Tanpa mempedulikan sapaan para tamu terhadap dirinya, Diego terus melangkah menghampiri putranya dan wanita yang telah menjadi buah bibir dan berita utama di acara perayaan Royal Dragon malam ini.
Sepanjang perjalanan menuju aula tadi, Diego telah mendengar secara ringkas perihal sosok anak laki-laki yang berada di sisinya saat ini. Xavier maupun Albert terpaksa memberitahu hal yang diketahui mereka kepada Diego.
Kini Diego telah berdiri di hadapan Regis maupun Amora. Ia menilik sosok Amora dengan seksama.
Wanita itu berusaha memaksakan senyuman di wajahnya. Meskipun ia berusaha untuk menunjukkan diri dengan baik, tetapi aura Diego terasa sangat menekannya.
Kening Diego sempat berkerut selama beberapa detik seolah menyadari sesuatu hal, tetapi ia masih tidak mengucapkan sepatah kata pun dan akhirnya ia menatap putranya kembali dengan tajam.
Amora memegang gelas kristal dalam genggamannya dengan erat. Degup jantungnya tengah bergemuruh hebat seolah
“Maafkan aku, Regis. Aku … aku tidak tahu kalau akan menjadi seperti ini.” Xavier menunjukkan rasa penyesalannya di hadapan Regis atas keteledorannya dalam menjaga Rayden. Pria itu tidak menyangka jika kondisi tubuh Rayden ternyata akan selemah ini. Sebelumnya Amora memang sering mengingatkannya agar Rayden tidak mengalami luka apa pun. Xavier mengira jika benturan kecil tidak akan berpengaruh terhadap tubuh anak laki-laki itu, tetapi ia tidak menyangka akan berakibat cukup fatal. Regis mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia juga tidak dapat menyalahkan Xavier sepenuhnya karena kecelakaan kecil seperti ini juga tidak dapat diprediksi sebelumnya. “Sudahlah, Xavier.” Tepukan ringan diberikan Regis pada pundak sahabatnya itu. Meskipun ia ingin menyalahkan Xavier, tetapi ia kembali berpikir. Tidak ada gunanya menyalahkan siapa pun karena semua sudah terjadi. Tidak berapa lama kemudian, Albert masuk ke dalam ruangan kabin. Wajahnya tampak panik. “Di mana dokternya, Albert?” tanya Reg
Melihat sikap Regis yang mengecewakan dirinya, Diego mendengkus kasar. Tiba-tiba saja Amora membuka suaranya dan membuat pandangan Diego beralih kepada wanita itu."Tuan Besar, sepertinya Anda tidak dapat menilai putra Anda dengan baik," ujar Amora yang memberikan pembelaan kepada suaminya.Meskipun Diego Lorenzo adalah ayah mertuanya, tetapi Amora tidak peduli dan berpikir ucapan Diego terhadap Regis sangatlah menyakitkan. Padahal Regis hanya mengalah agar diberikan izin untuk mengubah haluan kapal, tetapi Diego malah menganggap sikap Regis tidak layak."Atas dasar apa Anda berbicara seperti itu, Nona Lysander? Saya adalah ayahnya dan saya rasa Anda tidak pantas berbicara seperti itu kepada saya," timpal Diego yang tampak tidak suka dengan sikap lancang Amora.Hati Amora berdenyut perih ketika mendengar kata-kata menusuk. Ia tahu jika Diego tidak akan mengakui dirinya meskipun statusnya sah sebagai istri Regis secara hukum.Sebelum Amora membalas
Albert baru saja keluar dari kabin dan bergegas mencari James Ritter, tetapi langkahnya terhenti ketika ia berpaspasan dengan Noel Ritter di koridor."Tuan Muda Ritter, syukurlah bertemu dengan Anda di sini. Apa Anda bisa membantu Tuan Muda saya?" pinta Albert dengan penuh harap.Tanpa banyak bertanya, Noel langsung menjawab, "Saya memang ingin menawarkan bantuan kepada putra majikanmu. Tolong bawa saya menemuinya."Tanpa mengulur waktu lagi, Albert segera membawanya ke ruangan kabin. Sesampainya di sana, kehadiran Noel langsung dipertanyakan oleh Regis.“Di mana Professor Ritter?" selidik Regis kepada Albert.Wajah Regis tampak nanar dan langsung menatap tajam kepada Albert untuk meminta penjelasan atas kedatangan Noel di dalam ruangan itu.“Maaf, Tuan Muda." Albert tertunduk dalam. "Tadi saya kebetulan bertemu dengan Tuan Muda Ritter di luar. Jadi saya ….”“Bukankah sama saja mau mencari saya maupun ay
Permintaan Amora memang terdengar lancang. Meskipun ia tidak berharap belas kasihan dari Diego, tetapi saat ini ia berharap pria paruh baya itu memiliki sedikit hati nurani untuk memenuhi permintaannya tersebut.Diego tidak langsung menjawab. Ia tampak berpikir sejenak.“Ayah—” Regis berniat ikut memohon kepada ayahnya tersebut.Akan tetapi, pria paruh baya itu langsung menyela dan berkata, “Baiklah.”Wajah Amora tampak sedikit cerah. “Terima kasih, Tuan Besar,” ucapnya seraya tertunduk kecil.Kepalan tangan Regis mengetat. Ia merasa kesal karena tak berdaya menghentikan wanitanya. Bukannya mendapatkan restu ataupun pengakuan, ia malah membuat wanitanya harus menundukkan kepala di depan ayahnya.Regis merasa gagal melindungi Amora sebagai seorang suami. Akan tetapi, sekarang ia tidak ingin memperbesar masalah.Regis memerintahkan Albert untuk menghubungi pihak yang bersangkutan dan mempersiapk
“Apa yang terjadi?” Beberapa tamu tampak terkejut ketika melihat helikopter bermesin ganda telah mendarat di atas landasan yang berada di buritan kapal. Ukuran helikopter tersebut cukup besar dibandingkan helikopter pada umumnya karena merupakan jenis helikopter multiperan. Landasan pacu di atas kapal pesiar itu cukup luas untuk menampung transportasi udara tersebut. Kapal pesiar megah nan mewah itu memang telah didesain sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Kehadiran helikopter tersebut menambah meriah suasana di sekitar haluan kapal. Padahal saat ini banyak para tamu yang sedang menikmati aneka bunga api yang sedang meledak dengan indah di langit gelap nun jauh yang dipasang untuk menyemarakkan acara malam ini. Melihat keberadaan helikopter tersebut, para tamu yang sedang bersantai di area tersebut berbondong-bondong menuju ke buritan kapal untuk mengetahui hal yang sedang terjadi. “Bukankah itu wanita yang diakui Tuan Muda Lorenzo tadi?” cetu
“Tu-tuan Besar Volker, maaf saya tidak dapat melakukannya,” tukas Albert seraya meneguk salivanya dengan gugup. Ia dapat melihat kemarahan dari pemimpin Golden Snake tersebut, tetapi ia tidak dapat memahami alasannya secara jelas. Mendengar terjadi keributan pada buritan kapal, Mark Carter bergegas ke lokasi dan melihat Alejandro yang sedang mengintimidasi rekan kerjanya. “Berengsek!” Alejandro menyentakkan tubuh Albert dengan kuat sehingga pria itu terhuyung ke belakang. Mark bergegas menghampiri dan menahan tubuh Albert yang hampir terjatuh. “Terima kasih, Mark,” ucap Albert seraya mengembuskan napas lega. Mark tidak menyahut. Ia menoleh kepada Alejandro Volker yang tengah mengetukkan tongkat di tangannya pada landasan helikopter tersebut berulang kali untuk menunjukkan rasa kesal dan kecewanya. Mark memberanikan diri untuk menghampiri pemimpin Golden Snake tersebut. “Tuan Besar Volker, apa terjadi sesuatu dengan Anda? Area ini tidak
"Amora, kamu beristirahatlah dulu. Biar aku yang menunggui Ray.”Suara Noel memecahkan lamunan Amora yang tengah duduk di sisi ranjang Rayden. Putranya itu terlihat lebih baik setelah mendapatkan penanganan yang terbaik dari rumah sakit. Karena rasa lelah yang menderanya, Rayden telah tertidur pulas dan Amora menemani di sisinya.Melihat kelelahan yang terpatri di wajah Amora, Noel merasa iba. Sejak tadi wanita itu tidak beranjak sedikit pun dari sisi Rayden di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit hingga ketika dokter memberikan penanganan bagi anak laki-laki itu.“Tidak apa-apa. Aku khawatir dia mencariku nanti kalau terbangun,” gumam Amora dengan suara yang terdengar serak.Noel menghela napas pelan. Ia mengambil sebotol air mineral yang dibelinya tadi dari mesin penjual minuman, lalu menyodorkannya kepada wanita itu.“Setidaknya minumlah sedikit. Bibirmu sampai mengering seperti itu,” bujuk Noel.Amora men
“Apa belum ada kabar dari Regis?”Pertanyaan yang dilontarkan Noel mengalihkan perhatian Amora sejenak. Wanita itu menggeleng kecil, lalu menghela napas lelah.“Mungkin saja dia dipaksa untuk tetap berada di sana,” terka Amora.“Tapi, seharusnya dia mengabarimu, Amora.”Ucapan Noel tepat mengenai sasaran. Sejak tadi Amora memang telah menunggu kabar dari Regis maupun Albert, tetapi tidak ada pesan maupun panggilan masuk dari keduanya.Tadi Amora berniat untuk menghubungi Regis lebih dulu, tetapi ia khawatir panggilan teleponnya mengganggu waktu Regis yang mungkin sedang sibuk berbincang dengan para tamu.Amora mendengar acara perayaan ulang tahun Royal Dragon tersebut akan berlangsung semalam suntuk. Para tamu baru akan diturunkan dari kapal pesiar keesokan harinya sehingga malam ini akan menjadi puncak acara yang sangat meriah.Sebagai putra dan Tuan Muda Keluarga Lorenzo, tentu saja Regis harus te
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi