Nori said "karma is real" Reynold duduk di kursi sofa ruang tengah, dengan merendamkan kaki di air hangat yang sudah dicampur dengan beberapa rempah rempah untuk menghilangkan kekakuan otot dan kelelahan kakinya. Reynold menikmati waktunya, rempah rempah ini benar benar membuat kakinya nyaman. Tangannya terlihat memegang secangkir teh jahe yang begitu hangat ketika melewati kerongkongannya.Reynold terdiam, dia menarik pikirannya ke beberapa waktu yang lalu ketika dirinya menemukan kenyataan bahwa Devanka adalah gadis yang mungkin disiapkan Tuhan untuknya, dia menyadari betapa baik dan tulusnya gadis itu, dia juga begitu kuat, kekuatan yang terbungkus dikelembutan hati, dia mampu melewati waktu waktu beratnya dengan begitu baik."Devanka, mungkin ini adalah waktunya, aku akan membawa kakek menemui ayahmu, kau akan menjadi istriku," gumam Reynold lirih. "Aku tidak pernah sejatuh cinta ini, kelembutan hatimu membuat hatiku seperti seorang tawanan, yang tidak mampu berbuat apa apa, seb
Tubuh indah MonalisaAldo sampai di apartemen Monalisa, dia terlihat berjalan gugup ke arah unit yang ditempati oleh Monalisa. Dia berjalan dengan gugup, bahkan tidak mempedulikan kanan dan kiri, yang dia pikirkan hanya bagaimana secepat mungkin sampai di tempat Monalisa.Aldo sampai di depan pintu unit yang ditempati oleh Monalisa, bertuliskan unit 121 dengan yakin Aldo mengetuk pintunya. Beberapa kali Aldo mengetuk pintu kamar Monalisa, tidak ada jawaban. Aldo mulai panik, takut ada sesuatu yang terjadi. Dengan yakin Aldo membuka pintu itu, ternyata pintu kayu berwarna putih kekuningan itu tidak dikunci, dengan sangat hati hati Aldo memasuki unit yang ditempati Monalisa. Ruangan terlihat sedikit gelap dengan lampu remang remang, Aldo segera mencari tombol lampu untuk menyalakan lampu dan menerangkan ruangan. Betapa kagetnya Aldo ketika mendapati nona Monalisa tidur di atas tempat tidur nyaris tanpa sehelai benangpun, Aldo segera menutup matanya. "Aldo? Kau kah itu?" tanya Monalisa
Saat BahagiaJam menunjukkan pukul enam tiga puluh, di kediaman keluarga Hamzah, semua sudah bersiap. Reynold terlihat tampan dengan setelan jas berwarna merah marun sedikit keemasan, membuatnya terlihat begitu mempesona."Kakek, ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Reynold pada kakek Hamzah seraya memperlihatkan penampilannya."Tidak, kau terlihat sangat tampan, warna merah melambangkan cinta dan ini sangat cocok," ucap kakek Hamzah yang juga menggunakan setelan berwarna merah marun. "Lihat ini Rey, semua sudah siap," ucap kakek Hamzah memperlihatkan beberapa barang yang akan mereka bawa. Reynold menatap semua barang itu dengan mata bulat penuh, sungguh diluar dugaan. Ada beberapa macam makanan yang dihias dengan begitu mewah, berasal dari toko kue Tan yang terkenal merupakan toko kue terenak di Jakarta, langganan para pesohor yang begitu mementingkan rasa dan kualitas.Ada dress cantik yang dihias dengan begitu indah di box warna merah yang atasnya tertutup kaca, memperlihatkan dre
Kakek Hamzah dan pak LumawiKakek Hamzah berbincang dengan pak Lumawi, terlihat begitu serius, namun juga santai karna masih terdengar tawa kecil diantara pembicaraan mereka."Pak Lumawi, saya tidak menyangka dunia begitu sempit," ucap Kakek Hamzah. Beberapa waktu lalu. Suatu sore di sebuah jalan yang padat di kota Jakarta, kakek Hamzah dan supir pribadinya bernama Tomi sedang sibuk membelah padatnya jalan Ibu kota. Kakek Hamzah hanya ingin membeli kue di toko kue Tan, sore hari di akhir minggu saatnya untuk menikmati hari."Tomi, apa tidak ada jalan lain?" tanya Kakek Hamzah yang duduk nyaman di kursi mobil alphard yang dimodifikasi dengan busa empuk supaya membuat kakek Hamzah nyaman ketika berkendara. "Di jam sibuk seperti ini tidak ada jalan yang tidak macet tuan besar, sepertinya kita harus menunggu," ucap Tomi, supir pribadi yang biasa mengantar kakek Hamzah ke manapun dia mau.Di tengah padatnya lalu lintas, kakek Hamzah melihat sebuah gedung yang bagian luarnya penuh dengan
Kemarahan MonalisaReynold rebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, hari ini sungguh begitu melelahkan namun juga hari yang membahagiakan. Pinangannya diterima, tanggal pernikahan sudah ditentukan, dua hari lagi dia akan menggandeng gadisnya sebagai seorang pengantin. Masih ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Reynold, mengenai Monalisa. Dia harus segela menyeleseikan semua itu, tidak adil bagi Devanka jika harus mendapat luka untuk hal yang bukan merupakan kisahnya, itu adalah sepenggal cerita Reynold dari masa lalu yang tidak seharusnya merusak kebahagiaan mereka. Reynold akan menyeleseikan semuanya dengan baik, berusaha untuk memberikan hal terbaik untuk Monalisa, tanpa harus menjadi wanitanya. Tawaran yang sama, yang pernah Reynold sampaikan, atau mungkin dengan tambahan yang lain, namun jika Monalisa masih saja menolak, bisa jadi Monalisa tidak akan mendapat apa apa karna murka Reynold membuatnya tidak lagi memiliki perasaan baik.***Pagi hari di kediaman keluarga Hamzah."
Kebencian MonalisaMonalisa masuk ke dalam mobilnya, beberapa kali terlihat memukul mukul setir mobil, berteriak tidak karuan, melampiaskan segala perasaan yang dirasakan.Air matanya meleleh, dia tidak bisa memungkiri betapa hatinya sakit dan hancur lebur seolah sebentar lagi akan menjadi abu. Di dalam lubuk hati terdalam, ada perasaan cinta yang begitu besar luar biasa untuk Reynold, dia tidak bisa membohongi itu, rasa yang muncul seiring waktu, lalu menetap dan tidak ingin pergi. Monalisa memacu mobilnya, dia menuju ke suatu tempat yang tidak asing lagi, tempat yang biasa dia datangi setiap kali hatinya hancur lebur dilanda kesedihan. Sebuah bar yang buka hampir dua puluh empat jam, dan itu juga merupakan tempat kerja paruh waktu Mike yang merupakan seorang bartender, juga mantan kekasih Monalisa."Monalisa?" ucap Mike ketika melihat Monalisa menghampiri meja tempatnya meracik minuman yang diketahui enak oleh pelanggannya."Mike, berikan aku dua gelas, seperti biasanya," ucap Mona
Sebuah Rencana JahatMonalisa berhenti di sebuah butik mewah, berlantai tiga dengan berbagai ornamen yang menakjubkan mata. Butik paling terkenal di Jakarta, milik perancang ternama bernama Rudy Hun. Perancang busana eksentrik bertangan dingin, banyak menghasilkan karya fantastik yang bisa dipastikan menjadi incaran publik figur dan beberapa tokoh dari kalangan atas. Monalisa menaiki tangga yang ada di depan butik, dengan hati yang berdegup kencang namun berusaha dia stabilkan sebisa mungkin. Dia tau jika butik ini adalah butik langganan keluarga Hamzah dan dia yakin, urusan busana pernikahan akan diserahan kepada perancang terkenal ini.Monalisa membuka pintu butik, pintu yang memiliki sensor canggih, mampu mendeteksi setiap orang yang masuk. "Selamat datang nona Monalisa," suara yang terdengar dari pengeras suara otomatis. Monalisa ingat dia pernah datang ke tempat ini bersama Reynold beberapa bulan lalu, untuk membeli gaun indah karna Reynold meminta untuk menemaninya ke sebuah a
Keputusan ReynoldReynold sampai di sebuah tempat, ada sesuatu yang harus dia lakukan. Dia menunggu di sebuah ruangan, begitu serius."Hey Rey, aku kaget waktu kau menelephoneku, apa yang bisa aku bantu?" tanya seseorang yang sepertinya sudah cukup mengenal Reynold. Ternyata dia adalah Romani, pemilik dealer mobil mewah yang cukup terkenal di Jakarta."Aku ingin membeli sebuah mobil," ucap Reynold singkat."Oke, mobil apa yang kau butuhkan?" tanya Romani tanpa basa basi.Reynold terdiam, sepertinya dia masih bingung dengan jenis mobil apa yang akan dibelinya."Untukmu?" tanya Romani untuk kedua kalinya."Bukan, sebenarnya untuk hadiah pernikahan," ucap Reynold."Iya aku sudah mendengarnya Rey, bahkan aku sudah menerima undangannya pagi ini," ucap Romani."Benarkah?" tanya Reynold kaget."Iya, sekretaris pribadimu yang mengantarkannya, sepertinya semuanya sudah dipersiapkan dengan baik," ucap Romani. Mendengar hal itu, Reynold terdiam, sepertinya memang semuanya sudah disiapkan sebaik
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa