Ada harapan di balik kekhawatiranMalam hari, Romani masuk ke dalam sebuah restoran Jepang, di sana sudah ada seseorang yang menunggunya, di ruangan pribadi, dengan menu istimewa."Rey," sapa Romani ketika masuk ke dalam ruangan pribadi itu."Apa kau sudah lama?" tanya Romani yang kemudian duduk di depan Reynold."Tidak, aku baru saja datang," ucap Reynold.Mereka terlihat duduk menyila, di depan meja dengan kaki pendek, lalu beberapa detik setelahnya beberapa pelayan masuk membawa berbagai menu makanan Jepang. "Aku sudah lama tidak makan makanan ini, dulu Stevani sangat menyukai makanan ini, namun tidak pernah mengajakku makan bersama, sekarang kekasihku sangat suka makan bersamaku tapi dia tidak menyukai makanan ini," ucap Romani."Apa kau bersama seseorang hanya untuk mengajaknya makan?" tanya Reynold."Bukan begitu, pasti menyenangkan jika menyukai makanan yang sama, tapi itu tidak penting," ucap Romani seraya mengambil sashimi dengan sumpit, potongan ikan segar yang terlihat me
Istirahat adalah pentingDevanka terlihat berdandan rapi, dia akan menemui seseorang sebelum mendatangi acara penting."Apa nyonya akan pergi?" tanya pengawal Nur."Ya, kau mau ikut?" tanya Devanka."Itu sudah menjadi tugas saya nyonya," ucap pengawal Nur."Kau tahu, saya dulu tidak terlalu dekat dengan pengawal yang lama, tapi sekarang saya akan berusaha untuk dekat denganmu," ucap Devanka seraya tersenyum."Dulu pengawal yang lama mengikat rambutnya seperti ekor kuda, seperti ini," ucap Devanka seraya memperagakan bentuk ekor kuda yang menancap di kepala, melengkung panjang hingga ke pinggang."Kau lebih suka rambut pendek? Aku sudah membelikanmu baju baru, jangan khawatir, sesuai dengan gaya berpakaianmu, tapi saya sedikit kurang nyaman dengan warna hitam itu, gantilah," ucap Devanla seraya menunjuk paperbag warna putih yang ada di atas meja yang ada di kamarnya."Untuk saya nyonya?" tanya pengawal Nur memastikan."Ya, bawa ke bawah, saya akan ke bawah lima menit lagi," ucap Devank
Perbincangan HangatMobil yang membawa Devanka sampai di depan lobby kantor pusat Hamzah grup. Semua orang sudah mengenalinya, ketika pengawal Nur membukakan pintu dan Devanka turun, semua yang melihat tidak luput memberi hormat. Dia adalah istri dari CEO Hamzah Grup, orang yang juga dihormati di kantor itu."Nyo-nyonya, ada perlu apa?" ucap Aldo gugup setelah mendapat telephone dari Maria yang mengabarkan kedatangan Devanka."Tu-tuan muda Reynold sedang ada meeting hingga pukul setengah dua belas, kebetulan meeting diadakan di luar kantor, apa perlu saya hubungi?" tanya Aldo."Tidak, saya datang bukan untuk menemui Reynold, oh iya kenapa kau tidak mengikutinya, menempel seperti permen karet," tanya Devanka."Permen karet? oh itu, tuan muda Reynold pergi dengan sekretaris Pete, saya menyiapkan meeting selanjutnya di sini," ucap Aldo berusaha memberi jawaban yang sekiranya Devanka harapkan."Ini masih jam sepuluh, istirahat siang masih lama," ucapnya ketika melihat jam yang melingkar d
Pengumuman tes DNA selanjutnyaSeperti babak baru, semua orang bersiap untuk mendengarkan hasil dari tes DNA yang dilakukan antara tuan Romani dan bayi kecil Monalisa. Kemungkinanya sangat besar, menurut penyelidikan, namun hasillah yang akan berbicara.Devanka dan Reynold terlihat hadir, mereka memberi dukungan Romani ataupun juga Monalisa, dua orang itu cukup mereka kenal dengan baik.Monalisa yang duduk di pinggir terlihat lemas, di temani Aldo yang beberapa hari ini menjadi pengurus semua yang dibutuhkan Monalisa. Romani bersama dengan Melodi, saling menguatkan, ini adalah hal penting dalam hubungan mereka. Mungkin akan ada anak yang tiba tiba menjadi anak biologisnya, yang tiba tiba menjadikannya seorang ayah dan akan memanggilnya ayah ketika sudah bicara nanti. Melodi pun berusaha keras menyiapkan diri, atas segala kemungkinan, ini memang berat namun tidak ada yang bisa disalahkan, tidak ada pintu belakang untuk mundur, dia hanya bisa maju dan menghadapi semuanya.Melodi terlih
Sebuah TraumaDevanka berdiri di depan pintu ruang perawatan Monalisa, dia terlihat menggenggam dagang pintu, namun terdiam, dia menarik nafas panjang, lalu melanjutkan gerakan tangannya. Dia membuka pintu ruang perawatan itu dan masuk ke dalam.Devanka melihat Monalisa menunjukkan wajah dengan ekspresi begitu hancur, bahkan lebih hancur dari pada ekspresi ketika dia mendengar hasil tes DNA Reynold dengan anaknya, hasilnya negatif, dia kecewa, sedih, namun tidak sehancur sekarang."Untuk apa kau datang? kau ingin mentertawakanku?" ucap Monalisa ketika melihat Devanka. Mendengar hal itu Devanla meminta pengawal Nur untuk keluar dan menunggunya di luar. "Kenapa kau masih saja angkuh, apa aku memiliki salah padamu, aku memiliki begitu banyak cinta untukmu, tapi kau sama sekali tidak bisa melihat itu?" ucap Devanka dengan suara yang lembut, namun semua yang dikatakannya benar benar menancap di hati Monalisa."Kau tahu, hidupku sudah hancur, dan mungkin kau begitu senang karna selama ini
PengharapanMonalisa berjalan ke sebuah pintu, dengan langkah tertatih, namun yakin, lewat pintu ini dia akan mendapatkan pertolongan. Dia sudah putus asa, namun tidak boleh ada harapan yang pupus sebelum mendapatkan hasil, karna penyesalan lebih menyakitkan dari pada kegagalan.Monalisa masuk ke dalam pintu itu."Saya ingin bertemu jaksa Putri," ucap Monalisa pada dua orang uang ada di dalam ruangan itu."Anda siapa? anda sudah membuat janji?" tanya seorang pria yang berusia sekitar empat puluh tahun yang merupakan anggota dari kejaksaan."Saya, saya orang yang membutuhkan bantuannya, dia harus membantu saya," ucap Monalosa."Silahkan masuk, duduklah, saya akan menghubungi jaksa putri, semoga dia punya waktu untuk anda," ucap pria bernama Adi itu.Monalisa menunggu dengan segala pengharapannya, di tengah keputus asaan yang sudah mulai membatu, menetap di dalam hatinya."Ada mencari saya?" tanya seorang wanita, muda, tinggi, memiliki paras rupawan, dan sepertinya cakap."Jaksa Putri?
Pidana dan PerdataDevanka terlihat berdiri di depan rumah, menunggu supir yang akan mengantarnya pergi ke suatu tempat, atau lebih tepatnya pengawal yang merangkap menjadi supir. Dia tidak bisa menahan diri hingga semua masalah ini mendapat titik temu yang nyata.Devanka meraih ponselnya dan menghubungi seseorang."Halo Aldo, kau tahu Monalisa di mana?" tanya Devanka pada Aldo ketika sambungan telephone terhubung."Nona Monalisa mendatangi kantor jaksa Putri nyonya, seperti yang sudah nyonya perkirakan, dia akan meminta bantuan hukum," ucap Aldo memberi informasi. "Baguslah, kau masih mengikutinya?" tanya Devanka."Masih nyonya, saya akan mengikutinya hingga dia kembali ke apartemen," ucap Aldo."Kau bisa mencari tahu apa yang dia lakukan di kantor kejaksaan?" tanya Devanka."Bisa nyonya, saya memiliki kenalan yang bekerja di kantor itu, orang di bagian administrasi, setidaknya saya bisa menanyakan informasi kepadanya," ucap Aldo."Baiklah, terimakasih," ucap Devanka, lalu dia menut
Cinta atau PenerimaanDi kantor pusat Hamzah grup, Reynold terlihat duduk di kursi kantornya. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran juga sedikit amarah yang terlihat begitu jelas mulai menyusup keluar dari wajahnya.Reynold meraih dagang telephone, menghubungi seseorang."Tolong ke ruangan saya," ucap Reynold pada seseorang yang di telephonenya, setelah itu Reynold meletakkan dagang telephone, dia melempar tubuhnya ke penyangga kursi. Reynold terlihat menghela nafas panjang, seperti ada sesuatu yang tertahan, di dalam hatinya yang terdalam.Beberapa menit setelah itu terdengar suara pintu diketuk, lalu muncullah sekretaris Pete dari balik pintu itu."Tuan muda memanggil saya?" ucap sekretaris Pete."Paman, apa Devanka benar benar akan mengurus wanita itu hingga akhir? apa ini tidak keterlaluan?" tanya Reynold seraya menghela nafas panjang. Sekretaris Pete terdiam, dia tahu tuan muda Reynold begitu marah namun ditahan sekuat mungkin. Setelah menikah dengan Devanka, sekretaris Pete tidak pe
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa