tak acuh. Albert mengulum senyumnya. Sikap datar dan tanggapan dingin yang ditunjukkan Tuan Muda kecilnya itu mengingatkannya pada Regis Lorenzo. “Ck, bocah ini. Apa kamu tidak bisa menanggapinya dengan baik?” cetus Xavier seraya mengac
“Tuan Muda Lorenzo, selamat menempuh hidup baru Anda. Saya benar-benar terkejut mendengar kabar hari ini. Tapi, saya turut senang mendengar hal ini.”Regis tersenyum tipis mendengar ucapan selamat yang dilontarkan oleh salah seorang mitra bisnisnya. Hari ini ia sudah menerima banyak ucapan selamat serupa dari para tamu yang hadir dalam acara pesta Royal Dragon.Tentu saja Regis tahu jika ucapan selamat hanya sekedar formalitas belaka. Semua orang hanya ingin tetap menjalin hubungan yang baik dengannya saja meskipun ada beberapa yang sangat menyesalkan tindakan Regis dalam memilih istri. Apalagi sampai memiliki seorang anak di luar nikah dengan wanita tersebut. Hal tersebut benar-benar di luar prakiraan mereka.“Kapan Anda akan mengadakan acara pernikahan Anda?” tanya seorang Tuan Muda dari keluarga Brooklyn.Regis menoleh kepada Amora yang sejak tadi berdiri di sampingnya. Wanita itu berusaha untuk menempatkan posisinya dengan baik
Tanpa mempedulikan sapaan para tamu terhadap dirinya, Diego terus melangkah menghampiri putranya dan wanita yang telah menjadi buah bibir dan berita utama di acara perayaan Royal Dragon malam ini.Sepanjang perjalanan menuju aula tadi, Diego telah mendengar secara ringkas perihal sosok anak laki-laki yang berada di sisinya saat ini. Xavier maupun Albert terpaksa memberitahu hal yang diketahui mereka kepada Diego.Kini Diego telah berdiri di hadapan Regis maupun Amora. Ia menilik sosok Amora dengan seksama.Wanita itu berusaha memaksakan senyuman di wajahnya. Meskipun ia berusaha untuk menunjukkan diri dengan baik, tetapi aura Diego terasa sangat menekannya.Kening Diego sempat berkerut selama beberapa detik seolah menyadari sesuatu hal, tetapi ia masih tidak mengucapkan sepatah kata pun dan akhirnya ia menatap putranya kembali dengan tajam.Amora memegang gelas kristal dalam genggamannya dengan erat. Degup jantungnya tengah bergemuruh hebat seolah
“Maafkan aku, Regis. Aku … aku tidak tahu kalau akan menjadi seperti ini.” Xavier menunjukkan rasa penyesalannya di hadapan Regis atas keteledorannya dalam menjaga Rayden. Pria itu tidak menyangka jika kondisi tubuh Rayden ternyata akan selemah ini. Sebelumnya Amora memang sering mengingatkannya agar Rayden tidak mengalami luka apa pun. Xavier mengira jika benturan kecil tidak akan berpengaruh terhadap tubuh anak laki-laki itu, tetapi ia tidak menyangka akan berakibat cukup fatal. Regis mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia juga tidak dapat menyalahkan Xavier sepenuhnya karena kecelakaan kecil seperti ini juga tidak dapat diprediksi sebelumnya. “Sudahlah, Xavier.” Tepukan ringan diberikan Regis pada pundak sahabatnya itu. Meskipun ia ingin menyalahkan Xavier, tetapi ia kembali berpikir. Tidak ada gunanya menyalahkan siapa pun karena semua sudah terjadi. Tidak berapa lama kemudian, Albert masuk ke dalam ruangan kabin. Wajahnya tampak panik. “Di mana dokternya, Albert?” tanya Reg
Melihat sikap Regis yang mengecewakan dirinya, Diego mendengkus kasar. Tiba-tiba saja Amora membuka suaranya dan membuat pandangan Diego beralih kepada wanita itu."Tuan Besar, sepertinya Anda tidak dapat menilai putra Anda dengan baik," ujar Amora yang memberikan pembelaan kepada suaminya.Meskipun Diego Lorenzo adalah ayah mertuanya, tetapi Amora tidak peduli dan berpikir ucapan Diego terhadap Regis sangatlah menyakitkan. Padahal Regis hanya mengalah agar diberikan izin untuk mengubah haluan kapal, tetapi Diego malah menganggap sikap Regis tidak layak."Atas dasar apa Anda berbicara seperti itu, Nona Lysander? Saya adalah ayahnya dan saya rasa Anda tidak pantas berbicara seperti itu kepada saya," timpal Diego yang tampak tidak suka dengan sikap lancang Amora.Hati Amora berdenyut perih ketika mendengar kata-kata menusuk. Ia tahu jika Diego tidak akan mengakui dirinya meskipun statusnya sah sebagai istri Regis secara hukum.Sebelum Amora membalas
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi