“Apa? Jatuh, mimisan?” Rain memekik kencang setelah mendapatkan laporan dari sang bodyguard tentang kondisi putranya.Rain langsung panik bahkan saking paniknya ia bahkan tidak menyadari tatapan Christian dan Erick kini tertuju kepadanya, perempuan berambut cokelat keemasan bahkan sampai linglung saat ia salah mengambil dokumen padahal ia ingin mengambil tas dan ia bahkan belum memutus panggilan telepon dari Chen.“Rain, siapa yang jatuh dan mimisan?” Christian mencengkeram lengan langsing Rain sambil menatap manik hazel untuk mencari jawaban dari pertanyaannya.“Bukan urusanmu,” ketus Rain.“Apa kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku?” Tanya Christian lagi kali ini ia menatap Rain dengan tatapan tajam penuh selidik.“Untuk apa aku menyembunyikan sesuatu darimu?! Kau bukan siapa-siapaku dan aku tidak mempunyai kewajiban untuk memberitahumu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupanku,” jawab Rain.Christian menarik lengan Rain kasar hingga tubuh sang wanita tertarik da
“Mommy,” panggil Richie dengan suaranya yang terdengar lemas.Rain seketika terjaga dari tidurnya setelah mendengar panggilan dari putranya, matanya menyipit dan terus mengerjap agar ia bisa melihat wajah sang bocah dengan jelas. Rain tertidur di kursi santai dengan posisi duduk sambil memeluk putranya, ia terlihat sangat kelelahan dan mengantuk setelah semalaman penuh menjaga Richie yang rewel karena badannya panas.“Hmm, ya sayang.”“Mau minum susu,”pinta Richie sembari memainkan rambut ibunya.“Tunggu di sini, Mommy mau pergi ke dapur sebentar dan membuatkanmu susu,” ucap Rain.Richie kembali merengek sambil memeluk erat leher Rain. “Mommy tidak boleh pergi,” tangisnya.Rain hanya menghela napas panjang karena ia tidak bisa menolak permintaan putranya sehingga ia mengangkat telepon yang berada tepat di sampingnya dan meminta pelayan membuatkan susu untuk Richie. “Apakah badanmu masih sakit?”Richie hanya mengayunkan kakinya dan bersikap manja di pelukan ibunya, tangan mungilnya te
“Jadi … Richie adalah putramu, Rain?” Tanya Christian sambil menatap dengan tatapan penuh selidik kepada Rain yang hanya terdiam mematung di tempatnya berdiri sambil menggendong Richie. “RAINATA!! CEPAT JAWAB PERTANYAANKU!!” Bentaknya. Seluruh tubuh Rain gemetaran dan ia terlihat sangat ketakutan sampai kakinya sampai tidak bisa digerakkan padahal saat ini ia ingin berlari sekencang-kencangnya untuk menjauhi Christian. Rain memeluk erat putranya sambil menatap mata Christian yang memancarkan kemarahan karena tak kunjung mendapatkan jawaban darinya, dan yang bisa ia lakukan hanyalah mengandalkan sang bodyguard untuk melindunginya dari Christian. "RAIN!! CEPAT JAWAB!! APAKAH RICHIE PUTRAMU, PUTRA KITA?!" “Chen,” lirih Rain dengan suara bergetar. Chen berdiri di depan Rain kemudian menolehkan kepalanya ke samping. “Pergi, larilah sekencang-kencangnya.” Kaki Rain perlahan mundur ke belakang lalu ia mulai berlari menuju pintu keluar sambil menggendong Richie. “FUCK!! RAIN!!” Christian
“Tuan Christian, tuan Jim sejak tadi berusaha menghubungi nomor anda untuk menanyakan kelanjutan pembelian saham Seaworld tapi anda tidak kunjung menjawabnya,” ujar Erick begitu memasuki ruang kerja Christian.Christian menghela napas panjang sembari menatap nanar hamparan langit biru dari jendela kaca, ia duduk bersandar di kursi singgasananya sambil melamunkan bocah lucu yang selalu memenuhi pikirannya. “Apa kau sudah mendapatkan informasi keberadaan Rain dan Richie?”“Masih belum, Tuan. Kami masih belum bisa melacak posisi Rain saat ini dan dia juga tidak kembali ke rumah dokter Adrian,” jawab Erick.Christian menoleh dan menatap wajah Erick. “Aku ingin Rain dan Richie secepatnya,” ucapnya.“Ya,” jawab Erick.Christian bangkit dari tempatnya duduk kemudian berjalan pergi meninggalkan ruang kerjanya dan kembali ke kamarnya, kedua tangan kekarnya melepaskan kaos serta celana hingga tubuhnya telanjang saat berjalan menuju ke kamar mandi. Tetesan air dari kran shower mulai membasahi tu
“Kau mau bawa Richie kemana, Christian?” Rain memekik kencang ketika ia terbangun dan melihat Christian tengah menggendong putranya yang sedang tertidur.“Aku akan membawa putraku pulang ke rumah,” tegas Christian.Rain melompat dari ranjang lalu berlari mendekati Christian untuk merebut kembali Richie dari dekapan sang billionaire. “Apa kau sudah gila!! Richie adalah anakku dan Adrian, kau bukan siapa-siapa bagi Richie karena ayah Richie adalah Adrian, bukan kau!!Perdebatan dimulai dan Erick memasuki kamar Rain setelah mendengar keributan antara Christian dan Rain.“Erick, bawa Richie ke dalam mobil dan tunggu aku di sana,” titah Christian sembari menyerahkan sang bocah di gendongan sang tangan kanan.“TIDAK!! KEMBALIKAN RICHIE!! KALIAN TIDAK MEMPUNYAI HAK UNTUK MENGAMBILNYA DARIKU!!” Rain berteriak kencang dan hendak menghentikan Erick yang sedang berjalan keluar dari kamar akan tetapi lengannya dengan cepat dicengkeram oleh Christian.“Kita harus bicara,” ujar Christian.“Kembali
“RICHIIEE!! JANGAN!!”Christian dan Erick berlari kencang menuju balkon untuk menghentikan Richie yang tengah memanjat pagar pembatas teralis. Tangan kekar sang billionaire menjulur dan dengan cepat meraih tubuh mungil Richie yang hampir jatuh dari ketinggian yang mencapai hampir 10 meter, Christian memeluk erat sang bocah yang sedang menangis kencang karena kaget.“Mommyyy,” tangis Richie.“Astaga, hampir saja.” Christian dan Erick menghela napas lega secara bersamaan.Christian membawa Richie masuk kembali ke dalam kamar diikuti oleh Erick yang tak lupa mengunci pintu kaca rapat-rapat agar kejadian barusan tidak terulang kembali.“Tuan Christian, sepertinya kita harus memasang teralis pengaman agar Richie tidak bisa memanjat pembatas balkon lagi seperti barusan,” usul Erick.Christian hanya mengangguk sembari memeluk erat tubuh sang bocah yang masih gemetaran dan ia berusaha menenangkan tangisan Richie yang terus memanggil ibunya. “Ya, lakukan saja. Aku juga ingin kau menutup semua
“Aku akan menukar hasil lab tes DNA yang dilakukan Christian, aku tidak akan membiarkan Richie jatuh ke tangan Christian. Aku akan melakukan segala cara untuk bisa membawa Richie pulang ke rumah,” ujar Adrian .Rain hanya menghela napas panjang lalu turun dari ranjang dan tak mau merespon ucapan Adrian, ia memasukkan tas pinggang kesayangan Richie bergambar emoticon smile ke dalam tas jinjingnya kemudian berjalan menuju ke pintu.“Rain, kau mau pergi kemana? Kenapa kau memasukkan tas pinggang Richie ke dalam tasmu, apakah kau akan pergi ke kediaman Abraham? Tapi kita belum selesai berbicara,” tanya Adrian sembari menatap Rain dengan tatapan kesal.“Aku mau keluar mencari udara segar,” jawab Rain lalu pergi begitu saja meninggalkan Adrian.Rain berjalan masuk ke dalam mobil Ferrari miliknya lalu pergi ke tempat sunyi dimana ia bisa menenangkan pikirannya yang sedang kacau, ia menepikan mobilnya di pinggir ladang yang terdapar hamparan bunga matahari lalu ia mulai menangis untuk mengelu
“Aku ingin kau secepatnya mengurus gugatan hak asuk Richie ke pengadilan agar Rain semakin tersudut hingga akhirnya dia meninggalkan Adrian,” titah Christian kepada Erick. Erick sontak mendongakkan kepalanya dan menatap mata sang billionaire yang memancarkan sorot penuh hasrat saat menatap Rain, ia tidak bisa menghentikan keinginan Christian untuk bisa kembali merebut Rain dan Richie dari tangan Adrian. “Tuan Christian, apakah tidak ada cara selain merebut hak asuh Richie dari Rain? Merebut anak dari seorang ibu dan memisahkan anak sekecil itu dari ibunya bukankah itu tindakan yang sangat kejam?” Erick mencoba bernegosiasi kepada Christian agar mau mengurungkan niatnya untuk mengajukan gugatan hak asuh Richie. “Tidak!! Aku ingin Richie dan Rain kembali kepadaku secepatnya dan hanya dengan cara inilah aku bisa merebut mereka dari Adrian,” tolak Christian dengan sangat tegas. Erick menatap Rain yang sedang menggendong Richie dengan tatapan sedih, hatinya terasa sakit karena tak tega
Gerimis turun mengiringi upacara pemakaman Adrian yang baru saja selesai dilaksanakan, para pelayan yang memakai baju serba hitam satu per satu mulai pergi meninggalkan area pemakaman setelah meletakkan sekuntum mawar putih di atas pusara Adrian. Kini hanya ada Christian, Rain, Erick dan Lucy yang masih meratapi kematian Adrian."Kenapa harus Adrian? Kenapa? Aku bahkan belum meminta maaf kepadanya karena sudah mengkhianatinya," tangis Rain di atas gundukan makam Adrian."Karena Tuhan lebih mencintai Adrian makanya Tuhan mengambilnya," jawab Christian sambil menatap nanar nisan Adrian."Kak Adrian. Maafkan aku karena selama ini aku sudah sangat mengecewakanmu," ucap Lucy sambil menangis tersedu-sedu dan langsung ditenangkan oleh Erick."Erick, bawa Lucy ke mobil. Dia sedang mengandung dan dia bisa sakit kalau terus terkena guyuran hujan," titah Christian kepada Erick.Erick mengangguk cepat, ia berdiri cepat lalu memapah Lucy meninggalkan makam Adrian."Rain, kita juga harus pergi dari
"MIKHA!!" Pekik Christian ebgitu ia mengenali wanita yang tengah terbaring sekarat di pinggir jalanan dengan tubuh telanjang dan kondisinya sangat mengenaskan. "CEPAT PANGGIL AMBULANCE," titahnya kemudian kepada anak buahnya.Christian melepaskan jasnya yang ia gunakan untuk menutupi tubuh telanjang Mikha, ia sangat prihatin dengan tubuh Mikha yang dipenuhi luka serta cairan putih pekat yang melumuri paha sang wanita yang dulunya suka menyiksa Rain tersebut. Apakah ini semacam karma yang diterima oleh Mikha karena dulu suka menyiksa Rain?Mungkin saja iya karena semua yang hidup di dunia pasti akan mendapatkan karma dari tiap-tiap perbuatan yang mereka lakukan di dunia ini."Hall, antar Rain dan Richie pulang ke rumah. Aku akan menunggu dan mengantar Mikha ke rumah sakit," titah Christian kepada sang anak buah andalannya."Baik, Tuan." Hall bergegas masuk ke dalam mobil seperti yang diperintahkan oleh sang billionaire.Beberapa bodyguard Christian tampak sibuk mengamankan lokasi sekit
Seorang wanita yang memakai penutup kepala sedang mondar-mandir di depan mansion megah Abraham dan sesekali bersembunyi di balik pohon atau jajaran mobil yang diparkir di tepi jalan saat ada orang atau mobil yang melintas. Gerak-geriknya sangat mencurigakan seperti seorang penjahat yang sedang mengincar korbannya.Wanita bertubuh langsing yang memakai pakaian serba tertutup itu tampaknya sedang menunggu sang pemilik bangunan megah itu keluar akan tetapi sampai beberapa jam lamanya ia menunggu, tak ada satu mobil mewah pun yang keluar ataupun masuk. Wanita berhidung mancung itu pun tampak sangat cemas dan kecemasannya bisa terlihat dari tubuhnya yang tampak gemetaran seperti orang yang sedang ketakutan."Terbuka!! Akhirnya gerbang rumah Christian terbuka," pekik Mikha.Mikha berlari mendekati pintu gerbang kediaman Abraham akan tetapi saat ia hampir mencapai pintu tiba-tiba sebuah mobil van berhenti tepat di depannya dan beberapa pria bertubuh kekar keluar dari mobil tersebut. Mikha di
"Jadi, kita bertiga bisa kabur ke luar negeri kalau kita bisa mencuri jet pribadi milik Adrian. Dan aku butuh bantuan kalian berdua untuk melakukannya," usul Juan."Membunuh Adrian? Bagaimana caranya? Kau tahu sendiri kalau Adrian sedang dijaga oleh pengawal Christian, bukan?" Tanya Mikha."Betul sekali!! Kalau kita tidak hati-hati bisa jadi kita sendiri lah yang akan celaka," timpal Ashley."Tidak!! Aku tidak mau melakukannya karena itu terlalu berbahaya dan aku belum mau mati seperti Alex," tolak Mikha cepat."Jadi, kalian berdua tidak mau membantuku?! Fine!! Kalau begitu aku akan pergi sendiri dan jika aku berhasil mengambil jet pribadi milik Adrian, aku akan pergi sendiri tanpa kalian berdua." Ujar Juan."Fuck you, Juan!! Jadi seperti ini kah wajah aslimu?! Kau akan meninggalkanku sendirian dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri padahal dulu kau berjanji akan menjadikanku ratu," protes Mikha cepat sambil menggebrak meja."Ya, benar!! Ini wajah asliku dan aku berhak berbuat sesuka
"Cepat tangkap dia dan jangan sampai lolos," titah sang pimpinan tim SWATT setelah melihat Erick membunuh Alex dengan kejam.Pistol Erick dijatuhkan paksa, kedua kakinya ditendang hingga ia terjatuh bersimpuh dan kedua tangannya diborgol. Mata Erick memerah dan ia tampak hancur saat melihat jenazah Chen sedang dipindahkan ke brankar oleh tim medis lalu dibawa masuk ke dalam ambulance kemudian dibawa pergi ke rumah sakit."Tunggu!! Cepat lepaskan tuan Erick," titah jaksa Harry kepada sang pimpinan SWAT."Jangan halangi pekerjaan kami, dia telah membunuh pria ini dengan sangat kejam dan sudah menjadi tugas kami untuk menangkap penjahat yang telah membunuh banyak orang yang tidak berdosa," tolak sang pimpinan tim SWAT yang malah mengacuhkan perintah dari jaksa Harry.Perdebatan dimulai dan jaksa Harry tampak sangat sangat emosi karena pimpinan tim SWAT tidak mengindahkan ucapan sang jaksa, ia langsung menghentikan sang pimpinan arogan yang hanya bisa menangkap saja tanpa mau mencari tahu
Rain malam ini tidak bisa tidur, ia terus menunggu di ruang depan sambil berjalan mondar-mandir. Sebentar duduk lalu berdiri, sebentar berbaring di sofa sambil memejamkan mata lalu di detik berikutnya matanya kembali terbuka kemudian turun dari sofa dan kembali berjalan mondar-mandir.Hati dan perasaan Rain terus saja gelisah memikirkan sang bodyguard wanitanya yang sudah ia anggap sebagai kakak perempuannya sendiri sehingga ia tidak bisa tenang selama Chen masih belum pulang."Rain, kau tidak tidur? Sekarang sudah larut malam, udara di sini sangat dingin dan tidak bagus untuk kesehatanmu, kau bisa sakit kalau menunggu di sini." Ujar Christian sambil meletakkan baby monitor di atas meja lalu ia memakaikan mantel hangat di tubuh Rain agar wanitanya tidak kedinginan."Bagaimana mungkin aku bisa tidur kalau Chen masih belum memberiku kabar, Christian?!! Apa kau sudah mendapatkan kabar dari Erick atau siapapun?" Tanya Rain."Belum, aku juga sedang menunggu kabar dari Erick. Kau tidur saja
"Apa yang harus aku lakukan?" Tatapan mata Erick tertuju ke layar monitor yang sedang merekam kondisi di dalam van milik anak buah Juan dan Alex.Erick mendengarkan sambil menyaksikan anak-anak buah musuhnya yang sedang tertawa senang karena telah berhasil menculik beberapa wanita muda yang akan menjadi korban sindikat perdagangan organ tubuh manusia yang salah satunya adalah Chen. Rasa khawatir dan panik bercampur menjadi satu hingga membuat kepala Erick ingin meledak karena semua rencana yang telah ia susun tiba-tiba buyar karena kesalahan teknis."Apakah ada yang melihat arah mobil Van hitam itu pergi?" Tanya Hall melalui alat komunikasinya."Mereka menuju ke hutan, tim 5 sedang membuntuti di belakang.""Thanks God," ucap Erick penuh syukur. "Kita pergi ke sana sekarang," titah Erick kemudian."Aku mengerti," sahut HarryMobil Van yang ditumpangi oleh Erick dan juga beberapa tim lainnya yang langsung menuju ke hutan, mereka memarkir mobil agak jauh dari gudang tempat anak buah Juan
"Apa kau benar-benar yakin, Harry? Apa yang membuatmu begitu mantap untuk menerima usulanku?" Tanya Christian memastikan."Karena sudah terlalu banyak korban berjatuhan dan aku tidak memiliki cara lain untuk bisa menjerat kepala jaksa dengan hukuman yang setiimpal karena kekuasaan serta jabatan yang dimiliki oleh pimpinanku," jawab Harry yang tampak tidak berdaya.Christian menghela napas panjang dan ia berkata. "Tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh hukum karena di dunia ini masih banyak sekali ketidakadilan serta kejahatan yang dilakukan oleh para penegak hukum.""Ya, anda benar, Tuan.""Dan karena itulah kita akan melakukan hal ekstrem agar kita bisa menjerat dan mengadili para penjahat yang sudah membunuh banyak manusia tidak berdosa itu dengan hukum yang kita ciptakan sendiri," ujar Christian."Cara ekstrem? Apa maksud anda? Saya tidak mengerti," tanya Harry yang tampak kebingungan."Dengan cara membuat jebakan kematian dimana seluruh dunia bisa menyaksikan secara langsung
"Aku merasa sangat lega dan aku bisa mati dengan tenang kalau aku ditakdirkan mati malam ini juga," ucap Adrian lega."Diam, jangan bicara omong kosong lagi, Kak!! Aku tidak akan pernah mau memaafkanmu kalau kau terus bicara sembarangan seperti tadi," amuk Lucy, netranya menatap tajam wajah kakaknya lalu ia berjalan pergi meninggalkan kamar perawatan kakaknya dengan penuh kekesalan."Lucy," panggil Erick yang terlihat kebingungan, ia ingin mengejar wanitanya akan tetapi di sisi lain dirinya sungkan untuk meninggalkan Christian dan Adrian makanya ia akhirnya memilih untuk diam di tempatnya."Erick, susul Lucy dan tolong bawa Richie keluar. Aku ingin bicara empat mata dengan Adrian," titah Christian."Baik, Tuan.""Richie, ucapan selamat tinggal pada Daddy Adrian," pinta Christian kepada sang putra, ia mendekatkan putranya ke arah Adrian sehingga sang bocah tampan bisa mencium kening Adrian."Bye, Daddy. Ummmaaah," ucap Richie sambil mencium kening dan pipi Adrian."Daddy akan selalu me