Home / Young Adult / Gagal Move On! / BAB 5 : Salah Kirim

Share

BAB 5 : Salah Kirim

Author: donatlumer
last update Last Updated: 2023-02-21 22:35:17

“Ka, Tara kok gak pernah main ke sini lagi?” tanya Kiera iseng. Sehabis menidurkan Arlan, ia dan Raka duduk di depan TV sembari menunggu Bian pulang.

“Males. Tara kalau diajak ke sini kebawelannya setara sama mami,” sahutnya yang masih fokus pada ponsel.

“Cewek kalau nggak bawel pasti lagi sariawan!”

“Teori darimanaaa mamiku sayang? Kaila kalem-kalem aja, tuh.”

Kiera mendengkus pelan. “Pacar baru kamu nggak asyik. Nggak bisa diajak ngobrol. Takut mami sleding kali, ya, ginjalnya.”

Raka terbahak. “Nggak gitu juga. Kaila masih malu-malu, Mi. Lagian baru sekali kan Raka ajak dia ke rumah.”

Atensi Kiera beralih sepenuhnya dari majalah di tangannya pada anak sulungnya. “Tapi mami beneran mau Tara main lagi, Ka. Udah lama nggak bikin kue bareng.”

“Taranya sibuk. Raka lihat dia makin aktif ikut olimpiade gitu, bolak-balik ruang guru. Kayaknya yang sekarang ikutan matematika, deh,” jelasnya.

Siang tadi, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Tara dengan bu Nia—guru matematika mereka di ruang guru saat menyimpan tumpukan buku tugas sosiologi di meja bu Desi yang kebetulan letaknya bersebelahan. Perempuan itu tampak fokus mencatatan soal-soal pembahasan yang bu Nia sebutkan di notes kecil yang sering ia bawa di tasnya. Notes yang dulu sering membuat mereka bertengkar karena Raka yang kelewat kepo ingin tahu isinya. Mungkin takut Raka mengambil jawaban soal-soalnya.

“Bagus! Tara makin pinter, nggak kayak kamu, pemalasan!”

“Lho, kok jadi Raka, sih, Mi?” Raka menatap ibunya tak terima.

“Kamu makin tambah umur makin malas belajar. Boro-boro peringkat satu, masuk sepuluh besar aja nggak! Bikin malu Winata!” serunya.

Sebagai cucu pemilik sekolah, yang mana keluarganya memiliki bibit unggul, Raka merasa dirinya memang terbelakang mengenai prestasi. Ia lebih suka olahraga dan mengatur srategi menyerang lawan di lapangan daripada membaca tumpukan buku pelajaran atau menghitung rumus matematika. Tapi siapa yang peduli? Tiap anak punya kemampuan masing-masing dan itu tidak masalah. Kakeknya selalu bilang, “Nggak apa-apa nggak dapat juara di kelas, asal jangan sampai nggak naik kelas.” Jadi, ia bisa santai-santai saja.

Tapi yang namanya ibu, pasti tidak akan membiarkan anaknya menjadi bodoh selamanya. Saat Raka masih berpacaran dengan Tara dulu, perempuan itu bukan hanya jadi patner membuat kue di rumah ini tapi juga guru lesnya secara cuma-cuma. Beruntunglah Tara sudah terbebas darinya.

“Mami merasa kehilangan Tara karena nggak ada temen bikin kue atau karena malu lihat nilai Raka, nih?”

“Dua-duanya! Kamu semenjak putus sama Tara jadi malas belajar,” gerutunya.

Gimana gue bisa santai-santai aja kalau Tara jadi sekretaris di kelas yang kerjaannya bantuin guru masukin nilai? Belum lagi dia jadi mata-mata mami.

Beruntunglah mereka sudah putus.

“Kamu mau mami daftarin les?” tawar Kiera.

Kontan saja Raka menggeleng. “Makasih atas perhatiannya, Mi, mending uangnya kita kasih ke yang lebih membutuhkan,” tolaknya.

Kiera memukul lengan anaknya menggunakan majalah di tangannya. “Kamu juga butuh ilmu!”

Raka menghindari serangan Kiera. “Iya, Mi, iya, nanti Raka belajar. Ampun.”

“Mami serius, lho, ya! Kamu harus bawa Tara secepatnya!”

“Kalau nggak?”                                  

“Mami marah sama kamu.”

[]

Tara fokus pada bukunya, berusaha memecahkan soal induksi matematika yang diberikan Bu Nia minggu lalu. Sudah dua jam Tara duduk di kursi itu dan ia baru mengerjakan dua puluh lima dari empat puluh soal. Berkali-kali ia mencoba fokus namun notifikasi dari Twitter membuat Tara melirik ponselnya. 

Udah lama gak buka Twitter, pikirnya.

Ternyata Kaila mulai mengikutinya. Karena penasaran Tara membuka profil milik @Kai_lala, tweet terakhirnya masih dua puluh menit yang lalu, sebuah quotes yang diakhiri mention ke Twitter milik @AzrakaTasena, yang dibalas; “Iya, Sayang”.

Tara menghela napas, ia menyentuh ikon  followback. Lalu kembali ke linimasa, membaca tweet teman-temannya—termasuk Raka yang kerap kali saling berbalas mention dengan Kaila. Mereka tak segan mengumbar kemesraan hingga teman-teman Raka pun ikut berkomentar. Ia beralih pada notifikasi dan membalas beberapa mention yang masuk.

“Dek,” Eva tiba-tiba membuka pintu kamar Tara, lalu masuk dengan membawa paperbag Richeese kemudian menyimpannya di sebelah tumpukan bukunya di atas meja belajar. “Nih, om Arsen bawain Richeese, cepat makan jangan sampai telat.”

Tara hanya menoleh sekilas, kemudian kembali memainkan ponselnya. “Makasih buat om Arsen.”

“Iya.” Eva mengelus puncak kepala Tara sebelum keluar dari kamar.

Tara hanya melirik plastik tadi lalu kembali mengerjakan soal.

Ponselnya lagi-lagi menyala, membuat Tara mengerangkan kesal. Susah sekali untuk konsisten pada tugasnya. Pop up chat muncul dari layar, Raka penyebabnya.

Raka : Jgn telat makan.

Tara menaikan sebelah alisnya. Sebelum ia membalas, Raka sudah mengirimkan pesan lagi.

Raka : Salkir, sori.

Tara memutar matanya malas.

Tara : Iy.

Raka : Tapi kalo lo emg blm makan, cpet makan, gue liat d TV obat lambung jadi mahal.

Tara : Sip.

Raka : Mana makasihnya?

Tara : ?

Raka : Krna gue udh ngingetin lo makan.

Tara : Trims.

Raka : Better, drpd tq.

Tara : Receh lo.

Raka : Makasih:))

Kemudian Tara membuka papperbag makanan tadi dan mulai memakannya. Bukan karena ia menuruti perintah Raka, namun ia baru ingat kalau punya penyakit lambung. Iya, terima kasih juga pada Raka yang mengingatkannya mengenai harga obat lambung. Ia mulai menggigit fire wings-nya dan menyuapi nasinya bergantian sembari bertukar pesan dengan Karina lewat W******p.

Karina : Lo se-followan sma Kaila?

Karina : Muncul di beranda.

Tara : Dia follow duluan.

Karina : Sengaja itu, biar lo liat tweet dia buat Raka tiap hari.

Tara : Gpdl.

Karina : Mute aja, Tar tweet-nya.

Tara : G perlu.

Karina : Ksel gue ama tu cewe lama².

Tara : Nnti jga putus.

Karina : Nah bner, yg pamer mh beda, WKWK.

Tara : Ghibah mulu lo.

Karina : Kepancing, Bu.

Tara menggeleng pelan. Dari awal Karina memang mendukung sepenuhnya ia move on dari lelaki itu. Karina seperti alergi pada Raka sejak mereka putus. Terlebih saat Tara memberitahu bahwa Raka sudah punya pacar baru si anak sebelah. Perempuan itu bahkan tak sungkan menatap sinis jika mereka bertemu. Katanya, “Gue bakal ada di paling depan saat dia deketin lo lagi.” Padahal, Tara juga belum tentu mau-mau saja didekati kembali oleh lelaki itu.

“Lo tuh kadang lemah masalah beginian, Tar. Kayak... terlalu gak enakan. Selalu berpositif thinking. Padahal judesin aja lagi orang macem dia! Udah gak punya urusan ngapain coba minta anter beliin kado buat pacarnya? Gak punya malu dia!” serunya saat Tara bercerita mengenai minggu lalu sebelum mereka masuk sekolah. 

“Selemah itu gue? Itu kan karena dia maksa, Na, pas ke rumah mbak Sarah, sekalian katanya. Dari pada gue gak dianter balik,” kilahnya.

“Atau jangan-jangan lo masih suka sama dia?” Karina memicingkan matanya curiga.

“Gila kali lo, ya!” Tara memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Tentu saja tidak mungkin.

Notifikasi Twitter dapat Tara lihat dari notifikasi bar, ada DM masuk dari Kaila.

@Kai_lala : Thank u, Tar.

Ia memilih tidak membalas. Mulai merapikan sampah makanannya dan membuangnya ke dapur. Ia melihat Dio yang duduk di meja makan sembari memainkan gelas yang airnya sisa setengah.

“Belum tidur?” tanya-nya.

Dio menoleh sekilas. “Lo lihat gak mata gue merem?”

Mendapat jawaban sarkastik itu membuat Tara menoyor pelipis adiknya. “Sopan lo begitu?”

“Iya, Adek,” sahutnya menyebalkan.

Tara memilih tak meyahut, setelah mencuci tangannya ia bersiap kembali ke kamar untuk merapikan bukunya.

“Tar?” panggil Dio.

“Apa? Butuh lo sama gue?” tanya-nya.

Terdengar dengkusan kasar dari lelaki itu. “Soal kepindahan gue ke Makassar, gue serius nggak mau,” katanya. “Gue juga nggak nyuruh lo gantiin gue. Kita nggak harus hidup terpisah dan nurutin kemauan papa kan? Selama ini juga dia fine-fine aja nggak ketemu kita bertahun-tahun.”

Tara menghela napas kasar. Dio benar. Selama ini yang berjuang bersama mereka hanya ibu. Kiriman uang dari sang ayah memang lebih dari cukup untuk mereka, namun, tentu tidak dengan seluruh kebutuhan rumah. Di telepon yang ayahnya tanyakan hanya seputar ‘gimana sekolah?’ atau ‘apa yang membuat kalian semangat belajar akan papa bantu’. Ia tahu Dio sangat tak acuh pada sang ayah, lebih memilih diam dan menyimak, lalu menurut jika diberi perintah.

“Kenapa lo nggak mau pindah ke Makassar?” pada akhirnya Tara menanyakan hal itu.

“Kenapa harus pindah?”

Perempuan itu memilih duduk di seberang Dio dengan kernyitan jelas di dahinya. “Lo nggak mau tinggal sama papa?”

“Buat apa susah-susah tinggal sama orang yang bahkan nggak kita kenal dan harus beradaptasi di lingkungan yang jauh berbeda dari tempat kita saat ini?”

[].

Related chapters

  • Gagal Move On!    BAB 6 : Seribu Alasan

    Hari kamis adalah hari yang paling menyebalkan bagi seluruh penghuni kelas XI IPS 1, di mana setelah istirahat kedua ada jadwal matematika dilanjut olahraga pada jam terakhir. Selain panas matahari yang menyengat, gurunya pun sangat tidak santai.Entah Tara harus bersyukur atau tidak, ia izin tidak mengikuti jadwal tes basket hari ini karena perutnya yang mendadak melilit. Ia berjalan menuju UKS sendirian meskipun Karina sudah menawarkan diri untuk mengantarnya. Tara membuka pintu UKS yang tidak tertutup rapat sembari memegang perutnya. Tempat biasa penjaga UKS—mbak Indah duduk kali ini kosong.“Sakit, Tar?” Ini kali pertama Raka menyapanya kembali setelah sepulang mereka dari mall hari itu dan Tara memarahinya. Lelaki itu berbaring di salah satu brangkar.“Iya,” jawabnya sembari duduk di atas brangkar yang bersebelahan dengan Raka.“Maag lo kambuh lagi, ya?”Tara mengangguk. “Lo sendiri ngapain di sini? Bolos?”Raka membuka lemari obat yang ada di sebelahnya, lalu menyerahkan satu ta

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 7 : Dinner

    Papa : Dek, kata Dio kamu sakit. Udah enakan?Sudah hampir satu bulan sejak ibunya bertanya kepergiannya ke Makassar, sang ayah tidak bertukar kabar dengan Tara.Tara Givanka : Udah, Pa.Papa : Jaga kesehatan, Dek, ibu kan kerja.Tara Givanka : Iya, Pa.Papa : Papa tunggu libur semester nanti.Tara berdecak malas membaca pesan terakhir ayahnya, ia memilih tak membalasnya lagi dan memasukan ponselnya ke dalam tas, lalu menghampiri Eva dan Dio yang sudah menunggunya di meja makan.“Perutnya udah enakan, Dek?” tanya Eva yang menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.“Udah, kok.” Tara duduk di sebelah Dio yang tak mengangkat wajahnya dari piring.“Kira-kira pulang pukul berapa?”“Nggak tahu.” Tara meneguk susu putihnya sedikit, lalu menatap ibunya dengan tanya. “Kenapa?”“Oke, langsung pulang, ya.” Eva menjeda, beralih menatap Dio. “Dio juga libur dulu lesnya.”Dio menoleh. “Kenapa?”“Nanti malam om Arsen mau ngajak dinner sama keluarganya.”Sepasang kakak-beradik itu saling tatap, seolah menga

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 8 : Olimpiade

    Raka berjalan melewati kelas XI IPS 1 dengan sedikit melirik ke dalamnya. Harusnya setelah mata pelajaran penjaskes selesai ia menyusul teman-temannya ke kantin karena bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tapi Raka memilih mampir ke kelasnya lebih dulu untuk mengganti sepatunya. Di barisan kedua dekat jendela, Raka dapat melihat Karina sibuk dengan bukunya sendirian di tempatnya.“Woy!” Nando menepuk bahunya dari belakang. “Lihatin siapa, sih, lo? Pacar atau mantan?”“Sialan lo,” Raka menepis tangan Nando yang menggelayut di bahunya. “Kepo banget jadi orang.”Nando tertawa. “Ya elah, sensitif amat lo kayak cewek PMS.”“Sensitif?! Raka hamil?” tanya Tian dari belakang.“Itu positif, tulil.” Jaffar memukul punggung Tian dengan botol kosong di tangannya.“Kok lo ngurat, sih, Jap?!” seru Tian tak terima.“Makanya otak jangan taro di rumah!” seru Nando.“Gue kantongin!” sahut Tian sewot. “Emangnya elo, otak ditaro di roomchat gebetan,” cibirnya.“Kayak yang tahu aja gebetan g

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 9 : Penghuni Hati Mantan

    TV menyala menayangkan acara kartun kesukaan Arlan tiap sore meskipun sang empunya sibuk menyusun lego ultraman ditemani Raka yang asyik memainkan ponselnya. Sesekali ia memerhatikan kedua perempuan berbeda generas yang mengisi dapur sejak sore tadi, setealh banyaknya obrolan yang mengalir panjang, sekarang mereka tengah mengobrol mengenai fashion remaja masa kini, sementara tangan keduanya sibuk mencetak adonan kue. “Mami juga masih pengin pakai fashion remaja saat ini, lucu-lucu gitu. Modelnya simpel tapi nggak norak. Jadi ingat masa muda dulu,” celoteh Kiera. Sebelum Tara menimpali, Raka sudah lebih dulu menyeletuk, “Bagus deh, Mi, ingat masa muda. Jadi sadar kan sekarang udah tua.” Sebuah lemparan gunting kecil mengenai Raka, membuat sang empunya mengerjap kaget. “Astagfirullah, kalau kena muka Raka ini bahaya loh, Mi. Bisa dilaporin ke kak Seto ini.” “Gak usah nyahut. Ini urusan cewek!" balas Kiera. Tara yang melihat perdebatan mereka hanya tertawa. Berada di sini memang se

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 10 : Keluarga Baru

    Pukul sembilan pagi tadi akad sudah dilaksanakan dengan lancar. Keluarga dari pihak Arsen masih bercengkrama di gazebo halaman belakang rumah sembari menunggu makan siang siap. Karena dari Eva sendiri hanya mengundang teman dekat dan keluarga inti yang sudah pulang sejak tadi.Tara menguap beberapa kali dan melirik jam di ponselnya. Kapan mereka balik?Berbanding terbalik dengan Kaila yang sangat bersemangat sejak kemarin, bahkan saat fitting kebaya saja Kaila memaksa ingin ikut memilih. Meskipun tidak mengerti, Kaila tetap menyimak obrolan para orang tua.“Bu, aku ke sana dulu ya, mau ikut siapin makan siang,” ucap Tara.“Nggak usah, biar bi Eti aja,” ujar Kaila.Eva yang melihat wajah lesu Tara pun mengangguk, “Nggak pa-pa. Jangan lama-lama. Gak enak sama keluarga besar.”Sebenarnya itu hanya alibi agar ia bisa keluar dari obrolan membosankan itu. Sejak tadi obrolan hanya seputar bisnis keluarga. Tara menghampiri bi Eti yang sibuk memindahkan mangkuk besar berisikan sayur yang masi

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 11 : Its Okay To Be Not Okay

    Bel pulang telah berbunyi seantero sekolah setengah jam yang lalu. Tara duduk di bangku di sisi lapangan menemani Karina yang hari ini ada jadwal ekskul taekwondo. Perempuan itu bergabung dengan teman-temannya yang lain di tengah lapangan untuk pemanasan, sementara Tara sibuk dengan ponselnya mendownload film untuk menemaninya dua hari ke depan selama weekend.Seperti biasa, Dio selalu ada jadwal bimbingan tiap sore membuat Tara mau tak mau harus menyesuaikan jadwal adiknya yang pulang lebih sore. Dulu, ia akan dengan senang hati pulang lebih dulu dan mengurung diri di kamar, namun, saat ini Tara belum terbiasa berada di ruang yang sama dengan Kaila. Hanya berdua.Dio : Balik duluan gak? Tara Givanka : Gak.Dio : Oke.Tara Givanka : Sip.“Besok jalan, yuk, Tar,” ajak Karina yang mengambil botol minum di sebelah tasnya di dekat Tara.Tara tak menanggapi.“Ayolah, gak tiap minggu kita jalan, ‘kan?”“Pergi ke Gramedia, berjam-jam di sana keliling nyari buku yang udah pasti gak bak

    Last Updated : 2023-03-10
  • Gagal Move On!    BAB 12 : Untuk Yang Terakhir

    Setelah Sabtu malam dihabiskan dengan berjam-jam di gramedia, dilanjut window shopping, dan mangkir di Richeese sampai pukul sembilan, minggunya Tara habiskan dengan menonton film di laptop seharian penuh. Ia hanya keluar kamar saat makan dan mengambil camilan di dapur. Berusaha minim kontak dengan siapapun untuk menjaga mood-nya sampai besok.Dan akhirnya kembali lagi ke rutinitas semula, siap-siap untuk senin pagi. Ia menyisir rambutnya asal, meraih tasnya lalu segera keluar kamar dan ikut sarapan lantai bawah. Bertepatan dengan Dio yang baru keluar dari kamarnya. Mereka sempat bersitatap sebelum Tara membuang pandang lebih dulu.“Jadi, pacar Kak Raka yang baru itu saudara tiri lo?” ujar Dio tanpa tedeng aling.“For you information, dia juga saudara tiri lo.”Tak mengindahkan tatapan datar kakaknya, Dio menuruni tangga lebih dulu. Di meja makan sudah ada Arsen, Eva dan Kaila yang menunggu.“Pagi, Dio,” sapa Kaila menunjukkan giginya. Yang dibalas dengan senyum tipis oleh empunya.“T

    Last Updated : 2023-03-12
  • Gagal Move On!    BAB 13 : Start

    Pagi ini hujan kembali mengguyur kota Bogor seperti beberapa hari terakhir. Sialnya, hari ini Tara lupa membawa payung, membuat tasnya dijadikan pelindung di atas kepala. Ia menepuk-nepuk seragamnya yang sedikit basah ketika sampai di Koridor IPS.Sebuah hoodie mendarat di punggungnya. “Daleman lo keliatan,” kata si pemilik hoodie.Tara menajamkan tatapannya. Ia tahu pemilik suara ini, khas guyonan. “Apa?” tanyanya menyadari tatapan Tara yang tidak enak. “Gue cuma gak mau orang lain yang lihat hal di balik seragam lo itu langsung horny.”“Mereka nggak serendah itu cuma karena lihat punggung gue. Kecuali lo, Septian!” balas Tara seraya memakaikan hoodie tadi. Beruntungnya koridor sudah sepi, mungkin karena hujan, mereka lebih memilih tinggal di kelas daripada berada koridor yang dingin.“Parah sih, masa gue,” katanya sembari tawanya.“Woi, Septi! Gue cariin tahunya malah di sini,” ujar Nando dan yang lainnya dari arah tangga.Jaffar mengelus dagunya seraya memerhatikan Tara. “K

    Last Updated : 2023-03-12

Latest chapter

  • Gagal Move On!    Extra Chapter 2

    Raka Tasena : Tar :(Tara Givanka : Ya?Raka Tasena : Kangen sama lo.Tara Givanka : Gak usah lebay. Lo baru aja nganter gue pulang tiga hari lalu.Raka Tasena : Hhh.Tara Givanka : Ketawa?Raka Tasena : Menghela napas pasrah.[]Raka Tasena : Tar, Tar, masa tadi ada senior jurusan gue nanya sebenernya gue jomlo apa nggak.Tara Givanka : Hm, trs?Raka Tasena : Gue bilang jomlo, soalnya belom bisa ngajak balikan mantan gue.Tara Givanka : Azraka...Raka Tasena : Gue bener kan?[]Raka Tasena : Tar, i can't sleep :(Tara Givanka : Kenapa?Raka Tasena : Kepikiran sesuatu.Tara Givanka : Hal yang penting?Raka Tasena : Maybe.Raka Tasena : Gue cuma mikir random aja, sih.Tara Givanka : Di Melbourne udah tengah malam, Ka. Besok Lo harus masuk pagi.Raka Tasena : Mau video call.Tara Givanka : Boleh."Tar, i miss Indonesia.""Lagi ada yang nyebelin, ya?""Ya, gitu, deh. Males. Gue juga akhir-akhir ini begadang terus bikin maket. Udah kebiasaan gak tidur kali, ya?""Minum susu coba.""Mau pu

  • Gagal Move On!    Extra Chapter 1

    [Sambel Ijo]Raka Tasena : Mau ke nikahan Sesha sama siapa?Septi_an : Sama lo. AH Jaffar : ^2 Raka Tasena : Serius, nyet.Septi_an : Emang mau sama siapa sih lo? Kita nih jomlo, ya! Jelas kita datang kek teletubis berempat!Arnando Kusuma : Gue sama Karina. AH Jaffar : LAH?! SUKSES, BRO??Arnando Kusuma : Y.Septi_an : Oh, selama ini capernya sama Karina. AH Jaffar : LO TAU GAK SIH, NI BOCAH GEMES BGT SAMA KARINA YANG POLOS T_TSepti_an : Gue akui nyali lo oke juga, Ndo. Septi_an : KARINA BROW, PAWANGNYA TARA.Arnando Kusuma : Gue nggak cupu kayak sebelah. Septi_an : Buka jasa free tag @Raka Tasena Raka Tasena : Gue mau ngajak Tara. AH Jaffar : HAHAHAHAHALU.Raka Tasena : Gue ketemu Tara. Septi_an : Afh iyh, fren? Raka Tasena : Gue serius.Arnando Kusuma : WAH.AH Jaffar : Jadi besok gue sama Tian jadi pasangan homo dulu? Septi_an : NAJIS.Septi_an : Frustasi boleh ya ditinggal Sesh

  • Gagal Move On!    Epilog : Taraka's Bakery

    Desember akhir memang selalu disuguhkan hujan yang membuat siapapun yang beraktivitas di luar ruang ingin cepat-cepat pulang. Duduk menghadap jendela ditemani mie rebus lengkap dengan telur di atasnya dan secangkir teh hangat. Itu pun yang ada di pikiran Tara.Baru pukul dua siang, tapi Tara sangat enggan berlama-lama di luar rumah. Ia memasuki kedai roti dengan tergesa untuk menghindari derasnya hujan yang sudah membuat bajunya setengah basah. Suara lonceng berbunyi bertepatan dengan aroma adonan roti, kopi, dan moka menusuk penciumannya.“Selamat siang, selamat datang di Taraka’s Bakery!” seru seorang pelayan di kasir.Tara tersenyum simpul. Di sini hanya ada dua remaja berseragam SMA yang sedang menikmati cake di dekat jendela, dan satu wanita tua yang sedang berdiri di kasir. Ia berjalan ke arah rak donat yang berjajar dengan banyak varian rasa yang menggugah selera, seolah siap untuk dibawa pulang.Tempat ini sangat strategis dari segi mana pun sehingga pengunjungnya akan berdat

  • Gagal Move On!    BAB 34 : Hampa

    Nando duduk selonjoran di sisi lapangan bersama Tian dan Jaffar setelah latihan dibubarkan. Mereka ada pertandingan bulu tangkis dalam waktu dekat, maka di saat yang lainnya sibuk di dalam kelas, mereka justru di lapangan mengasah skill—setelah mendapat surat dispensasi dari guru piket—karena pertandingan sudah di depan mata.Raka baru saja kembali dari kantin dengan membawa beberapa botol air mineral dan camilan di kantung plastik. Ia ikut bergabung dengan teman-temannya menikmati angin sepoi-sepoi di bawah pohon cokelat.Sebulan telah berlalu. Di saat yang lainnya beraktivitas seperti biasanya, Raka justru lebih sering sendirian. Ia tidak lagi diam-diam melirik kelas sebelas IPS satu saat melewatinya, datang ke sana dengan dalih menyapa Kaila padahal ekor mata meilirik satu meja yang biasanya diisi oleh Tara. Terdengar brengsek memang. Namun, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk tahu keadaan Tara dulu.Beberapa kali Raka mencoba menghubungi Tara kembali namun hasilnya nihil. Akun Li

  • Gagal Move On!    BAB 33 : Kertas Biru Muda

    Pagi ini mereka sudah di bandara; Arsen, Eva, Kaila, Tara dan Dio. Setelah semalam makan malam bersama untuk terakhir kalinya, mereka menghabiskan malam yang panjang bersama di ruang TV dengan beberapa percakapan ringan. Tara akan merindukan hal itu.Eva menatap anak pertamanya dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak menduga sebelumnya kalau hari ini akan tiba dengan cepat. “Hati-hati ya, Dek. Kalau udah landing langsung kabarin kita.”“Iya, Bu.” Tara mengangguk menahan perasaan sesak.“Jaga diri ya, Tar. Kalau ada sesuatu jangan sungkan hubungi kami,” ucap Arsen seraya megusap kepala anak tirinya.“Makasih, Pa.” Ia beralih menatap Kaila yang sudah menangis. “Kai,”Kaila langsung memeluknya. “Harus sering-sering pulang. Jangan marah kalau nanti gue sering telepon, jangan simpan semuanya sendirian.”Tara balas memeluk. “Nggak akan. Gue pasti selalu ngabarin.”Kemudian, Tara beralih pada adiknya yang lebih banyak diam. Dio tidak bisa ikut ke Makasssar karena besok ada try out untuk kelas s

  • Gagal Move On!    BAB 32 : Menjadi Berteman

    Pagi ini Tara dan Kaila berangkat sekolah bersama. Mereka melambaikan tangan pada Dio yang menatap keduanya dengan malas. Semalam mereka menyelesaikan lego yang dibeli Dio, dua lawan satu. Jelas saja Dio kalah. Dan hukumannya Dio terpaksa harus berangkat sekolah dengan rambut berantakan yang sudah ditata oleh Kaila.Mereka tertawa melihat wajah masam Dio. “Lo kok bisa kepikiran ke sana, Kai?” tanya Tara.“Selama ini kan gue lihat rambutnya rapih terus, Tar. Good boy banget anaknya. Perlu gue modif biar kelihatan lebih laki,” kekeh Kaila.Tara pikir Dio akan menolak dan marah, namun, lelaki itu tetap menurut meskipun rautnya tidak bisa berbohon kalau ia tidak nyaman dengan itu.Mereka berpapasan dengan Kanaya yang juga akan masuk ke kelas. “Hai, Tar!” sapanya.“Hai, Nay,” balasnya.Kanaya beralih menatap Kaila. “Udah sembuh, Kai?” Kaila mengangguk.“Nanti makan siang bareng kayak biasa, ya?” ajak Kanaya.Tara mengangguk.“Gue b

  • Gagal Move On!    BAB 31 : Sambal Ijo

    [Sambel Ijo]AH Jaffar : Gaes.AH Jaffar : Udah berapa hari sepi? Napa sih? Jangan biarin gue bego sendirian dong!AH Jaffar : WOI BANGSAT.AH Jaffar : Yang r doang nikahnya sama mimper! [Read by 3]AH Jaffar : ANJJJJJJJ.AH Jaffar : Parah banget, sih, buset.AH Jaffar : BAIKAN NAPA SIH. KEK BOCAH AJA LO PADA DIEM-DIEMAN GINI.AH Jaffar : Kata Pak Haji, marahan lebih dari 3 hari dosa. Gue tau kalian pada banyak dosa, gak usah nambah lagi deh.AH Jaffar : Gue kangen Wi-Fi di rumah Raka, nih. AH Jaffar : Gasah geer ya lo, Ka. Gue nggak kangen yg punya rumah. Njs taw gak.AH Jaffar : Makan pecel ayam depan gang rumah gue yuk!AH Jaffar : BABI LOE SEMUWAH. [Read by 3]Raka menghela napas kasar, sudah seminggu grup mereka sepi. Hanya Jaffar yang tiap harinya berusaha meramaikan, yang tentu saja tidak digubris sama sekali oleh yang lain.Karena panggilan orang tua ke sekolah hari itu, Kiera pun menghukumnya dengan dalih mencemarkan nama baik keluarga. Padahal, kalau boleh ia jujur, Tian ya

  • Gagal Move On!    BAB 31 : Sambal Ijo

    [Sambel Ijo]AH Jaffar : Gaes.AH Jaffar : Udah berapa hari sepi? Napa sih? Jangan biarin gue bego sendirian dong!AH Jaffar : WOI BANGSAT. AH Jaffar : Yang r doang nikahnya sama mimper! [Read by 3]AH Jaffar : ANJJJJJJJ.AH Jaffar : Parah banget, sih, buset.AH Jaffar : BAIKAN NAPA SIH. KEK BOCAH AJA LO PADA DIEM-DIEMAN GINI.AH Jaffar : Kata Pak Haji, marahan lebih dari 3 hari dosa. Gue tau kalian pada banyak dosa, gak usah nambah lagi deh.AH Jaffar : Gue kangen Wi-Fi di rumah Raka, nih. AH Jaffar : Gasah geer ya lo, Ka. Gue nggak kangen yg punya rumah. Njs taw gak.AH Jaffar : Makan pecel ayam depan gang rumah gue yuk!AH Jaffar : BABI LOE SEMUWAH. [Read by 3]Raka menghela napas kasar, sudah seminggu grup mereka sepi. Hanya Jaffar yang tiap harinya berusaha meramaikan, yang tentu saja tidak digubris sama sekali oleh yang lain.Karena panggilan orang tua ke sekolah hari itu, Kiera pun menghukumnya dengan dalih mencemarkan nama

  • Gagal Move On!    BAB 30 : Saat Hati Mulai Menerima

    Dio menepati janjinya. Lelaki berseragam SMP itu duduk di halte Adipura sembari bermain ponsel tanpa memedulikan sekitar yang menatapnya heran. Sudah satu jam ia menunggu, katanya, Tara ada urusan dengan guru mengenai kepindahannya jadi akan sedikit terlambat. Dio mencoba bersabar meskipun ‘sedikit’ yang dibilang Tara justru sudah kelewatan.“Di!”Mendengar suara itu Dio sudah siap menyemburkan kekesalahannya. Namun, ia melihat keempat perempuan berseragam Adipura menghampirinya. Diantaranya ada Karina yang tersenyum paling lebar. Perempuan itu lebih dulu menepuk bahunya.“Hei, udah lama ya nggak ketemu. Kak Nana kangen, tahu! Terakhir ke rumah malah nggak ketemu,” seru Karina dengan senyum jahilnya.Dio menghela napas. “Sibuk.”Tara menyikut adiknya. “Ini temen gue, Tisha sama Kanaya.”Kanaya lebih dulu menyapa. “Hai, Di.”Dio hanya mengangguk singkat.“Bener ya kata Karina, Dio anaknya cool,” ujar Tisha.Karina terkekeh. “Jangan direbut, ya, berondong gue, nih.” Tangannya merangkul

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status