Home / Young Adult / Gagal Move On! / BAB 2 : Sekotak donat

Share

BAB 2 : Sekotak donat

Author: donatlumer
last update Last Updated: 2023-02-17 22:09:42

Raka tertawa geli melihat balasan usilnya yang hanya dibaca oleh Tara. Ia pastikan, perempuan itu sedang menggerutu di sana, mengatakan modusnya sudah tertinggal zaman atau gombalannya yang sudah tidak lagi mempan. Yang paling brengseknya, Tara langsung mengernyit jijik ketika Raka melancarkan aksi gombalnya. Sungguh mantan yang kejam.

“Senyam-senyum aja lo, gue perhatiin dari tadi. Kesambet setan gor baru tahu rasa!” seru Jaffar yang menghampirinya dengan raket di tangannya.

Nando dan Tian mengekor di belakang, kemudian duduk di tribun bawah sembari mengusap handuk kecil ke wajahnya yang berkeringat.

“Gue, sih, curiganya Raka lagi ngebucin sama pacar barunya,” ujar Nando.

“Nggak salah lagi, pasti dapet foto gunung kembar dia!” seru Tian yang langsung dihadiahi lemparan botol kosong dan handuk basah oleh ketiga temannya.

“Bego sampe ke urat!” Raka memukul kepala temannya menggunakan raket miliknya yang langsung mendapat umpatan dari Tian.

Nando menggeleng. “Udah tahu Raka orangnya cupu, pegangin tangan Kaila aja udah alhamdulillah dia!”

“Kalau sampai dapet foto gunung kembar, digaplok bolak-balik mukanya!” seru Jaffar yang langsung disambut tawa oleh yang lainnya.

“Tolol, tolol, tolol!” Raka menoyor kepala ketiganya bergantian. “Ini otak harus di laundry biar suci tanpa dosa. Isinya maksiat semua ini, mah. Kacau banget.” Jelas Raka tak terima dituduh seperti itu.

“Abis main sama Tara otaknya di laundry tiap minggu, sekarang sama kaila main kotor-kotoran gak?” tanya Tian dengan seringai jahilnya.

“Eh, dibilangin langsung digaplok! Itu kepala bisa-bisa dimasukin ke sepiteng sekolahan!” ujar Jaffar.

“Coba sini mulutnya, gue aduin biar makin berkah kalau ngomong!” Raka bergerak mendekati Jaffar dan Tian yang ada di sisi kanan kiri tubuhnya, lalu menyatukan dahi keduanya yang tadi tertawa keras. Mereka meringis, kemudian mengumpat bersamaan.

“Anjing, Ka, kalau sampai ini bibir nggak perawan lagi, gue patahin batang leher lo,” umpat Tian.

“Gue juga gak sudi tabrakan sama mulut simpanse kayak lo!” sahut Jaffar sembari mengusap dahinya.

Nando dan Raka terbahak mendengarnya.

Sebagai yang paling waras di antara teman-temannya, jelas Nando hanya geleng-geleng kepala dan ikut tertawa menyimak. “Kalau ngomong nggak pernah bener!”

Sebelum Tian maupun Jaffar hendak menyahuti, ponsel Raka berdering. Lelaki itu memberi isyarat pada mereka agar tidak bersuara sedikit pun. “Halo, sayang?”

Mendengar sapaan menjijikan itu membuat ketiganya kompak menutup mulut seakan ingin muntah detik itu juga.

“Nanti malam jadi nonton ‘kan?”

“Yah, sorry, Kai, nanti malam mau main badminton sama anak-anak.”

“Lho, sekarang kan kita lagi—” suara Nando terpotong oleh tangan Raka yang menutup mulutnya. Lelaki yang sedang dimabuk cinta itu mengatakan ‘bacot’ tanpan suara.

“Besok aja gimana?”                   

“Besok kan aku ke salon. Warna rambutnya mau diganti. Hari senin kan udah masuk sekolah lagi.”

Raka teringat rambut Kaila yang dicat biru terang di beberapa bagian, entah apa modelnya, ia tak paham.

“Gimana, ya...” Raka menatap teman-temannya meminta jawaban yang tepat, namun, mereka seolah tak peduli. Jaffar meneguk botol minumnya, sementara Nando memainkan ponselnya.

