Kecurangan Monalisa
Jam menunjukkan pukul empat sore.
Devanka menunggu Reynold dengan perasaan yang bercampur aduk, antara gugup, bahagia dan sedikit ada rasa takut, takut jika dia melakukan kesalahan atau tidak sesuai apa yang Reynold harapkan.
Rasa cinta di dalam hati Devanka benar benar sudah menjadi perasaan utama, selama masa menunggu bibirnya tidak lepas dari senyum kecil.
"Dev, Reynold belum datang?" tanya pak Lumawi.
"Belum ayah, mungkin sebentar lagi. Jakarta sedang macet macetnya," ucap Devanka berusaha menenangkan dirinya.
"Anak ayah cantik sekali," ucap ayah Devanka.
"Ayah, terimakasih su
Sesak itu kembali datangDi kantor Reynold dia terlihat sibuk dengan pekerjaannya, seolah tidak ada sesuatu yang terjadi, sesuatu yang mengguncangkan hati dan pikirannya.Reynold mengisi detik demi detik hidupnya dengan bekerja, untuk mengikis kekecewaan di hatinya. "Tok, tok, tok," terdengar suara pintu di ketuk. "Masuk!" teriak Reynold. Beberapa detik setelahnya terlihat Maria masuk ke dalam ruangannya."Tuan muda, hari ini ada meeting dengan Berlian Grup, semua berkas sudah disiapkan oleh Melodi," penjelasan Maria. Semua pekerjaan sekretaris Pete untuk sementara dilimpahkan kepada Melodi, asisten sekretaris yang biasanya membantu sekretaris Pete mengurus semua
Mencari Reynold berjalan cepat menuju ke arah parkiran mobil, dia harus pergi ke suatu tempat yang cukup penting, ini tidak lagi bisa dibiarkan, dia tidak boleh membohongi perasaannya, semua harus jelas seperti apa yang dipirkan dan juga realita. "Aldo, antar saya," ucap Reynold. Mobil melaju dengan segera, Reynold memberi arahan ke mana mobil itu akan menuju. Setelah kurang lebih tiga puluh menit mobil membelah keramaian kota Jakarta yang padat merayap, akhirnya mobil sampai ke tempat tujuan, yaitu kediaman Devanka. Reynold segera turun dan berlari ke arah rumah Devanka. Di depan pintu Reynold telrihat mengetuk pintu dengan cepat, beberapa menit dia menunggu, tidak ada jawaban atau seseorang yang keluar dari dalam rumah.
Misteri YayasanAldo mencari cari jalan mawar berduri, lewat aplikasi pencarian alamat, dia berusaha menemukan titik tepatnya.Setelah berkeliling beberapa kali akhirnya dia menemukan jalan mawar berduri yang tuan mudanya maksudkan."Oke, jalan sudah ditemukan, sekarang tinggal mencari yayasan apa yang ada di sini," gumam Aldo.Aldo mengendarai mobil dengan kecepatan yang sangat pelan, mendekati slow motion karna dia tidak ingin ada yang terlewat.Jalan mawar berduri ternyata adalah komplek perkantornya yang cukup luas. Ada kantor pemerintahan, bank, dan beberapa kantor lain. Aldo dengan sangat teliti mencari gedung yang difungsikan sebagai yayasan. Mobilnya hampir mengelilingi komplek sebanyak empat kali, dia tidak ingin ada yang terlewat sedikitpun. Tiba tiba ketika Aldo sibuk mencari dan matanya terfokus pada bangunan bangunan yang ada di gedung itu, tiba tiba mobilnya dihentikan oleh seorang wanita setengah baya yang berprosfesi seb
Misteri Yayasan yang didatangi DevankaPagi hari di kantor utama Hamzah Grup, Reynold terlihat sibuk dengan pekerjaannya, namun selain itu pikirannya tidak bisa lepas dari hal yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Reynold terlihat meraih dagang telephone di kantornya, hendak menelephone seseorang."Maria, sekretaris Pete sudah datang?" tanya Reynold pada Maria yang merupakan resepsionisnya."Sekretaris Pete baru mendarat tiga puluh menit lalu tuan, mungkin sebentar lagi sampai di kantor," ucap Maria memberi informasi."Minta sekretaris Pete ke ruanganku jika dia sudah datang," pinta Reynold."Baik tuan," ucap Maria yang setelahnya sambungan
