Siap2 saja kamu, Amora >.<
“Sekarang apa yang harus kulakukan pada Biana? Dia pasti akan sangat marah dan kecewa kalau tahu aku sudah menghilangkan pekerjaan pentingnya ini.” Amora bergumam pelan dengan kesedihan yang terlukis di wajahnya. Ia baru saja keluar dari Restoran Baymoon melalui pintu belakang karena khawatir Tuan Muda Lorenzo akan mencarinya. Amora tidak ingin bertemu lagi dengan pria yang sudah mengambil keperawanannya dulu. Meskipun pria itu adalah ayah kandung Rayden, tetapi ia tidak berniat membiarkan pria itu mengetahui bahwa hubungan intim yang telah mereka lakukan tujuh tahun lalu telah membuahkan hasil. Amora juga tidak ingin Rayden mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang pembunuh! ‘Pantas saja aku merasa dia mirip dengan seseorang. Ternyata parasnya dan Rayden sangat mirip,’ batin Amora yang berusaha mengingat kembali wajah Regis Lorenzo yang ditemuinya tadi. Putranya dan pria itu memiliki kesamaan di bagian alis, hidung dan bibirnya. Amora berpikir jika semua orang pasti akan langsung
“Apa kamu yang sudah menaruh obat ke dalam minumanku dulu, Chelsea?” selidik Amora yang memulai interogasinya kepada wanita itu. Chelsea tidak menjawab. Ia hanya menarik sedikit sudut bibirnya. “Aku akan menganggapnya sebagai iya,” timpal Amora yang merasa sangat kecewa karena dugaannya ternyata benar. “Lalu, kamu juga yang sudah memberitahu Chris untuk menjemputku di hotel itu, hm?” tanya Amora lagi. Kali ini Amora tidak menunggu jawaban dari Chelsea dan kembali mencecarnya dengan pertanyaan, “Untuk apa kamu melakukan semua itu? Apa aku pernah melakukan hal yang buruk padamu sampai kamu tega melakukan semua ini padaku, hm?” Chelsea menggenggam erat setir kemudinya, kemudian ia menoleh dan berkata dengan nada mengejek, “Kenapa? Merasa tersakiti? Dikhianati?” Tatapan mereka bertemu dengan sorot mata yang beradu dengan penuh kebencian. “Untuk apa kamu melakukannya? Demi uang?” terka Amora lagi. Sebuah alasan klise yang me
“Apa kepala Anda masih terasa sakit, Tuan Muda?”Mark melirik wajah Regis Lorenzo yang terlihat pucat melalui kaca mobil spion tengah mobil yang saat ini dikemudikannya. Sekarang sudah menjelang tengah malam, tetapi tuan mudanya tersebut masih belum berniat kembali ke penthouse-nya.Sudah hampir tiga puluh menit Mark mengendarai mobil tersebut tanpa tujuan. Regis memintanya untuk mengelilingi seluruh jalanan kota untuk menenangkan pikirannya sejenak.Beberapa waktu lalu Mark mendapat panggilan telepon langsung dari tuan mudanya tersebut yang meminta dirinya untuk menjemputnya di Restoran Baymoon. Mark tidak tahu masalah apa yang menimpa tuan mudanya. Padahal sebelumnya pria itu sedang menghadiri acara perjodohan yang diatur oleh nyonya kedua keluarga Lorenzo.“Berhenti, Mark,” titah Regis ketika kendaraan mereka melewati sisi jalan Sungai Hudson.Terlihat sebuah jembatan gantung yang terbuat dari baja kuat yang berada di atas sungai tersebut. Aneka lampu dengan warna dan corak yang in
“Maafkan aku, Bia! Aku benar-benar tidak tahu kalau akan terjadi hal seperti ini. Aku benar-benar minta maaf.” Amora menangkupkan kedua telapak tangannya di atas kepalanya yang sedang tertunduk dalam ketika berhadapan dengan rekan kerjanya, Biana Curtiz. Saat ini mereka berada di gudang penyimpanan barang toko WW Mart untuk beristirahat makan siang. Semalam Biana sudah menghubunginya untuk mempertanyakan hal yang terjadi pada pekerjaannya. Ia sangat marah kepada Amora setelah mengetahui perihal pemecatannya. Meskipun waktu itu Amora berusaha untuk menjelaskannya, tetapi Biana tidak memberikannya kesempatan dan langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Amora tahu jika dirinya pantas dibenci oleh Biana, tetapi ia perlu meminta maaf dan menjelaskan secara langsung kepada gadis itu. Walau bagaimanapun, dirinyalah yang telah menyebabkan Biana kehilangan salah satu pekerjaan berharganya. Wajah Biana yang datar menatap lurus sosok Amora yang masih membungkuk dengan penuh p
Sang mentari telah menukik tinggi di atas gedung perkantoran Royal Dragon. Regis baru saja menyelesaikan rapatnya bersama beberapa para bawahan kepercayaannya. Mark berjalan beriringan dengannya. Pria itu tampak sibuk membaca jadwal Regis berikutnya melalui tablet yang dibawanya. “Siang ini Anda ada pertemuan dengan beberapa petinggi perusahaan di Hotel Luxury. Mengenai mobil bekas kecelakaan Anda waktu itu, mobilnya sudah dibawa ke lahan parkir gedung ini tadi pagi. Anda bisa memeriksanya nanti.” Regis hanya mengangguk. Langkah Regis terhenti sejenak ketika ia sudah sampai di dalam ruang kerjanya sendiri. Ia teringat akan perintah yang diberikannya kepada Mark sebelum menghadiri rapat tadi.Dengan satu tangan masuk ke dalam saku celananya, Regis menoleh kepada Mark dan bertanya, “Apa kamu sudah meminta pihak Restoran Baymoon untuk memberikan tips untuk Nona Curtiz? Apa mereka sudah mempekerjakan wanita itu lagi?” Mark mengangguk tipis.Atas perintah dari Regis semalam, Mark langs
Kedua jemari Regis saling bertaut dan menatap Mark dengan penuh antusias. Niatnya untuk mengerjakan pekerjaannya pun tertunda untuk sementara waktu. Netra elangnya menatap Mark dengan tajam.“Katakanlah, ide brilian apa yang ada di otakmu itu, Mark!” titah Regis kepada asistennya tersebut.Asistennya itu pun berdeham dengan canggung, kemudian berkata dengan hati-hati karena khawatir ucapannya malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, "Sebenarnya Anda bisa saja mencari seseorang untuk berpura-pura untuk menjadi pasangan hidup Anda, Tuan Muda. Dengan begitu tuan besar tidak akan lagi mendesak Anda.”“Berpura-pura?” Regis cukup terkejut mendengar usul yang diberikan asistennya tersebut. Ternyata Mark memberikan ide yang di luar ekspektasinya. Namun, ia berpikir jika ucapan Mark ada benarnya.Selama ini ayahnya memang selalu mengkhawatirkan masalah pernikahannya. Meskipun banyak wanita yang selalu mendekat dengan Regis, tetapi mereka hanya dianggap sebelah mata oleh putra Diego terseb
“Tuan Muda, saya sudah mendaftar menjadi salah satu pencari jodoh di Aplikasi Blind Date dan menjadi anggota VIP untuk mendapatkan kerahasiaan identitas saya,” lapor Mark yang saat ini berada di dalam ruangan kerja Regis kembali. Sesuai perintah Regis, ia terpaksa mendaftarkan dirinya sebagai salah satu calon pencari jodoh. Atasannya itu hanya meliriknya sekilas setelah mendengarkan informasi yang diberikannya. Sejak tadi jemari Regis masih sibuk menggulir layar ponselnya. Pria itu sedang membaca beberapa artikel terkait kecelakaan tunggal yang menimpa dirinya dulu. Ia berpikir mungkin saja ia bisa mendapatkan sedikit informasi dari artikel tersebut. Namun, sayangnya tidak ada hal penting yang bisa dijadikan clue atas kecelakaan itu. “Lanjutkan,” titah Regis dengan acuh tak acuh karena asistennya itu malah memilih diam menunggu tanggapannya. Mark berdeham singkat, kemudian kembali berkata, “Seperti perintah Anda, saya mengisi beberapa permintaan kriteria Anda.” Mark menyodorkan t
Pintu lift terbuka. Regis baru saja tiba di lantai basement kedua, tempat parkiran khusus mobil para petinggi perusahaan.Netra Regis langsung berkeliling ke sekitarnya. Mencari mobil Aston Martin berwarna merah metallic yang pernah digunakannya tujuh tahun yang lalu.Tatapannya terhenti pada seorang pria berusia tiga puluh tahunan yang sedang mengelap kaca depan mobil miliknya. Dia adalah Albert Parker, sopir pribadi Regis.Langkah Regis pun tertuju pada bawahannya tersebut. Sopir pribadinya itu telah bekerja sejak tujuh tahun silam setelah Regis selesai menjalani pemulihan di rumah sakit.Meskipun Albert dipekerjakan oleh Diego untuk memantau pergerakan Regis, tetapi pekerjaannya selalu memuaskan Regis.Karena alasan itulah, Albert diberikan kepercayaan secara khusus untuk merawat dan membersihkan setiap mobil yang akan digunakan oleh tuan mudanya tersebut.Karena sibuk membersihkan kaca mobil belakang sambil bersenandung ria, Albert tidak menyadari kehadiran Regis dan ia sangat terk
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi