Home / Romansa / Gadis yang Tertawan / Gadis yang Tertawan bab 51

Share

Gadis yang Tertawan bab 51

Author: Mariposa
last update Last Updated: 2023-12-23 09:00:07

Semua gadis dikumpulkan di luar rumah. Xander dan Sidja diikat tali tambang dengan sangat kuat, keduanya berlutut di tanah. Di kanan dan kiri mereka, dua orang prajurit berdiri seraya menodongkan moncong senapan. Begitu pun dengan Ayu. Bedanya, gadis itu berdiri bebas dan diawasi oleh seorang prajurit.

Para gadis mulai berbisik-bisik, mencoba menerka-nerka apa yang tengah terjadi. Termasuk Diah yang menatap iba pada Sidja, hatinya bagai dicubit. Ingin menolong tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Beberapa orang prajurit menyisir setiap kamar para pekerja, tidak ada satu pun yang luput dari pemeriksaan. Semua barang kini sudah berserakan di lantai. Setiap isi lemari mereka keluarkan isinya. Barang-barang yang terbuat dari kaca dan tanah liat pecah berkeping-keping. Rumah itu terlihat bak diguncang gempa yang dahsyat.

Seorang prajurit berlari ke luar, di tangannya ada sebuah botol kaca berukuran lima ruas jari. Ia berikan kepada atasannya—mayor Andrea.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 52

    Maxwell mengerjapkan matanya beberapa kali, ia berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam pupilnya. Semua yang ia lihat serba putih. Tembok, gorden, dan beberapa furniture seperti nakas serta ranjang. Sesuatu mengganjal punggung tangannya, saat pria itu meraba, ternyata ada sebuah jarum dan selang infus yang menancap ke dalam kulitnya.Ia memegang perutnya yang masih terasa tidak nyaman. Tubuhnya lemas, tetapi tidak separah semalam. Kepalanya masih berdenyut pusing. Bibir yang biasanya merona kemeraha—kini terlihat memucat, kering, dan pecah-pecah karena dehidrasi cukup parah.Ia bisa menaksir kalau saat ini dirinya tengah dalam perawatan. Bau obat dan desinfektan sangat tercium melalui hidung mancungnya. Saat ia menengok kanan dan kiri, terdapat beberapa pasien yang tengah terlelap. "Syukurlah, Anda sudah sadar, Tuan," sapa seorang perawat berambut pirang dan tubuhnya yang tinggi dan agak padat berisi. Saat Maxwell membaca name tag di seragam suste

    Last Updated : 2023-12-24
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 53

    Xander melihat Maxwell datang ke tempat itu dengan dipapah oleh seorang penjaga. Kedua mata adiknya memicing dan tatapannya begitu dingin saat melihat dirinya diperlakukan dengan kasar. Alis dan dahinya mengerut, bibirnya mengencang, rahangnya tegang, dan hidung yang kembang kempis. Kedua tangan Maxwell mengepal sempurna.Jarang sekali Xander melihat Maxwell menunjukkan dengan sangat kentara kemarahannya. Orang yang biasanya menunjukkan sikap ramah, kini semuanya menguap bagai embun yang terkena sinar mentari. Xander menggeleng, memberi isyarat agar adiknya tenang."Mangapa kalian melakukan hal ini pada mereka?" tanya Maxwell seraya menatap satu persatu orang yang ada di dalam penjara.Mereka yang ditanya Maxwell saling pandang. Merasa heran, karena bagi mereka ini sudah biasa dilakukan."Kami melakukan semua ini agar mereka mengakui kejahatannya, Tuan Maxwell," jawab mayor Andrea."Kejahatan yang mana yang kalian maksud?" tanya Maxwell d

    Last Updated : 2023-12-25
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 54

    Usaha pencarian Dara akhirnya dilakukan sore itu juga, mereka tidak ingin membuang waktu karena menganggap gadis itu sebagai saksi penting. Sambil menunggu persiapan matang, Rosie dan Maxwell mengobati luka-luka di wajah Xander. Pria itu tidak bisa menolak, adiknya yang keras kepala itu terus saja memaksa agar dirinya dirawat lebih dahulu."Kakak, kali ini aku tidak akan melarangmu. Asalkan kau mengajakku dalam pencarian!" Maxwell sudah berulang kali mengatakan itu. Rosie yang tengah memberi obat merah pada Sidja, sampai heran melihat sikap yang ditunjukkan oleh pria itu. Maxwell sangat bersikeras untuk ikut bersama Xander dan yang lainnya. Sedangkan kakaknya sedari tadi hanya diam, saat rengekan Maxwell berlebihan, Xander langsung melemparkan tatapan tajam sehingga membuat adiknya diam."Kali ini aku akan ikut denganmu, meski kau melarangku!" tegas Maxwell yang tidak ingin ditolak."Mengapa kau keras kepala, Ell. Ini adalah situasi serius, kita

    Last Updated : 2023-12-26
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 55

    Tubuh Dara dibanting dengan kasar di atas rerumputan hijau yang basah oleh embun. Ia merasakan ngilu di sekujur tubuhnya. Keempat pria itu berdiri mengelilinginya, seringai jahat muncul di masing-masing wajah pelaku. Mereka menatap Dara dengan pandangan liar dan bernafsu."Lihat dia, wajahnya begitu cantik. Kulitnya mulus sekali, tubuhnya juga bagus. Aku ingin menjadi orang yang pertama kali menjamahnya!" ucap seorang pria berkulit putih. Dara mencoba menelisik wajah orang itu, tampak begitu tidak asing di matanya. Tetapi ia tidak mampu mengingat, tubuhnya terlalu lemah, perutnya terasa lapar, dan tenaganya sudah terkuras. Gadis itu mencoba mundur dengan bertumpu pada sikut dan tumitnya."Kumohon, jangan lakukan itu ...," ucapnya lirih."Ha ha ha ha ... mana mungkin kami bisa diam saja melihat bidadari turun dari langit. Nona, sebaiknya kau turuti saja keinginan kami. Kami akan main dengan lembut!" ucap pria yang paling tinggi.Dara meng

    Last Updated : 2023-12-27
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 56

    Xander dan yang lain terus menelusuri hutan. Mereka terkendala karena anjing yang diandalkan untuk mencari jejak Dara, menemukan kesulitan akibat aroma tanah dan tumbuhan yang begitu pekat, sehingga menyamarkan indra penciuman hewan-hewan tersebut.Matahari mulai condong ke arah barat. Semakin masuk ke dalam hutan, udara semakin dingin, banyak pakis hutan yang memiliki daun nan lebar dan aneka jamur. Tanah yang mereka injak terkadang terasa licin karena ditumbuhi lumut. Jarak pandang mereka semakin terbatas karena kabut tipis yang mulai turun dari pegunungan. Tiga kali mereka berputar-putar dan harus kembali ke rute yang sama. Sesekali, di antara mereka, ada yang jatuh ke dalam kubangan air sehingga kaki mereka basah sampai ke lutut.Samar-samar, dari balik kabut itu, terlihat asap dari kayu yang dibakar. "Aku melihat ada bekas kayu bakar, seperti ada seseorang di sana!" Bara yang jaraknya lebih dekat pada sumber api, berteriak keras."

    Last Updated : 2023-12-28
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 57

    "Brengsek, akan kubunuh kau!"Fons menengok ke belakang, belum sempat ia mengenali orang yang tiba-tiba mengumpat, tiba-tiba saja rahangnya menjadi sakit dan dan tubuhnya tersungkur ke tanah. Lelaki itu merasakan darah mengucur dari lubang hidungnya, lalu ia mengusap cairan kental tersebut.Xander tidak memberikan kesempatan bagi Fons untuk melawan. Saat melihat pria itu tergeletak, tangannya dengan cepat menarik tubuh Fons hingga terhuyung ke depan. Bagian tubuh Xander yang lain tidak ingin diam, kakinya terangkat dan ia ayunkan dengan sekuat tenaga untuk menendang dagu Fons—hingga terjungkal ke belakang."Orang sepertimu tidak pantas untuk hidup!" "Brengsek!" Fons kembali meludah, tapi gusinya terus mengeluarkan darah. Dua gigi serinya tanggal atas dan bawah, lidahnya merasakan seperti mengecap besi berkarat—alih-alih bibir Dara yang terasa manis seperti buah arbei masak."Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini, ha?" Lenga

    Last Updated : 2023-12-29
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 58

    Kemana pun matanya memandang, yang ia lihat hanya kegelapan. Dinding, atap, dan tembok semua berwarna hitam. Tidak ada penerangan, tidak ada barang sama sekali, yang ada hanya ruang kosong dengan satu pintu. Sunyi, senyap, hening, dan lembab."Keluarkan aku dari tempat ini, aku mohon!"Tangisnya pecah sedari ia dimasukkan ke dalam ruangan tersebut. Ia meraba, tetapi tidak menemukan apa pun. Tidak tahu kalau di luar sana sudah siang atau malam. "Lebih baik kalian bunuh saja aku! Aku mohon, aku sangat takut kegelapan. Ini sungguh menyiksaku!" Orang itu berteriak sepanjang waktu, sampai suaranya serak dan pita suaranya sakit. Tubuhnya menggigil karena harus berbaring di ubin batu yang teramat keras. Perutnya meronta meminta diisi sesuap makanan, tetapi tak ada yang mau memberikan. Ia putus asa, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ketakutan, tetapi tidak ada yang peduli."Aku ingin ke luar, aku ingin ke luar, aku ingin ke luar.

    Last Updated : 2023-12-30
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 59

    "Nah, Tuan. Sebaiknya, Anda baca surat yang datang tengah malam tadi." Paman Aldrich menyerahkan sepucuk surat yang ada di tangannya pada Maxwell."Terima kasih, Paman. Kalau begitu aku ke kamar dulu." Maxwell berlalu dan menepuk pundak pengasuh sekaligus pelayannya selama 22 tahun itu. Sambil berjalan, adik dari Xander itu membuka dan membaca isinya."Ternyata ini untuk kakak," gumam Maxwell. Tidak ingin membuang waktu, ia segera ke kamar Dara untuk menemui kakaknya.Xander tertidur di salah satu kursi dengan sandaran tangan dan kepala, kaki jenjangnya ia letakkan di atas meja. Pria itu tertidur sangat pulas dan dengkurannya terdengar halus teratur. Sedangkan Dara, gadis itu tetap tidak bergerak di tidur panjangnya.Maxwell terlihat ragu untuk membangunkan Xander, kakaknya terlihat sangat lelah. Lingkaran hitam di bawah matanya cukup kentara, dengan kantung mata yang sedikit kendur. Rasa bersalah yang kakaknya rasakan membuat ia harus kekurangan

    Last Updated : 2023-12-31

Latest chapter

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 80

    Belum pernah aku melihat perempuan yang terlihat begitu berkharisma. Usianya sudah lebih dari empat puluh, tetapi penampilannya seperti seorang gadis belia. Tubuh tinggi nan ramping itu berdiri tegak di ruang tamu seakan ratu tanpa mahkota. Dia mengenakan gaun putih panjang yang tertutup, dihias dengan rimpel yang menumpuk dan bersusun, serta lengan hanya sebatas siku. Pergelangan tangannya tersembunyi dalam sarung tangan putih dari renda. Wajahnya pucat karena terlalu putih, atau mungkin ia jarang terkena sinar matahari.Rambut coklatnya yang lurus panjang tidak dikonde tapi diatur dengan minyak mawar, menggantung tenang di punggung sementara ia berjalan ke arahku. Aku merasa pusing karena wewangian yang ia pakai, tercampur bau dari buket-buket mawar yang memenuhi ruangan. Dengan sopan ia mengulurkan tangannya kepadaku. Kusambut dengan rasa gugup, aku dapat merasakan jari-jari tangannya panjang dan ringkih. "Kenalkan, aku Helena Jacques. Ibu kandung dari Maxwell, kau pasti Senja,

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 79

    "Kau tau wanita yang sedang kau ancam? Jika kau lupa akan aku ingatkan. Dia adalah Mademoiselle Demesringny, dan dia datang bersamaku!" Sebenarnya siapa Rosie? Aku bertanya-tanya dalam hati. Sudah berbulan-bulan kami saling mengenal. Dan yang aku tahu, wanita cantik yang kini terlihat mengejek pria bernama sir Lynch itu terlihat santai. Tidak merasa terdiskriminasi oleh tatapan yang seolah-olah siap menerkam. 'Rosie sudah memiliki kekasih? Apa pria itu Maxwell. Jika iya, alangkah sempurnanya mereka bersandiwara untuk menutupi hubungan.' Aku terus berpikir, hingga aku tersentak kala terdengar gebrakan meja yang begitu kuat."Kau dan kau!" Sir Lynch mengangkat jari telunjuknya ke arah Maxwell dan Rosie dengan wajah yang merah padam. "Apa kalian pikir aku, Bocah ingusan? Camkan ini baik-baik! Kalian akan menyesal. Terutama kau, Mademoiselle Demesringny. Suatu saat aku akan memastikan kau akan kalah dengan penuh penyesalan," hardik pria itu.Rosie tersenyum semakin lebar. "Ah, sayang se

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 78

    Selama berlayar dan ada di atas kapal, Maxwell dan perawat Rosie mengajarkan aku banyak hal. Kebetulan aku fasih berbahasa Belanda, mengingat aku pernah mengenyam pendidikan di sekolah ternama. Orang tuaku yang seorang priyayi, sangat mampu untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Namun sayang, takdir berkata lain. Semua kemewahan yang kami miliki, lenyap hanya dalam satu malam. "Uhhh, tanganmu kasar sekali, Dara. Bekas lukanya tak kunjung hilang. Lihat, wajahmu pun ada bekas jahitan. Rambutmu sedikit kusam, dan warna kulitmu kecoklatan." Perawat Rosie sibuk menelisik penampilanku. Ia akan menggeleng jika menemukan kekurangan. Mulai dari rambut hingga kaki, semuanya tak luput dari pemeriksaannya. Aku hanya bisa pasrah, dan Maxwell sesekali memperhatikan kami. Ia sibuk dengan buku yang ada di tangannya."Ohh, sungguh. Aku tidak sabar ingin segera tiba di tempat tujuan. Aku berjanji akan merubah penampilanmu. Dasarnya kau memang cantik, pasti tidak akan sulit. Lagipula, aku yakin mad

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 77

    Hari hampir siang saat kapal SS Nieuw Amsterdam siap untuk berlayar. Kapal itu berwarna abu, putih, bercampur biru. Tampak gagah dan besar, di atasnya terdapat sebuah tiang yang mengeluarkan asap kehitaman yang terbawa angin di dermaga. Aku menatap kagum, meski ada sedikit rasa takut akibat trauma masa lalu.Di sampingku Diah tergugu dengan tubuh yang sedikit bergetar. Matanya tampak bengkak, dengan pangkal hidung yang terlihat merah. Sedangkan mba Sidja lebih bisa menguasai diri, meski jejak air mata sangat kentara di wajahnya yang selalu memancarkan ketulusan. Begitu teduh dan nyaman.Ini adalah bagian yang aku benci, karena setiap pertemuan pasti akan ada yang namanya perpisahan. Kedua wanita ini yang selalu membersamai diriku. Sudah menjadi teman untuk segala keluh kesahku. Dalam canda, dalam tawa, dalam suka maupun duka."Mba tega meninggalkanku? Kita datang ke tempat ini bersama-sama, dan sekarang, Mbak, ingin pergi lebih dulu?" Aku menghel

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 76

    POV DARAEntah nyata atau hanya mimpi. Dalam sinar mentari yang terbit di pagi ini, hatiku bergemuruh. Saat ini darahku seakan tak mengalir, saat ini detak jantung seakan berhenti, dan pikiranku dijejali oleh ribuan pertanyaan. Tanganku bergetar tatkala memegangi sepucuk surat yang akhirnya datang padaku. Mataku mengembun, dan bersamaan bulir bening yang menetes di pipi, maka tumpahlah segala isi hati. Entah bagaimana caranya aku bisa mengekspresikan kebahagiaan ini."Aku bebas?" tanyaku yang masih tidak percaya.Inilah hari yang aku nantikan. Tak ada lagi beban, tak ada lagi siksaan, tak ada lagi Kungkungan. Di setiap hela nafas ini, aku merasakan kehidupan yang baru. Kini, waktu tak lagi berlari. Karena aku sudah bebas dalam pikiran, angan, dan kebahagiaan. "Selamat, Dara. Kau sudah jadi orang yang merdeka." Maxwell merentangkan kedua tangannya, dan aku menghambur ke dalam pelukannya yang hangat. Lelaki ini menepati semua janjinya kepadaku. Membuktikan kalau dia bersungguh-sunggu

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 75

    "Kau pulang terlambat, Dara." Maxwell berdiri seraya menyandarkan dirinya pada sebuah tiang besar yang ada di selasar, melipat kedua tangannya di depan dada, sambil memperhatikan Dara yang berjalan menaiki anak tangga."Maaf, Ell. Apa aku membuatmu cemas?" tanya Dara hati-hati, wajah Maxwell yang bermandikan cahaya dari lampu kekuningan tampak dingin, apalagi mengetahui orang yang mengantar gadis itu pulang sampai depan pagar."Tentu saja aku sangat mengkhawatirkanmu, aku sengaja pulang lebih cepat agar kita bisa makan malam bersama. Tapi kata orang rumah, kau belum juga sampai." Maxwell segera membawakan buku-buku yang menumpuk di tangan Dara."Sekali lagi maafkan aku, Ell. Aku lupa waktu kalau sedang membaca buku. Kau pernah berkata, bukan? Kalau sudah waktunya untukku merubah diri menjadi lebih baik." "Mari masuk," ajak Maxwell saat seorang pelayan membukakan pintu setinggi dua meter setengah untuk mereka. "Dan kau memilih menambah pengetahuan lewat buku-buku ini? Jika demikian, t

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 74

    "Kenapa betah ada di dalam telaga duka kalau kau bisa bahagia, Dara? Kau harus membuka lembaran baru. Aku bisa menjadi penghapus untuk menghilangkan guratan luka di hatimu. Aku bisa menjadi pena untuk menulis kisah bahagiamu. Tapi percuma, kau selalu terlalu lama menutup bukumu hingga berdebu."Kata-kata yang diucapkan Bara bagai embun yang menyejukkan hati Dara yang selama ini kering."Kau harus mulai melangkah. Bebaskan dirimu, kau harusnya bersyukur dengan kehidupan baru yang kau miliki. Di luar sana, banyak orang yang tak seberuntung dirimu."Sekali lagi, apa yang dikatakan Bara adalah kebenaran. Untuk apa terus bersedih dan terpuruk, mengurung diri dalam penjara luka yang tercipta oleh kenangan buruk. Selama tujuh bulan setelah kepergian Xander, Bara acapkali memberikan perhatian lebih untuk gadis cantik itu.Membantu membuka hati dan menata hidupnya kembali.Bara dan Xander bagai panorama yang memiliki keindahannya sendiri. Jika Xander seperti lautan—yang lewat tatapan matanya m

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 73

    Dara membuang pandangan ke luar jendela mobil yang dikendarai Maxwell. Menatap orang-orang yang berlalu-lalang, memperhatikan deretan toko-toko dan tiang jalanan, mengamati kebun-kebun yang mereka lewati. Hatinya berkecamuk setelah melepas kepergian Xander satu jam yang lalu. Dara tidak melepaskan matanya pada sosok pria berperawakan tinggi besar itu saat melewati papan titian. Ia memandang dari kejuahan, melihat Xander yang berdiri di tepi geladak sambil melambaikan tangan. Mata mereka saling bertemu, sama-sama bertatapan dengan lekat meski terhalang jarak. Saat terdengar peluit panjang, asap tebal berwarna hitam mengepul dari cerobong asap kapal SS Statendam III, dan kapal itu pun mulai berlayar. Membawa sosok Xander menjauh dari pandangan mata. Ada sesuatu yang hilang di hati Dara, tapi ia enggan untuk mengakuinya. Percuma, karena gadis itu pesimis mereka akan berjumpa lagi. Maxwell memperhatikan dari kaca spion mobil, ia dan perawat Rosie hanya saling pandang. Membiarkan Dara m

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 72

    Hari-hari berlalu dengan cepat. Secepat angin menggugurkan dedaunan kering, atau secepat anak panah yang melesat setelah dilepas dari busurnya. Kehidupan orang-orang di pabrik gula bisa dibilang berjalan normal, termasuk kehidupan Dara dan Xander setelah runtutan perjalan mereka yang penuh dengan cerita luka.Hari ini, Dara berdiri di pantai berpasir putih. Langit tampak lebih biru daripada yang pernah diingat gadis itu satu tahun yang lalu, saat ia baru tiba di Paramaribo. Bentangan air hijau pucat dan biru tidak terbatas, kesunyian di sini membuatnya aman dan puas. "Dia akan berangkat satu jam lagi," ucap perawata Rosie yang datang dengan membawa dua buah kepala muda di kedua tangannya. Dara menoleh pada Rosie, wanita itu berpakaian bebas—kemeja putih dengan rok lebar biru sepanjang lutut, melepas seragam putih-putih yang ia kenakan setiap hari saat bertugas. Dara menerima satu buah kelapa muda yang airnya terasa manis."Mereka sedang mengurus berkas-berkas keberangkatannya," tamb

DMCA.com Protection Status