“Gimana?”

Tian menyugar rambutnya yang menjutai ke dahi, mulai tak peduli dengan obrolan Raka dengan pacarnya.

“Aku mau nemenin Tian potong rambut.”

“Katanya tadi mau main badminton?”

“Iya, abis badminton dia minta ditemenin potong rambut. Besok aja ya sekalian nyalon.” Raka menjauhkan ponselnya. “Apa, Mi? Oh, iya-iya! Kai, udah dulu ya, aku disuruh jagain Arlan. Bye!” Ia mematikan sambungan telepon sepihak.

“Baru jadian sebulan aja udah berapa kali nih lo bohong. Dasar penipu ulung,” cibir Jaffar.

“Mana bawa-bawa nama gue segala lagi. Dosanya lo yang tanggung, ya!” Tian menggeleng pelan.

Raka tak merespon cibiran temannya.

“Emang mau ke mana lo nanti malem?” tanya Nando.

“Ke rumah Tara.”

Jawaban lempeng itu membuat yang lainnya berdecak. Jaffar sudah memiliki ancang-ancang akan menyabet bokong Raka kalau saja Nando tidak menahannya. “Belom beres juga lo sama Tara?” tanyanya.

“Emang kapan, sih, mereka pernah beres?” Nando bertanya balik.

Raka mendengkus kasar. “Dibilangin otaknya cuci dulu. Gue mau ambil songket pesanan mami di temennya Tara.”

“Berak sekebon! Ke rumah Tara-nya pasti bawa donat, tuh!” Seru Tian. “Gue juga heran lagi sama Tara, mau-mau aja dulu jadian sama lidah buaya macem lo.”

“Tara juga tahu kali, lidah buaya banyak manfaatnya. Jadi ojek bisa, Go-food bisa, jongos bisa, tempat marah-marah juga bisa!” sahut Raka. “Lagian, menjalin silaturahim sama mantan itu bagus, sambil melepas rindu!”

“Makan nih, berak gue! Tai kambing lo!” Tian berseru tak senang. Bukan hal yang aneh karena sedari masa orientasi tahun lalu, Tian memang naksir berat pada Tara, yang sayangnya, perempuan itu malah mermbalas perasaan Raka yang dan mereka jadian. Nasib tampang remedial.

[]

Setelah pagi tadi bertengkar masalah papa dan Makassar, sorenya, Tara dan Dio terlihat akur meskipun keduanya tidak melakukan interaksi apapun selain duduk bersebelahan, menonton acara TV kesukaan mereka tiap Sabtu sembari menikmati kue kering buatan Eva.

Sesaat, Tara melirik ibunya yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapi, sebelum tatapannya kembali pada TV. “Mau ke mana, Bu?”

Eva melirik sekilas, lalu mematut diri di cermin di sebelah lemari TV. “Temen kantor ada yang nikahan. Kamu sama Dio jaga rumah, ya.”

“Sama om Arsen?”

Eva mengangguk. “Nanti mau dibeliin apa?” Ia memang sering pergi dengan Arsen, dan pulang membawa makanan yang kedua anaknya inginkan.

“Richeese aja.” Suara Dio terdengar untuk pertama kalinya.

“Tara juga.”

“Oke, ibu berangkat ya. Jangan berantem,” katanya sembari berjalan ke arah ruang tamu.

Setelah suara klakson terdengar dari luar, Dio bergegas ke ruang tamu, mengintip di balik gorden, ibunya dan Arsen baru saja meninggalkan pekarangan rumah. Ia kembali bergabung bersama kakaknya yang kini tengah menatapnya.

“Gue gak suka mereka sering pergi,” aku Tara.

Dio mengangguk.

“Menurut lo, ibu bakal serius?”

“Belum tahu.” Selama ini Arsen memang bersikap baik padanya, tapi yang ada maunya memang sering begitu kan? “Lo setuju ibu nikah lagi?”

Dengan cepat Tara menggeleng. “Gue udah nyaman sama kondisi kita sekarang. Kalau lo gimana?”

“Gue?” Dio menatap lurus layar TV, namun jelas pikirannya bukan ke sana. Memikirkan apa yang akan terjadi kalau tiba-tiba om-om kaya raya itu melamar ibunya.

Suara dering ponsel milik Tara membuyarkan keheningan mereka. Dio meliriknya sekilas, membuat Tara akhirnya mengangkat telepon.

“Tar, gue di depan, bukain pintu.” Suara itu lebih dulu terdengar.

Raka sudah duduk di kursi teras sembari memainkan ponselnya saat Tara menghampirinya. Perempuan itu duduk di kursi di sebelah Raka yang terhalang meja bundar, lalu menyimpan paperbag tadi pagi di atas meja bersamaan tatapannya tertuju pada sekotak donat yang sudah mengisi meja lebih dulu. “Lo mau ngapel?”

Sebenarnya,  Raka tidak berniat membelikan donat untuk Tara, tapi perkataan Tian pagi tadi tidak salah juga. “Gue tahu, semenjak putus lo biasa nyemilin batu apung, makanya gue bawain donat biar lo gak bosan.”

“Sembarangan lo!” Tara memukul bahu lelaki usil itu dengan kencang.

Raka meringis karena pukulan itu bukan main sakitnya. “Tuh, kan! Udah gabungnya sama Karina, ditambah gara-gara nyemilin batu apung, makanya tenaga lo jadi badak gini. Bar-bar!”

“Gue gak bar-bar!”

“Udah, makan aja, sana. Mulut lo gatel banget itu gak tahan kangen makan donat dari gue,” candanya dengan alis yang dinaik-turunkan.

Tara menatap lelaki itu dengan serius. “Tapi lo gak perlu bawain donat kalau mau ke sini.”

“Gue pengin bawa.”

“Seharusnya gak perlu.”

“Gak pa-pa, Tar.”

Mendapati jawaban Raka yang kelewat santai membuat Tara mendengkus. Apa saat mereka pacaran dulu, Raka juga melakukan hal yang sama pada perempuan lain tanpa sepengetahuannya?

“Gue gak enak sama pacar lo.”

“Kaila gak mempermasalahkan kok.”

Helaan napas kasar keluar darinya. “Kedunguan lo jangan dibiarin menjalar sampai pankreas, dong. Gak ada cewek yang gak mempermasalakan pacarnya malam-malam antar makanan buat cewek lain. Terlebih lagi, gue mantan lo.”

[].

Related chapters

  • Gagal Move On!    BAB 3 : Gagal Move On

    Berharap perkataannya dapat menyadarkan Raka, ternyata Tara salah besar. Justru karena hal itu, Tara terseret ke sebuah mall dengan Raka. Emosinya sudah sampai ubun-ubun saat lelaki itu dengan seringai jahilnya menatap Tara. “Kata siapa gue suka rela ngasih lo donat? Temenin gue beli hadiah.”Tara menolak. “Minta temenin aja sama pacar lo!”Dan ketika Raka menjawab, “Kan kadonya buat pacar gue. Lo bantu cariin.”Ia berusaha meredam amarahnya. Si bodoh ini benar-benar keterlaluan! Apa tidak bisa sedikit saja memikirkan perasaannya? Mereka bahkan baru putus beberapa bulan lalu.Tapi apa boleh buat, ia tidak mau merasa memeras Raka, setelah izin pada Dio dan menyerahkan kotak donat itu pada adiknya, Tara akhirnya mengekori ke mana pun langkah Raka pergi. Terhitung sudah sudah satu jam lebih, beberapa toko telah mereka sambangi, namun tak ada satu pun barang yang menarik perhatian lelaki itu. Atau, memang Raka tidak berniat membeli hadiah yang dia maksud.Langkah panjang lelaki itu mening