Semua mulai jelasAldo mengetuk pintu ruang kerja sekretaris Pete, tidak biasanya sekretaris Pete ingin menemuinya seperti ini, biasanya mereka berbincang di tempat terbuka, santai dan tidak terlalu formal."Tok, tok, tok," suara pintu di ketuk."Masuk," ucap sekretaris Pete. Beberapa detik setelahnya Aldo memasuki ruang kerja sekretaris Pete. Di dalam ruang kerja sekretaris Pete tidak jauh berbeda dengan ruang kerja tuan muda Reynold, hanya saja sedikit kecil. Di sana ada meja dan kursi kerja, juga sofa untuk menerima tamu. Di lengkapi dengan televisi canggih, ruangan dingin berAC, bersih dan nyaman. "Iya paman Pete, kau memanggilku?" tanya Aldo."Iya Aldo, duduklah," ucap sekretaris Pete."Aldo, tolong ceritakan kepadaku semua yang terjadi selama aku tidak ada di sini," pinta sekretaris Pete."Ada apa paman? sepertinya ada sesuatu yang penting," tanya Aldo."Sudah kau ceritakan saja, apa yang terjadi selama kurang lebih tiga hari kepergianku," pinta sekretaris Pete. Aldo mulai men
Hati Tulus Devanka Reynold mendatangi rumah Devanka. Sesampainya di depan rumah Devanka, Reynold turun dari mobil dengan gugup, mencari keberadaan Devanka. Reynold berteriak memanggil nama Devanka, tidak lagi mempedulikan sekitar. "Dev, Devanka, Dev," teriak Reynold. Dia mengelilingi rumah Devanka, mencari keberadaan Devanka maupun pak Lumawi. Reynold berada di belakang rumah Devanka, biasanya pak Lumawi menghabiskan waktu di sini, namun kosong, tidak ada dimanapun. "Dev," ucap Reynold lirih ketika menyadari tidak adanya Devanka di rumah. Reynold berjalan dengan gontai, menuju ke teras depan rumah. "Dev, seharusnya aku menanyakan semuanya kepadamu dulu," ucap Reynold lirih. Dia mulai memahami, komunikasi mereka sudah diambang tidak baik baik saja, terlalu sering berselisih faham, komunikasi yang seolah tidak lancar, banyak sekali hal yang membuat mereka selalu tidak baik baik saja. Ini baru memulai, namun rintangannya begitu luar biasa. "Apakah cinta serumit ini," ucap Rey
NoriDi kediaman keluarga Hamzah, Aldo terlihat turun dari mobil kantor yang dibawanya, segera masuk ke dalam rumah, tidak sabar untuk bertemu dengan Nori."Aldo, kau membawa mobil kantor? Di mana tuan muda?" tanya Nori."Nori, ikut aku, ada hal penting yang harus kita bicarakan. "A-ada apa Aldo?" tanya Nori gugup melihat Aldo yang tidak biasa."Sudahlah, ikut aku ke belakang," ucap Aldo seraya menarik Nori ke area belakang rumah."Nori, katakan semuanya kepadaku, kau harus jujur sebelum aku tau dari orang lain," ucap Aldo dengan begitu serius."A-apa yang sedang kau bicarakan Aldo?" tanya Nori."Sudahlah Nori, rahasiamu telah terbongkar, semua rahasia yang kau simpan itu," ucap Aldo semakin membuat Nori kebingungan."A-apa aku berselingkuh? Atau aku melakukan kesalahan? Aku tidak tau salahku Aldo, aku tidak berbuat apa apa," ucap Nori yang masih belum mengerti apa yang Aldo maksudkan."Nona Monalisa," ucap Aldo seraya berjalan ke arah kolam renang yang ada di kediaman keluarga Hamza
Nori said "karma is real" Reynold duduk di kursi sofa ruang tengah, dengan merendamkan kaki di air hangat yang sudah dicampur dengan beberapa rempah rempah untuk menghilangkan kekakuan otot dan kelelahan kakinya. Reynold menikmati waktunya, rempah rempah ini benar benar membuat kakinya nyaman. Tangannya terlihat memegang secangkir teh jahe yang begitu hangat ketika melewati kerongkongannya.Reynold terdiam, dia menarik pikirannya ke beberapa waktu yang lalu ketika dirinya menemukan kenyataan bahwa Devanka adalah gadis yang mungkin disiapkan Tuhan untuknya, dia menyadari betapa baik dan tulusnya gadis itu, dia juga begitu kuat, kekuatan yang terbungkus dikelembutan hati, dia mampu melewati waktu waktu beratnya dengan begitu baik."Devanka, mungkin ini adalah waktunya, aku akan membawa kakek menemui ayahmu, kau akan menjadi istriku," gumam Reynold lirih. "Aku tidak pernah sejatuh cinta ini, kelembutan hatimu membuat hatiku seperti seorang tawanan, yang tidak mampu berbuat apa apa, seb
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa