Home / Romansa / Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson / Biarkan Menikmati Kenyamanan ini

Share

Biarkan Menikmati Kenyamanan ini

Author: Nhaya_97
last update Last Updated: 2025-01-09 16:09:46

Elena terbangun dalam kesendirian. Udara pagi menyentuh kulitnya yang terasa dingin, menyadarkannya bahwa Jackson tak lagi di sisinya.

Tangannya terulur, mengusap lembut kain ranjang yang kosong di sebelahnya. Kehampaan itu terasa seperti bayangan samar yang menusuk hatinya, mengundang kerinduan aneh yang bahkan belum sempat ia pahami.

Matanya menyisir setiap sudut kamar, mencari sosok pria itu, hingga akhirnya ia menemukannya baru saja keluar dari kamar mandi.

Jackson berdiri di sana, seperti dewa yang baru saja lahir dari rahim kabut pagi. Hanya selembar handuk yang menggantung rendah di pinggangnya, nyaris seperti jubah yang tak sabar menyingkap rahasia tubuhnya. Kulitnya berkilauan, dibalut kelembapan yang memantulkan cahaya samar dari lampu kamar.

Bulir-bulir air menetes perlahan dari rambutnya, meluncur dengan anggun ke bahu kokohnya, sebelum akhirnya mengalir membasahi lekuk punggung dan dadanya.

Pemandangan itu, seperti pahatan hidup dari seorang seniman yang telah menemukan bentuk sempurna, membuat Elena menelan ludah, mencoba menahan desiran liar yang mulai menjalari tubuhnya.

Bibir merahnya, tanpa bantuan lipstik, sedikit terbuka, seolah ingin mengucap sesuatu namun terhenti oleh kekaguman yang tak terelakkan.

Desahan nyaris keluar dari tenggorokannya, namun dengan gigitan kecil pada bibir bawahnya, ia menahan suara itu, menyembunyikan gejolak yang mendesak keluar.

Dari balik bulu mata lentiknya, Elena terus menatap tanpa henti. Gerakan pria itu—setiap langkah, setiap hembusan napasnya—membuat denyut hangat yang tak tertahankan berkecamuk di dalam dirinya.

"Sudah puas mengagumiku?" Suara Jackson memecah keheningan, dalam nada tenang yang mengandung sedikit ejekan.

Dia tidak menoleh, tetap sibuk mengeringkan rambutnya dengan santai, seperti seorang raja yang terlalu akrab dengan perhatian yang diarahkan padanya.

Kemudian, tanpa terburu-buru, dia mengambil kemeja putih panjang dan memakainya dengan elegansi yang hampir membuat waktu berhenti.

"A-aku ti-tidak... maafkan aku," jawab Elena tergagap, rangkaian kata-katanya meluncur berantakan seperti daun yang tertiup angin.

Pipinya memerah, terbakar oleh campuran rasa malu dan intimidasi. Ia tidak menyangka bahwa pria itu menyadari tatapan matanya yang terus mencuri-curi pandang.

Mencoba menenangkan diri, Elena menarik napas panjang.

Tubuhnya bergerak dengan hati-hati saat ia duduk bersandar di tepi ranjang, menarik selimut untuk menutupi dadanya yang setengah terbuka akibat jubah yang longgar.

Suaranya terdengar lebih terkendali ketika ia akhirnya bertanya, "Apakah kamu mau pergi?"

Jackson, yang masih membelakangi Elena, melanjutkan aktivitasnya dengan tenang. "Ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku akan pergi seharian ini," jawabnya singkat, tangannya cekatan merapikan pakaian.

Elena menggigit bibirnya sejenak, menimbang-nimbang pertanyaan yang bergelantungan di pikirannya. "Lalu apa yang harus aku lakukan di sini?" tanyanya, nada suaranya mencoba terdengar santai meski ada getaran halus di baliknya.

Menjawab pertanyaan wanita itu, Jackson berbalik. Tatapannya yang dingin dan penuh kendali menembus Elena, membuat detak jantungnya yang semula mulai stabil kembali berdegup liar.

Rasanya seperti tertangkap basah oleh predator yang menatap mangsanya tanpa belas kasihan. Elena mencoba tetap tenang, tetapi auranya yang mendominasi menghancurkan setiap usaha yang ia lakukan.

Jackson berjalan mendekati meja di sudut kamar dengan langkah santai namun tegas, seperti seorang raja yang tahu bahwa seluruh dunia ada di bawah kendalinya.

Dia menarik laci teratas, mengambil sebuah dompet hitam elegan, lalu mengeluarkan kartu berwarna emas kehitaman. Dengan gerakan yang anggun dan tanpa ragu, dia menyerahkan kartu itu kepada Elena.

Elena menerima kartu tersebut, jari-jarinya menyentuh permukaannya yang halus. Namanya—Jackson Collins—terukir dengan tinta emas yang berkilauan, begitu elegan hingga tampak seperti sesuatu yang tidak seharusnya berada dalam genggaman tangannya.

Dia membalikkan kartu itu, mencoba memahami maksud di balik pemberiannya. "Apa ini?" tanyanya, suaranya sarat kebingungan.

"Pakailah kartu itu untuk berbelanja," ujar Jackson, nadanya rendah namun penuh penekanan.

"Belilah baju yang mahal dan berkelas. Jangan membeli baju murahan dan norak. Beli juga parfum dan sepatu yang bagus agar orang tidak merendahkanmu. Aku tidak ingin saat pulang nanti, masih melihatmu dengan semua pakaian murahanmu itu."

Kata-katanya menusuk, tetapi Elena hanya menggigit bibirnya untuk menahan respons. Matanya menatap kartu itu sekali lagi, sementara Jackson mengangkat tas kantornya dan berjalan pergi tanpa sepatah kata tambahan, meninggalkan Elena dalam keheningan.

Setelah yakin bahwa pria itu benar-benar telah pergi, Elena menarik napas panjang. Dia menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhnya dan turun dari ranjang, langkahnya ringan namun dipenuhi rasa ingin tahu.

Kamar mandi mewah itu memanggilnya, dan dia melangkah masuk, mengagumi kemewahannya yang seperti mimpi. Dinding marmer berwarna krem bersinar lembut, memantulkan cahaya hangat yang memeluk ruangan dengan kehangatan lembut.

Tangannya menjelajahi permukaan marmer itu, dingin dan mulus di bawah sentuhannya, seolah menyapa seorang tamu yang tak pernah diundang.

Dia memutar keran air hangat, suara gemericiknya mengisi ruangan seperti melodi menenangkan. Uap mulai memenuhi udara, membawa aroma terapi yang disediakan pihak hotel, melingkupi kamar mandi dengan nuansa yang mendamaikan.

Elena berdiri diam sejenak, membiarkan dirinya tenggelam dalam keajaiban sederhana ini. Seumur hidup, dia tak pernah berendam di bathub.

Hari ini, dia akan merasakan kemewahan yang sebelumnya hanya bisa dia lihat di layar televisi atau dalam mimpinya yang paling liar.

Saat air mengisi bathub, dia menarik tali jubahnya, melepaskan kain yang membalut tubuhnya. Jubah itu jatuh ke lantai, menjadi onggokan kain yang tak berarti.

Kini tubuhnya yang sempurna terlihat dalam keheningan kamar mandi, tak terjamah oleh apapun kecuali oleh dirinya sendiri.

Elena melangkah masuk, memasukkan satu kaki ke dalam bathub, merasakan air hangat yang membelai kulitnya seperti sentuhan lembut yang menenangkan.

Lalu, dia memasukkan kaki lainnya, menurunkan tubuhnya perlahan ke dalam air yang seolah memeluknya dengan kehangatan penuh cinta.

"Oh... nyaman sekali," gumamnya, matanya terpejam, tubuhnya tenggelam dalam sensasi yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.

Air hangat itu membawa tubuh dan pikirannya menjauh dari dunia nyata, menyelimutinya dalam kenikmatan yang hampir tak terlukiskan.

"Beginikah rasanya menjadi orang kaya yang tidak perlu memikirkan apa yang harus dikerjakan untuk makan esok hari?" lanjutnya, suaranya hanya bisikan kecil di tengah keheningan.

"Biarkan aku menikmati kenyamanan ini sejenak sebelum kisahku dimulai," gumamnya lagi, bicara pada dirinya sendiri.

Related chapters

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Memberi Pelajaran

    Setelah puas berendam, Elena membersihkan tubuhnya dan kembali memakai pakaian murahan yang dia miliki karena hanya itu yang dia punya setelah satu bajunya dibuang oleh Jackson ke tempat sampah.Sambil membawa kartu yang Jackson berikan kepadanya, dia pun keluar dari kamar hotel. Kejadian semalam pun terulang kembali, sepanjang perjalanannya dari depan kamar ke luar hotel, semua orang menatap dirinya dengan tatapan merendahkan, terutama setiap wanita yang berpapasan dengannya.Elena tahu apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Dia sadar jika dirinya hanyalah wanita jalang di depan mata para tamu hotel tersebut. Dengan menundukkan wajahnya karena malu, Elena segera berlari keluar dari hotel. Dia akhirnya bisa bernafas lega setelah menjauh dari hotel.Mengingat pesan Jackson yang menyuruhnya pergi untuk membeli baju yang mahal dan berkelas, Elena mendatangi sebuah toko mewah kelas atas untuk mencari baju yang sesuai dengan selera Jackson. Ketika masuk ke dalamnya, tatapan merendahkan

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Tidak suka Cara Jackson

    Jackson masuk ke toko pakaian mewah kelas atas yang sebelumnya didatangi oleh Elena. Ketika pria itu masuk, seluruh karyawan yang ada toko tersebut membungkukkan tubuh mereka, tak terkecuali wanita yang sebelumnya bersikap dingin dan merendahkan Elena.Mereka langsung mengenali siapa pria tersebut yaitu salah satu pria terkaya di negeri ini, Jackson Collins. Sikap yang ditunjukkan oleh para karyawan di sana berbeda jauh dengan sikap yang Elena dapatkan."Selamat datang Tuan Collins, sebuah kehormatan bagi kami menyambut Anda berbelanja di toko kami," ucap wanita yang merendahkan Elena.Jackson hanya melirik dingin ke arah wanita itu dan masuk begitu saja tanpa menanggapi sapaannya, sedangkan Elena mengikuti pria itu dari belakang. Mengetahui jika Elena tidak ada di sampingnya, Jackson menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.Elena yang tidak memperhatikannya, hampir saja menabrak dada Jackson. Dia terkejut ketika tiba-tiba tangan Jackson terulur, lalu menggenggam dan menarik t

    Last Updated : 2025-01-31
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Melihatmu Mengganti Pakaian

    Mata Jackson menatap tajam ke arah Elena. Dia berharap mendapatkan ucapan terima kasih dari wanita itu, namun Elena malah menegurnya."Itu bukan caraku dan mulai sekarang kamu harus belajar mengerti caraku," ucap Jackson yang kemudian membawa Elena pergi ke toko lain, toko yang selama ini bersaing dengan toko yang Elena datangi sebelumnya.Di toko tersebut jenis pakaiannya lebih beragam, warnanya lebih cerah, tetapi tidak menghilangkan unsur elegan pemakaianya.Mata Elena menatap kagum semua pakaian di situ, dalam hati dia menginginkannya, namun ketika melihat label harganya yang begitu mahal, matanya terbelalak dan menjauhkan tangannya dari pakaian tersebut.Tubuh Elena terlonjak kaget ketika seorang pria muncul dari balik pakalan tersebut. Dengan ramah dia menyapa Elena. "Ada yang bisa aku bantu, Nona?""A-aku tidak ehm... pakaian ini sangat mahal," jawab Elena gagap karena tidak tahu harus berkata apa.Pria itu pun tersenyum dengan mempesona. "Aku selalu melihat kecantikan wanita y

    Last Updated : 2025-01-31
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Akan Tercengang jika Membaca Kontraknya

    Elena awalnya menatap nanar ke arah Jackson, lalu akhirnya dengan pasrah melepas satu persatu pakaiaannya.Saat dia membuka bagian atas pakaiannya, mata Jackson terbelalak menatap dada indah wanita itu tanpa penghalang apa pun.Dua bukit kembar yang kencang dan menantang terpampang jelas di depan wajah Jackson. Dia menelan ludah beberapa kali untuk menahan gairah yang tersulut di dalam dirinya.Tiba-tiba saja Jackson menjadi marah dengan hal itu, lalu melempar satu pakaian ke arah Elena agar dia bisa mengendalikan diri dari hasrat yang tersulut itu."Mulailah dengan memakai pakaian itu!" ujar Jackson sambil menunjuk baju yang ada di dalam genggaman Elena.Berbeda dengan sikap Jackson saat di toko pertama, kali ini pria itu tampak mengagumi satu persatu pakaian yang Elena pakai sekaligus menahan diri agar tidak menyentuh wanita itu.Matanya menelusuri setiap lekuk tubuh Elena yang tidak pernah dia perhatikan selama mereka bersama.Lamunan dan tatapan Jackson buyar ketika suara Elena te

    Last Updated : 2025-01-31
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Harga yang Fantastis

    “Perkenalkan, wanita cantik ini bernama ELENA,” suara pembawa acara bergema seperti genderang maut yang menandai giliran Elena untuk dilelang, seakan namanya kini hanyalah sebuah label yang tidak ada hubungannya lagi dengan identitasnya.Di barisan paling depan, duduk seorang pria yang tampak seperti patung marmer hidup. Rahangnya kokoh, dan matanya yang tajam bagaikan pisau mengiris suasana.Tatapannya tidak sekadar melihat; dia menelanjangi setiap inci gadis yang dipamerkan, menghitung nilai mereka dalam skala yang hanya dia ketahui. Pria itu adalah Jackson Collins, pewaris keluarga Collins yang kekayaan dan kekuasaannya sudah menjadi legenda.Namun, malam ini, Jackson adalah pria yang berbeda. Pikirannya diselimuti oleh kabut yang tebal, dihantui bayangan wanita yang pernah dia cintai—Ariana.Wanita itu, dengan kecantikan yang begitu sempurna namun hati yang tak pernah menjadi miliknya, kini telah menjadi istri sepupunya sendiri, David. Luka itu begitu dalam, seperti belati yang di

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Masih Perawan?

    Elena berdiri terpaku di atas panggung, napasnya tertahan seperti burung kecil yang terperangkap dalam sangkar sempit. Kata-kata itu—satu juta dollar—menggema di telinganya seperti suara lonceng besar yang bergema di lembah, membawa harapan sekaligus kehampaan yang tak bisa dia jelaskan. Syok merayap di wajahnya, matanya membelalak tak percaya. Dalam sekejap, nilainya ditentukan oleh angka, seolah seluruh hidupnya diringkas menjadi sekadar nominal di atas kertas.Namun, di balik keterkejutannya, ada secercah kebebasan yang mulai bersinar redup. Satu juta dollar berarti akhir dari neraka ini, akhir dari rantai tak terlihat yang menahannya dalam sindikat perdagangan manusia.Meski kebebasan itu tampak semu, ia tetap terasa seperti udara segar di tengah ruang sempit yang penuh sesak.Suara pembawa acara lelang kembali melengking, memecahkan pikirannya. “Apakah ada yang menawar lebih dari satu juta dollar? Harga yang begitu fantastis,” serunya, memancing antusiasme palsu di tengah riuh

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Lepaskan Semua Pakaianmu!

    Elena terdiam, menundukkan kepala sambil meremas jarinya yang sudah memucat.Sesuatu dalam dirinya memberontak, tetapi dia tidak tahu bagaimana melawannya. Di hadapan Jackson, dia merasa seperti boneka yang benang-benangnya dipegang penuh oleh pria itu.Keheningan yang melingkupi mereka terasa berat, seperti kabut pekat yang menyelimuti malam. Jackson mengarahkan mobil ke sebuah hotel mewah, enggan kembali ke apartemennya. Pikirannya penuh dengan bayangan keluarga Collins yang tengah merayakan Natal di rumah besar mereka. Biasanya, dia tidak pernah melewatkan acara itu—pesta keluarga yang hangat dengan pohon Natal berkilauan dan tawa yang memenuhi ruangan.Tapi tidak untuk malam ini.Ariana akan ada di sana. Wanita itu, dengan senyumnya yang dulu menjadi cahaya dalam hidup Jackson, kini menjadi istri dari sepupunya, David Collins. Seolah tak cukup, mereka telah memiliki anak yang tampan, sebuah simbol kebahagiaan yang tak pernah bisa Jackson miliki.Tangannya mencengkeram kemudi de

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Rasanya Menjadi Wanita Jalang

    Tanpa menunggu reaksi Jackson, dia berlari kecil menuju kamar mandi, langkah-langkahnya tergesa dan goyah, seperti rusa yang melarikan diri dari singa."Mandi dan bersihkan make up menjijikkan itu di wajahmu. Bersihkan juga aroma parfum murahan yang kamu pakai, aku mual dengan baunya," perintah Jackson dengan nada tajam yang menggema di ruangan."A-aku akan mandi dan segera membersihkannya," jawab Elena, suaranya nyaris berbisik. Dia masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu rapat-rapat, tangannya gemetar saat memutar kunci. Hanya di balik pintu itu dia merasa aman, meski sementara, yakin bahwa Jackson tidak akan masuk dan merampas kehormatannya saat ini juga.Di dalam kamar mandi, Elena bersandar pada pintu dengan napas tersengal, mencoba mengatur debaran jantungnya yang seperti genderang perang. Cermin di depannya memantulkan sosok yang hampir tidak dikenalnya—wanita dengan mata liar dan riasan tebal yang mulai luntur, simbol kehidupan yang telah menghancurkan dirinya. Perlahan, d

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Akan Tercengang jika Membaca Kontraknya

    Elena awalnya menatap nanar ke arah Jackson, lalu akhirnya dengan pasrah melepas satu persatu pakaiaannya.Saat dia membuka bagian atas pakaiannya, mata Jackson terbelalak menatap dada indah wanita itu tanpa penghalang apa pun.Dua bukit kembar yang kencang dan menantang terpampang jelas di depan wajah Jackson. Dia menelan ludah beberapa kali untuk menahan gairah yang tersulut di dalam dirinya.Tiba-tiba saja Jackson menjadi marah dengan hal itu, lalu melempar satu pakaian ke arah Elena agar dia bisa mengendalikan diri dari hasrat yang tersulut itu."Mulailah dengan memakai pakaian itu!" ujar Jackson sambil menunjuk baju yang ada di dalam genggaman Elena.Berbeda dengan sikap Jackson saat di toko pertama, kali ini pria itu tampak mengagumi satu persatu pakaian yang Elena pakai sekaligus menahan diri agar tidak menyentuh wanita itu.Matanya menelusuri setiap lekuk tubuh Elena yang tidak pernah dia perhatikan selama mereka bersama.Lamunan dan tatapan Jackson buyar ketika suara Elena te

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Melihatmu Mengganti Pakaian

    Mata Jackson menatap tajam ke arah Elena. Dia berharap mendapatkan ucapan terima kasih dari wanita itu, namun Elena malah menegurnya."Itu bukan caraku dan mulai sekarang kamu harus belajar mengerti caraku," ucap Jackson yang kemudian membawa Elena pergi ke toko lain, toko yang selama ini bersaing dengan toko yang Elena datangi sebelumnya.Di toko tersebut jenis pakaiannya lebih beragam, warnanya lebih cerah, tetapi tidak menghilangkan unsur elegan pemakaianya.Mata Elena menatap kagum semua pakaian di situ, dalam hati dia menginginkannya, namun ketika melihat label harganya yang begitu mahal, matanya terbelalak dan menjauhkan tangannya dari pakaian tersebut.Tubuh Elena terlonjak kaget ketika seorang pria muncul dari balik pakalan tersebut. Dengan ramah dia menyapa Elena. "Ada yang bisa aku bantu, Nona?""A-aku tidak ehm... pakaian ini sangat mahal," jawab Elena gagap karena tidak tahu harus berkata apa.Pria itu pun tersenyum dengan mempesona. "Aku selalu melihat kecantikan wanita y

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Tidak suka Cara Jackson

    Jackson masuk ke toko pakaian mewah kelas atas yang sebelumnya didatangi oleh Elena. Ketika pria itu masuk, seluruh karyawan yang ada toko tersebut membungkukkan tubuh mereka, tak terkecuali wanita yang sebelumnya bersikap dingin dan merendahkan Elena.Mereka langsung mengenali siapa pria tersebut yaitu salah satu pria terkaya di negeri ini, Jackson Collins. Sikap yang ditunjukkan oleh para karyawan di sana berbeda jauh dengan sikap yang Elena dapatkan."Selamat datang Tuan Collins, sebuah kehormatan bagi kami menyambut Anda berbelanja di toko kami," ucap wanita yang merendahkan Elena.Jackson hanya melirik dingin ke arah wanita itu dan masuk begitu saja tanpa menanggapi sapaannya, sedangkan Elena mengikuti pria itu dari belakang. Mengetahui jika Elena tidak ada di sampingnya, Jackson menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.Elena yang tidak memperhatikannya, hampir saja menabrak dada Jackson. Dia terkejut ketika tiba-tiba tangan Jackson terulur, lalu menggenggam dan menarik t

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Memberi Pelajaran

    Setelah puas berendam, Elena membersihkan tubuhnya dan kembali memakai pakaian murahan yang dia miliki karena hanya itu yang dia punya setelah satu bajunya dibuang oleh Jackson ke tempat sampah.Sambil membawa kartu yang Jackson berikan kepadanya, dia pun keluar dari kamar hotel. Kejadian semalam pun terulang kembali, sepanjang perjalanannya dari depan kamar ke luar hotel, semua orang menatap dirinya dengan tatapan merendahkan, terutama setiap wanita yang berpapasan dengannya.Elena tahu apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Dia sadar jika dirinya hanyalah wanita jalang di depan mata para tamu hotel tersebut. Dengan menundukkan wajahnya karena malu, Elena segera berlari keluar dari hotel. Dia akhirnya bisa bernafas lega setelah menjauh dari hotel.Mengingat pesan Jackson yang menyuruhnya pergi untuk membeli baju yang mahal dan berkelas, Elena mendatangi sebuah toko mewah kelas atas untuk mencari baju yang sesuai dengan selera Jackson. Ketika masuk ke dalamnya, tatapan merendahkan

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Biarkan Menikmati Kenyamanan ini

    Elena terbangun dalam kesendirian. Udara pagi menyentuh kulitnya yang terasa dingin, menyadarkannya bahwa Jackson tak lagi di sisinya. Tangannya terulur, mengusap lembut kain ranjang yang kosong di sebelahnya. Kehampaan itu terasa seperti bayangan samar yang menusuk hatinya, mengundang kerinduan aneh yang bahkan belum sempat ia pahami. Matanya menyisir setiap sudut kamar, mencari sosok pria itu, hingga akhirnya ia menemukannya baru saja keluar dari kamar mandi.Jackson berdiri di sana, seperti dewa yang baru saja lahir dari rahim kabut pagi. Hanya selembar handuk yang menggantung rendah di pinggangnya, nyaris seperti jubah yang tak sabar menyingkap rahasia tubuhnya. Kulitnya berkilauan, dibalut kelembapan yang memantulkan cahaya samar dari lampu kamar. Bulir-bulir air menetes perlahan dari rambutnya, meluncur dengan anggun ke bahu kokohnya, sebelum akhirnya mengalir membasahi lekuk punggung dan dadanya. Pemandangan itu, seperti pahatan hidup dari seorang seniman yang telah menemuk

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Sudah Memiliki...?

    Ada ketakutan di hatinya, takut dia dianggap tidak tahu diri jika langsung naik ke atas ranjang itu. Jackson memincingkan matanya, kesal dengan pertanyaan yang menurutnya bodoh. "Apakah kamu tidak melihat ada ranjang di sana? Naik dan tidurlah! Jangan banyak bicara dan bertanya!" tegasnya, nada suaranya seperti cambuk yang tidak menerima pembangkangan. Merasa jika dirinya telah dibeli oleh Jackson dan pria itu boleh melakukan apa saja padanya, Elena mengangguk dan dengan patuh mengikuti perkataan Jackson. Dia segera naik ke ranjang dan menarik selimut tebal yang ada di atas ranjang tersebut, yang terasa seperti pelukan dingin di malam yang sunyi, menyelimutinya dalam kepasrahan yang kelabu. Elena berbaring miring, memunggungi ranjang kosong yang ada di sebelahnya, seolah-olah mencoba menjauh dari kehampaan yang terasa begitu nyata. Dengan mata terpejam, dia berharap Jackson tidak melakukan sesuatu padanya. Doa yang dipanjatkan dalam hati itu terasa seperti seruan lemah di tenga

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Rasanya Menjadi Wanita Jalang

    Tanpa menunggu reaksi Jackson, dia berlari kecil menuju kamar mandi, langkah-langkahnya tergesa dan goyah, seperti rusa yang melarikan diri dari singa."Mandi dan bersihkan make up menjijikkan itu di wajahmu. Bersihkan juga aroma parfum murahan yang kamu pakai, aku mual dengan baunya," perintah Jackson dengan nada tajam yang menggema di ruangan."A-aku akan mandi dan segera membersihkannya," jawab Elena, suaranya nyaris berbisik. Dia masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu rapat-rapat, tangannya gemetar saat memutar kunci. Hanya di balik pintu itu dia merasa aman, meski sementara, yakin bahwa Jackson tidak akan masuk dan merampas kehormatannya saat ini juga.Di dalam kamar mandi, Elena bersandar pada pintu dengan napas tersengal, mencoba mengatur debaran jantungnya yang seperti genderang perang. Cermin di depannya memantulkan sosok yang hampir tidak dikenalnya—wanita dengan mata liar dan riasan tebal yang mulai luntur, simbol kehidupan yang telah menghancurkan dirinya. Perlahan, d

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Lepaskan Semua Pakaianmu!

    Elena terdiam, menundukkan kepala sambil meremas jarinya yang sudah memucat.Sesuatu dalam dirinya memberontak, tetapi dia tidak tahu bagaimana melawannya. Di hadapan Jackson, dia merasa seperti boneka yang benang-benangnya dipegang penuh oleh pria itu.Keheningan yang melingkupi mereka terasa berat, seperti kabut pekat yang menyelimuti malam. Jackson mengarahkan mobil ke sebuah hotel mewah, enggan kembali ke apartemennya. Pikirannya penuh dengan bayangan keluarga Collins yang tengah merayakan Natal di rumah besar mereka. Biasanya, dia tidak pernah melewatkan acara itu—pesta keluarga yang hangat dengan pohon Natal berkilauan dan tawa yang memenuhi ruangan.Tapi tidak untuk malam ini.Ariana akan ada di sana. Wanita itu, dengan senyumnya yang dulu menjadi cahaya dalam hidup Jackson, kini menjadi istri dari sepupunya, David Collins. Seolah tak cukup, mereka telah memiliki anak yang tampan, sebuah simbol kebahagiaan yang tak pernah bisa Jackson miliki.Tangannya mencengkeram kemudi de

  • Gadis Satu Juta Dollar Tuan Jackson   Masih Perawan?

    Elena berdiri terpaku di atas panggung, napasnya tertahan seperti burung kecil yang terperangkap dalam sangkar sempit. Kata-kata itu—satu juta dollar—menggema di telinganya seperti suara lonceng besar yang bergema di lembah, membawa harapan sekaligus kehampaan yang tak bisa dia jelaskan. Syok merayap di wajahnya, matanya membelalak tak percaya. Dalam sekejap, nilainya ditentukan oleh angka, seolah seluruh hidupnya diringkas menjadi sekadar nominal di atas kertas.Namun, di balik keterkejutannya, ada secercah kebebasan yang mulai bersinar redup. Satu juta dollar berarti akhir dari neraka ini, akhir dari rantai tak terlihat yang menahannya dalam sindikat perdagangan manusia.Meski kebebasan itu tampak semu, ia tetap terasa seperti udara segar di tengah ruang sempit yang penuh sesak.Suara pembawa acara lelang kembali melengking, memecahkan pikirannya. “Apakah ada yang menawar lebih dari satu juta dollar? Harga yang begitu fantastis,” serunya, memancing antusiasme palsu di tengah riuh

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status