    Last Updated : 2023-02-17
  • Gagal Move On!    BAB 4 : Satu Kelas

    Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru adalah hal yang dinanti para siswa Adipura. Mereka akan bertemu dedek-dedek gemes baru puber yang masih berseragam sekolah asal karena masih dalam masa orientasi, lengkap dengan atribut yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dan pengurus OSIS. Termasuk Karina, teman sejoli Tara itu memaksanya ikut berdesak-desakan di kantin agar bisa melihat dedek gemes jogan, alias jomlo ganteng.Keduanya beruntung sudah mendapat tempat duduk di tengah ramainya kantin. Tara sangat khusyuk menikmati mie goreng pedas dan segelas es teh manisnya, berbanding terbalik dengan Karina yang justru tak melirik nasi gorengnya sama sekali sejak mang Ujang mengantarnya ke meja mereka. Perempuan berkucir kuda itu sibuk menyapukan pandangan ke seisi kantin. “Arah pukul dua, Tar,” bisiknya.Sontak saja Tara mengikuti intruksi Karina, yang sialnya di arah pukul dua itu juga ada Raka dan Kaila yang sedang tertawa di tengah ramainya kantin.“Cakep banget, ya? Tapi kayaknya

    Last Updated : 2023-02-17
  • Gagal Move On!    BAB 5 : Salah Kirim

    “Ka, Tara kok gak pernah main ke sini lagi?” tanya Kiera iseng. Sehabis menidurkan Arlan, ia dan Raka duduk di depan TV sembari menunggu Bian pulang.“Males. Tara kalau diajak ke sini kebawelannya setara sama mami,” sahutnya yang masih fokus pada ponsel.“Cewek kalau nggak bawel pasti lagi sariawan!”“Teori darimanaaa mamiku sayang? Kaila kalem-kalem aja, tuh.”Kiera mendengkus pelan. “Pacar baru kamu nggak asyik. Nggak bisa diajak ngobrol. Takut mami sleding kali, ya, ginjalnya.”Raka terbahak. “Nggak gitu juga. Kaila masih malu-malu, Mi. Lagian baru sekali kan Raka ajak dia ke rumah.”Atensi Kiera beralih sepenuhnya dari majalah di tangannya pada anak sulungnya. “Tapi mami beneran mau Tara main lagi, Ka. Udah lama nggak bikin kue bareng.”“Taranya sibuk. Raka lihat dia makin aktif ikut olimpiade gitu, bolak-balik ruang guru. Kayaknya yang sekarang ikutan matematika, deh,” jelasnya.Siang tadi, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Tara dengan bu Nia—guru matematika mereka di ruang

    Last Updated : 2023-02-21
  • Gagal Move On!    BAB 6 : Seribu Alasan

    Hari kamis adalah hari yang paling menyebalkan bagi seluruh penghuni kelas XI IPS 1, di mana setelah istirahat kedua ada jadwal matematika dilanjut olahraga pada jam terakhir. Selain panas matahari yang menyengat, gurunya pun sangat tidak santai.Entah Tara harus bersyukur atau tidak, ia izin tidak mengikuti jadwal tes basket hari ini karena perutnya yang mendadak melilit. Ia berjalan menuju UKS sendirian meskipun Karina sudah menawarkan diri untuk mengantarnya. Tara membuka pintu UKS yang tidak tertutup rapat sembari memegang perutnya. Tempat biasa penjaga UKS—mbak Indah duduk kali ini kosong.“Sakit, Tar?” Ini kali pertama Raka menyapanya kembali setelah sepulang mereka dari mall hari itu dan Tara memarahinya. Lelaki itu berbaring di salah satu brangkar.“Iya,” jawabnya sembari duduk di atas brangkar yang bersebelahan dengan Raka.“Maag lo kambuh lagi, ya?”Tara mengangguk. “Lo sendiri ngapain di sini? Bolos?”Raka membuka lemari obat yang ada di sebelahnya, lalu menyerahkan satu ta

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 7 : Dinner

    Papa : Dek, kata Dio kamu sakit. Udah enakan?Sudah hampir satu bulan sejak ibunya bertanya kepergiannya ke Makassar, sang ayah tidak bertukar kabar dengan Tara.Tara Givanka : Udah, Pa.Papa : Jaga kesehatan, Dek, ibu kan kerja.Tara Givanka : Iya, Pa.Papa : Papa tunggu libur semester nanti.Tara berdecak malas membaca pesan terakhir ayahnya, ia memilih tak membalasnya lagi dan memasukan ponselnya ke dalam tas, lalu menghampiri Eva dan Dio yang sudah menunggunya di meja makan.“Perutnya udah enakan, Dek?” tanya Eva yang menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.“Udah, kok.” Tara duduk di sebelah Dio yang tak mengangkat wajahnya dari piring.“Kira-kira pulang pukul berapa?”“Nggak tahu.” Tara meneguk susu putihnya sedikit, lalu menatap ibunya dengan tanya. “Kenapa?”“Oke, langsung pulang, ya.” Eva menjeda, beralih menatap Dio. “Dio juga libur dulu lesnya.”Dio menoleh. “Kenapa?”“Nanti malam om Arsen mau ngajak dinner sama keluarganya.”Sepasang kakak-beradik itu saling tatap, seolah menga

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 8 : Olimpiade

    Raka berjalan melewati kelas XI IPS 1 dengan sedikit melirik ke dalamnya. Harusnya setelah mata pelajaran penjaskes selesai ia menyusul teman-temannya ke kantin karena bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tapi Raka memilih mampir ke kelasnya lebih dulu untuk mengganti sepatunya. Di barisan kedua dekat jendela, Raka dapat melihat Karina sibuk dengan bukunya sendirian di tempatnya.“Woy!” Nando menepuk bahunya dari belakang. “Lihatin siapa, sih, lo? Pacar atau mantan?”“Sialan lo,” Raka menepis tangan Nando yang menggelayut di bahunya. “Kepo banget jadi orang.”Nando tertawa. “Ya elah, sensitif amat lo kayak cewek PMS.”“Sensitif?! Raka hamil?” tanya Tian dari belakang.“Itu positif, tulil.” Jaffar memukul punggung Tian dengan botol kosong di tangannya.“Kok lo ngurat, sih, Jap?!” seru Tian tak terima.“Makanya otak jangan taro di rumah!” seru Nando.“Gue kantongin!” sahut Tian sewot. “Emangnya elo, otak ditaro di roomchat gebetan,” cibirnya.“Kayak yang tahu aja gebetan g

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 9 : Penghuni Hati Mantan

    TV menyala menayangkan acara kartun kesukaan Arlan tiap sore meskipun sang empunya sibuk menyusun lego ultraman ditemani Raka yang asyik memainkan ponselnya. Sesekali ia memerhatikan kedua perempuan berbeda generas yang mengisi dapur sejak sore tadi, setealh banyaknya obrolan yang mengalir panjang, sekarang mereka tengah mengobrol mengenai fashion remaja masa kini, sementara tangan keduanya sibuk mencetak adonan kue. “Mami juga masih pengin pakai fashion remaja saat ini, lucu-lucu gitu. Modelnya simpel tapi nggak norak. Jadi ingat masa muda dulu,” celoteh Kiera. Sebelum Tara menimpali, Raka sudah lebih dulu menyeletuk, “Bagus deh, Mi, ingat masa muda. Jadi sadar kan sekarang udah tua.” Sebuah lemparan gunting kecil mengenai Raka, membuat sang empunya mengerjap kaget. “Astagfirullah, kalau kena muka Raka ini bahaya loh, Mi. Bisa dilaporin ke kak Seto ini.” “Gak usah nyahut. Ini urusan cewek!" balas Kiera. Tara yang melihat perdebatan mereka hanya tertawa. Berada di sini memang se

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 10 : Keluarga Baru

    Pukul sembilan pagi tadi akad sudah dilaksanakan dengan lancar. Keluarga dari pihak Arsen masih bercengkrama di gazebo halaman belakang rumah sembari menunggu makan siang siap. Karena dari Eva sendiri hanya mengundang teman dekat dan keluarga inti yang sudah pulang sejak tadi.Tara menguap beberapa kali dan melirik jam di ponselnya. Kapan mereka balik?Berbanding terbalik dengan Kaila yang sangat bersemangat sejak kemarin, bahkan saat fitting kebaya saja Kaila memaksa ingin ikut memilih. Meskipun tidak mengerti, Kaila tetap menyimak obrolan para orang tua.“Bu, aku ke sana dulu ya, mau ikut siapin makan siang,” ucap Tara.“Nggak usah, biar bi Eti aja,” ujar Kaila.Eva yang melihat wajah lesu Tara pun mengangguk, “Nggak pa-pa. Jangan lama-lama. Gak enak sama keluarga besar.”Sebenarnya itu hanya alibi agar ia bisa keluar dari obrolan membosankan itu. Sejak tadi obrolan hanya seputar bisnis keluarga. Tara menghampiri bi Eti yang sibuk memindahkan mangkuk besar berisikan sayur yang masi

    Last Updated : 2023-03-10

Latest chapter

  • Gagal Move On!    Extra Chapter 2

    Raka Tasena : Tar :(Tara Givanka : Ya?Raka Tasena : Kangen sama lo.Tara Givanka : Gak usah lebay. Lo baru aja nganter gue pulang tiga hari lalu.Raka Tasena : Hhh.Tara Givanka : Ketawa?Raka Tasena : Menghela napas pasrah.[]Raka Tasena : Tar, Tar, masa tadi ada senior jurusan gue nanya sebenernya gue jomlo apa nggak.Tara Givanka : Hm, trs?Raka Tasena : Gue bilang jomlo, soalnya belom bisa ngajak balikan mantan gue.Tara Givanka : Azraka...Raka Tasena : Gue bener kan?[]Raka Tasena : Tar, i can't sleep :(Tara Givanka : Kenapa?Raka Tasena : Kepikiran sesuatu.Tara Givanka : Hal yang penting?Raka Tasena : Maybe.Raka Tasena : Gue cuma mikir random aja, sih.Tara Givanka : Di Melbourne udah tengah malam, Ka. Besok Lo harus masuk pagi.Raka Tasena : Mau video call.Tara Givanka : Boleh."Tar, i miss Indonesia.""Lagi ada yang nyebelin, ya?""Ya, gitu, deh. Males. Gue juga akhir-akhir ini begadang terus bikin maket. Udah kebiasaan gak tidur kali, ya?""Minum susu coba.""Mau pu

  • Gagal Move On!    Extra Chapter 1

    [Sambel Ijo]Raka Tasena : Mau ke nikahan Sesha sama siapa?Septi_an : Sama lo. AH Jaffar : ^2 Raka Tasena : Serius, nyet.Septi_an : Emang mau sama siapa sih lo? Kita nih jomlo, ya! Jelas kita datang kek teletubis berempat!Arnando Kusuma : Gue sama Karina. AH Jaffar : LAH?! SUKSES, BRO??Arnando Kusuma : Y.Septi_an : Oh, selama ini capernya sama Karina. AH Jaffar : LO TAU GAK SIH, NI BOCAH GEMES BGT SAMA KARINA YANG POLOS T_TSepti_an : Gue akui nyali lo oke juga, Ndo. Septi_an : KARINA BROW, PAWANGNYA TARA.Arnando Kusuma : Gue nggak cupu kayak sebelah. Septi_an : Buka jasa free tag @Raka Tasena Raka Tasena : Gue mau ngajak Tara. AH Jaffar : HAHAHAHAHALU.Raka Tasena : Gue ketemu Tara. Septi_an : Afh iyh, fren? Raka Tasena : Gue serius.Arnando Kusuma : WAH.AH Jaffar : Jadi besok gue sama Tian jadi pasangan homo dulu? Septi_an : NAJIS.Septi_an : Frustasi boleh ya ditinggal Sesh

  • Gagal Move On!    Epilog : Taraka's Bakery

    Desember akhir memang selalu disuguhkan hujan yang membuat siapapun yang beraktivitas di luar ruang ingin cepat-cepat pulang. Duduk menghadap jendela ditemani mie rebus lengkap dengan telur di atasnya dan secangkir teh hangat. Itu pun yang ada di pikiran Tara.Baru pukul dua siang, tapi Tara sangat enggan berlama-lama di luar rumah. Ia memasuki kedai roti dengan tergesa untuk menghindari derasnya hujan yang sudah membuat bajunya setengah basah. Suara lonceng berbunyi bertepatan dengan aroma adonan roti, kopi, dan moka menusuk penciumannya.“Selamat siang, selamat datang di Taraka’s Bakery!” seru seorang pelayan di kasir.Tara tersenyum simpul. Di sini hanya ada dua remaja berseragam SMA yang sedang menikmati cake di dekat jendela, dan satu wanita tua yang sedang berdiri di kasir. Ia berjalan ke arah rak donat yang berjajar dengan banyak varian rasa yang menggugah selera, seolah siap untuk dibawa pulang.Tempat ini sangat strategis dari segi mana pun sehingga pengunjungnya akan berdat

  • Gagal Move On!    BAB 34 : Hampa

    Nando duduk selonjoran di sisi lapangan bersama Tian dan Jaffar setelah latihan dibubarkan. Mereka ada pertandingan bulu tangkis dalam waktu dekat, maka di saat yang lainnya sibuk di dalam kelas, mereka justru di lapangan mengasah skill—setelah mendapat surat dispensasi dari guru piket—karena pertandingan sudah di depan mata.Raka baru saja kembali dari kantin dengan membawa beberapa botol air mineral dan camilan di kantung plastik. Ia ikut bergabung dengan teman-temannya menikmati angin sepoi-sepoi di bawah pohon cokelat.Sebulan telah berlalu. Di saat yang lainnya beraktivitas seperti biasanya, Raka justru lebih sering sendirian. Ia tidak lagi diam-diam melirik kelas sebelas IPS satu saat melewatinya, datang ke sana dengan dalih menyapa Kaila padahal ekor mata meilirik satu meja yang biasanya diisi oleh Tara. Terdengar brengsek memang. Namun, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk tahu keadaan Tara dulu.Beberapa kali Raka mencoba menghubungi Tara kembali namun hasilnya nihil. Akun Li

  • Gagal Move On!    BAB 33 : Kertas Biru Muda

    Pagi ini mereka sudah di bandara; Arsen, Eva, Kaila, Tara dan Dio. Setelah semalam makan malam bersama untuk terakhir kalinya, mereka menghabiskan malam yang panjang bersama di ruang TV dengan beberapa percakapan ringan. Tara akan merindukan hal itu.Eva menatap anak pertamanya dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak menduga sebelumnya kalau hari ini akan tiba dengan cepat. “Hati-hati ya, Dek. Kalau udah landing langsung kabarin kita.”“Iya, Bu.” Tara mengangguk menahan perasaan sesak.“Jaga diri ya, Tar. Kalau ada sesuatu jangan sungkan hubungi kami,” ucap Arsen seraya megusap kepala anak tirinya.“Makasih, Pa.” Ia beralih menatap Kaila yang sudah menangis. “Kai,”Kaila langsung memeluknya. “Harus sering-sering pulang. Jangan marah kalau nanti gue sering telepon, jangan simpan semuanya sendirian.”Tara balas memeluk. “Nggak akan. Gue pasti selalu ngabarin.”Kemudian, Tara beralih pada adiknya yang lebih banyak diam. Dio tidak bisa ikut ke Makasssar karena besok ada try out untuk kelas s

  • Gagal Move On!    BAB 32 : Menjadi Berteman

    Pagi ini Tara dan Kaila berangkat sekolah bersama. Mereka melambaikan tangan pada Dio yang menatap keduanya dengan malas. Semalam mereka menyelesaikan lego yang dibeli Dio, dua lawan satu. Jelas saja Dio kalah. Dan hukumannya Dio terpaksa harus berangkat sekolah dengan rambut berantakan yang sudah ditata oleh Kaila.Mereka tertawa melihat wajah masam Dio. “Lo kok bisa kepikiran ke sana, Kai?” tanya Tara.“Selama ini kan gue lihat rambutnya rapih terus, Tar. Good boy banget anaknya. Perlu gue modif biar kelihatan lebih laki,” kekeh Kaila.Tara pikir Dio akan menolak dan marah, namun, lelaki itu tetap menurut meskipun rautnya tidak bisa berbohon kalau ia tidak nyaman dengan itu.Mereka berpapasan dengan Kanaya yang juga akan masuk ke kelas. “Hai, Tar!” sapanya.“Hai, Nay,” balasnya.Kanaya beralih menatap Kaila. “Udah sembuh, Kai?” Kaila mengangguk.“Nanti makan siang bareng kayak biasa, ya?” ajak Kanaya.Tara mengangguk.“Gue b

  • Gagal Move On!    BAB 31 : Sambal Ijo

    [Sambel Ijo]AH Jaffar : Gaes.AH Jaffar : Udah berapa hari sepi? Napa sih? Jangan biarin gue bego sendirian dong!AH Jaffar : WOI BANGSAT.AH Jaffar : Yang r doang nikahnya sama mimper! [Read by 3]AH Jaffar : ANJJJJJJJ.AH Jaffar : Parah banget, sih, buset.AH Jaffar : BAIKAN NAPA SIH. KEK BOCAH AJA LO PADA DIEM-DIEMAN GINI.AH Jaffar : Kata Pak Haji, marahan lebih dari 3 hari dosa. Gue tau kalian pada banyak dosa, gak usah nambah lagi deh.AH Jaffar : Gue kangen Wi-Fi di rumah Raka, nih. AH Jaffar : Gasah geer ya lo, Ka. Gue nggak kangen yg punya rumah. Njs taw gak.AH Jaffar : Makan pecel ayam depan gang rumah gue yuk!AH Jaffar : BABI LOE SEMUWAH. [Read by 3]Raka menghela napas kasar, sudah seminggu grup mereka sepi. Hanya Jaffar yang tiap harinya berusaha meramaikan, yang tentu saja tidak digubris sama sekali oleh yang lain.Karena panggilan orang tua ke sekolah hari itu, Kiera pun menghukumnya dengan dalih mencemarkan nama baik keluarga. Padahal, kalau boleh ia jujur, Tian ya

  • Gagal Move On!    BAB 31 : Sambal Ijo

    [Sambel Ijo]AH Jaffar : Gaes.AH Jaffar : Udah berapa hari sepi? Napa sih? Jangan biarin gue bego sendirian dong!AH Jaffar : WOI BANGSAT. AH Jaffar : Yang r doang nikahnya sama mimper! [Read by 3]AH Jaffar : ANJJJJJJJ.AH Jaffar : Parah banget, sih, buset.AH Jaffar : BAIKAN NAPA SIH. KEK BOCAH AJA LO PADA DIEM-DIEMAN GINI.AH Jaffar : Kata Pak Haji, marahan lebih dari 3 hari dosa. Gue tau kalian pada banyak dosa, gak usah nambah lagi deh.AH Jaffar : Gue kangen Wi-Fi di rumah Raka, nih. AH Jaffar : Gasah geer ya lo, Ka. Gue nggak kangen yg punya rumah. Njs taw gak.AH Jaffar : Makan pecel ayam depan gang rumah gue yuk!AH Jaffar : BABI LOE SEMUWAH. [Read by 3]Raka menghela napas kasar, sudah seminggu grup mereka sepi. Hanya Jaffar yang tiap harinya berusaha meramaikan, yang tentu saja tidak digubris sama sekali oleh yang lain.Karena panggilan orang tua ke sekolah hari itu, Kiera pun menghukumnya dengan dalih mencemarkan nama

  • Gagal Move On!    BAB 30 : Saat Hati Mulai Menerima

    Dio menepati janjinya. Lelaki berseragam SMP itu duduk di halte Adipura sembari bermain ponsel tanpa memedulikan sekitar yang menatapnya heran. Sudah satu jam ia menunggu, katanya, Tara ada urusan dengan guru mengenai kepindahannya jadi akan sedikit terlambat. Dio mencoba bersabar meskipun ‘sedikit’ yang dibilang Tara justru sudah kelewatan.“Di!”Mendengar suara itu Dio sudah siap menyemburkan kekesalahannya. Namun, ia melihat keempat perempuan berseragam Adipura menghampirinya. Diantaranya ada Karina yang tersenyum paling lebar. Perempuan itu lebih dulu menepuk bahunya.“Hei, udah lama ya nggak ketemu. Kak Nana kangen, tahu! Terakhir ke rumah malah nggak ketemu,” seru Karina dengan senyum jahilnya.Dio menghela napas. “Sibuk.”Tara menyikut adiknya. “Ini temen gue, Tisha sama Kanaya.”Kanaya lebih dulu menyapa. “Hai, Di.”Dio hanya mengangguk singkat.“Bener ya kata Karina, Dio anaknya cool,” ujar Tisha.Karina terkekeh. “Jangan direbut, ya, berondong gue, nih.” Tangannya merangkul

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status