Cinta atau PenerimaanDi kantor pusat Hamzah grup, Reynold terlihat duduk di kursi kantornya. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran juga sedikit amarah yang terlihat begitu jelas mulai menyusup keluar dari wajahnya.Reynold meraih dagang telephone, menghubungi seseorang."Tolong ke ruangan saya," ucap Reynold pada seseorang yang di telephonenya, setelah itu Reynold meletakkan dagang telephone, dia melempar tubuhnya ke penyangga kursi. Reynold terlihat menghela nafas panjang, seperti ada sesuatu yang tertahan, di dalam hatinya yang terdalam.Beberapa menit setelah itu terdengar suara pintu diketuk, lalu muncullah sekretaris Pete dari balik pintu itu."Tuan muda memanggil saya?" ucap sekretaris Pete."Paman, apa Devanka benar benar akan mengurus wanita itu hingga akhir? apa ini tidak keterlaluan?" tanya Reynold seraya menghela nafas panjang. Sekretaris Pete terdiam, dia tahu tuan muda Reynold begitu marah namun ditahan sekuat mungkin. Setelah menikah dengan Devanka, sekretaris Pete tidak pe
One More StepMelodi berjalan masuk ke dalam kantornya, dia terlihat begitu bahagia, senyum menjadi ekspresi utama. Dia melihat Maria berdiri di samping meja resepsionis, Melodi segera menghampirinya dan menjatuhkan pelukan."Melodi," ucap Maria ketika tahu bahwa yang memeluknya adalah Melodi."Maria, Romani melamarku, dia ingin aku menjadi istrinya," ucap Melodi. Mendengar hal itu Maria melihat ke arah Melodi."Benarkah? luar biasa," ucap Maria yang kemudian turut dalam kebahagiaan bersama Melodi.Maria dan Melodi terlihat melompat lompat."Kau akan menikah Melodi, aku sangat bahagia mendengarnya," ucap Maria.Tiba tiba terlihat tuan muda Reynold, sekretaris Pete dan juga beberapa staff kantor berjalan dari arah lifh menuju ke pintu ke luar. Melodi dan Maria segera merapikan penampilannya, mereka terlihat memberi hormat.Melodi melirik ke arah Maria seraya tersenyum. Setelah gerombolan tuan muda Reynold berlalu, Melodi kembali menatap Maria."Aku akan menikah, oh, ini luar biasa," uc
Getaran HatiDi kediaman keluarga Hamzah, jam menunjukkan pukul tiga sore, Devanka terlihat duduk di meja makan. Di hadapannya sudah tersaji sepotong roti manis dengan topping keju serut yang berlimpah. Ponselnya berbunyi, Devanka melihat ke arah ponselnya."Perawat Susi," bisiknya ketika melihat nama yang terlihat di layar ponselnya. Devanka buru buru mengangkat panggilan ponselnya."Iya sus, ada apa?" tanya Devanka. Perawat Susi tersengar menjelaskan kondisinya, dia harus segera pulang, bagaimanapun caranya. Setelah mendengar penjelasan dari perawat Susi, Devanka terdiam."Baiklah, saya akan minta Aldo mengantarmu," ucap Devanka. Devanka menutup panggilan telephonenya, lalu dia segera menghubungi Aldo."Aldo, saya bisa minta tolong hari ini?" tanya Devanka."Saya minta kau mengantar sus Susi, dia harus menemui orang tuanya," pinta Devanka."Baiklah, terimkasih," ucap Devanka yang kemudian menutup sambungan telephonenya.Nori yang membawa secangkir teh hangat terlihat diam, berpiki
Penyelidikan part 1Nori terlihat mencuci sayuran, dengan kekuatan penuh, meremas seperti meremas sebuah tangan, mencengkram kuat, hingga sayuran itu terlihat tidak lagi segar."Nori, kau apakan sayuran itu? kau ingin membunuhnya?" ucap bibi Inah."Bik, ini sudah hampir satu jam lebih dan Aldo tidak juga membalas pesanku, apa dia ingin mati, dia benar benar membuatku kesal," ucap Nori."Mungkin dia aja di jalan, mana mungkin membalas pesan, sabarlah," ucap bibi Inah."Tidak bik, ini tidak seperti biasanya, dia pasti sedang berselingkuh atau telah melakukan kesalahan yang besar," ucap Nori seraya mengepalkan tangannya."Kau ini, berhentilah berpikiran negatif," ucap bibi Inah.Nori masih terlihat kesal, dia melampiaskan kekesalan itu ke sayur sawi hijau yang dicucinya. Sayuran itu kini tak lagi berbentuk, mengalami patah tulang di mana mana, dan tidak lagi terlihat menarik.Di tempat lain, Aldo terlihat membelokkan mobil ke sebuah pom bensin, sebelum menuju ke tempat pengisian bahan b
Penyelidikan Part 2Jaksa Putri masuk ke dalam ruangannya, menyambar sebotol air mineral yang ada di atas meja kerjanya. Dia segera menenggak air mineral itu, lalu menutupnya kembali. Jaksa Putri terlihat mengipas kipaskan telapak tangannya, seolah tubuhnya begitu gerah karna marah. "Apa yang dia pikirkan! berbicara seperti itu di depan jaksa wanita, hah," gumam jaksa Putri kesal."Apa dia pikir membicarakan hal macam itu sebuah kebanggaan, Hah," ucapnya lagi.Kibasan tangannya semakin cepat, sebagai penyalur rasa marah yang benar benar membakar tubuhnya."Ada apa jaksa Putri?" tanya Vitria, asisten penyidikan yang juga satu ruangan dengan jaksa Putri."Ti-tidak ada apa apa, oh iya bagaimana penyelidikannya? apa sudah selesei?" tanya jaksa Putri."Penyelidikan? oh yang tadi, baru di mulai penyidik Adi," ucap Vitria."Baiklah, sebaiknya aku menunggu di sini," ucap jaksa Putri."Baiklah, istirahat, sepertinya terlalu lelah," ucap Vitria."Apa kau melihat pria itu?" tanya jaksa Putri."
Penyelidikan Part 3Di kantor kejaksaan pusat, jaksa Putri terlihat begitu kesal karna orang ketiga yang harus dia mintai keterangan tidak hadir. Dia adalah Evo, orang ketiga yang sepertinya cukup mencurigakan. "Apa yang dia pikirkan, dia benar benar mengabaikan surat panggilan itu," ucap jaksa Putri."Aku sudah Menghubunginya berkali kali tapi dia sepertinya menghindar," ucap penyidik Adi."Besok hari minggu, kita bisa mengirimkan surat panggilan lagi di hari senin," ucap penyidik Wahyu."Ini cukup mencurigakan, apa detektif Toni sudah mendapatkan data lengkap pria ini?" tanya Jaksa Putri."Sudah, dia sudah mengirimkan email pagi ini, aku akan cetakkan," ucap penyidik Adi."Baiklah, aku tunggu di mejaku," ucap jaksa Putri.Jaksa putri yang sudah ada di ruang kerja, terlihat sibuk membaca berkas yang berisi data diri dari pria yang bernama Evo itu."Jadi dia salah satu mahasiswa di universitas Sejahtera, program beasiswa," gumam jaksa Putri."Pekerjaan paruh waktu, di minimarket dan
Malam IstimewaAldo menghentikan mobilnya di sebuah cafe mewah dan mahal. "Aldo, kita makan malam di sini?" tanya Nori ketika melihat restoran yang berada di kawasan hotel mewah. Ocean Blue, restoran mewah dengan harga selangit. Mendengar pertanyaan itu, Aldo hanya tersenyum tipis, belum memberikan jawaban apapun.Aldo dan Nori memasuki restoran, menyampaikan kepada pelayan bahwa dia sudah memesan tempat, reservasi atas nama Aldo. Pelayan menunjukkan sebuah ruangan khusus, lalu Aldo dan Nori menuju ke sana.Nori hanya terdiam, apa benar benar Aldo menyiapkan semua ini untuknya? berapa yang harus mereka bayarkan untuk acara sekali makan ini? semua pertanyaan itu mulai muncul di kepalanya. Dia tidak pernah ingin membuat Aldo berada dalam kesulitan, apalagi masalah keuangan, karna dia tahu Aldo jugaharus menanggung hidup keluarganya.Nori dan Aldo masuk ke dalam ruangan itu, mereka cukup terkejut karna ruangan itu berhiaskan bunga yang begitu indah dan istimewa. Aldo berusaha menyembuny
PenggodaCafe terlihat cukup ramai, pelanggan yang terlihat saling berpasangan memenuhi setiap meja yang ada. Jaksa Putri duduk di tempat yang di desain seperti mini bar."Ada yang bisa aku sajikan?" tanya seorang pria yang bertugas sebagai bartender.Jaksa putri terdiam, dia melihat papan nama kecil berbentuk seperti bros bulat, bertuliskan Evo. Setelah melihat itu, jaksa Putri tersenyum."Apa yang bisa kau sajikan?" tanya jaksa Putri."Semua yang terbaik," ucap Evo sembari menyuguhkan senyum menawannya, khas pria penggoda yang santun."Baiklah, berikan aku yang terbaik, aku akan membayar sesuai dengan yang aku dapatkan," ucap jaksa Putri."Baiklah, akan aku pastikan kau akan membayar mahal," ucap Evo seraya tersenyum. "Silahkan coba, berikan aku sesuai penilaianmu," ucap Evo seraya menyuguhkan gelas minuman yang berisi minuman dingin racikannya."Ini cocktail?" tanya jaksa Putri."Ya, apa kau tidak menyukainya?" tanya Evo."Tidak, aku menyukainya, aku hanya kawatir kau tidak bisa m
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa