Penghalang BesarMonalisa menyembunyikan dirinya di balik tembok, dia mendengar semua yang dokter sampaikan. Tangannya mengepal denga kuat, rasa kesal benar benar menguasainya."Devanka hamil? aku tidak akan biarkan anak itu lahir. Pewaris Hamzah grup hanya anakku, tidak ada yang lain," ucap Monalisa dalam hati, lalu dia berjalan kembali ke arah kamarnya.Devanka duduk terdiam di depan ruang unit gawat darurat, dia memegang perutnya."Ada benih kecil di dalam perutku, apa yang harus aku lakukan, apa aku harus memberi tahu Reynold, sebentar lagi dia akan melakukan tes DNA, apa aku harus menunda dulu sampai semua masalah ini selesei," ucap Devanka dalam hati."Aku sangat bahagia, akhirnya aku bisa mengandung buah cinta ini," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak, tidak boleh aku tunda, aku harus memberitahu Reynold,dia harus tahu, dia akan menjadi ayah dari anakku," ucap Devanka dalam hati."Reynold, aku hamil, aku mengandung buah cinta kita, kebahagiaan kita,"bisik Devanka dalam hatin
Penderitaan tak berkesudahanReynold melihat ke arah Devanka, wanita cantik yang dia cintai dengan segenap hatinya. Wanita itu sedang tergeletak tak berdaya, di atas tempat tidur rumah sakit, lemah dan Reynold tidak bisa melakukan apa apa untuk sedikit saja mengurangi penderitaannya.Suster terlihat mendekat ke arah reynold, dia terlihat membawa sesuatu."Tuan muda, ini milik nyonya Devanka," ucap suster itu seraya menyerahkan paperbag warna coklat yang berisi barang barang pribadi istrinya. Reynold melihat isi di dalamnya, ada tas, perhiasan, juga kotak hadiah yang rencannaya akan Devanka berikan pada Reynold. Melihat kotak hadiah itu, Reynold tergerak untuk melihatnya, ada rasa ketertarikan sejak pertama melihat, juga dorongan kuat untuk segera membukanya. Dia mengambil kotak itu dari dalam paperbag, lalu membukanya. Betapa terkejutnya dia setelah melihat apa yang ada di dalamnya, sepasang sepatu bayi, juga foto hasil USG dengan keterangan Nyonya Devanka, 26 tahun G1 P0 A0 Umur Keh
PenangkapanSekretaris Pete menerima telephone dari seseorang, terlihat begitu serius. Telephone itu adalah dari inspektur Yusuf, sepertinya adalah telephone yang sangat penting."Baik inspektur, saya akan segera memberitahu tuan muda Reynold," ucap sekretaris Pete, lalu dia menutup sambungan telephonenya.Sekretaris Pete mendekat ke arah tuan muda Reynold yang duduk di samping Devanka."Tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan," ucap sekretaris Pete."Baik paman, kita bicara di luar," ucap Reynold."Dev, aku keluar dulu," ucap Reynold."Rey, tolong panggilkan ayah," ucap Devanka."Iya, aku akan meminta ayah menemanimu," ucap Reynold.Reynold dan sekretaris Pete terlihat berbincang di luar ruangan."Tuan, tersangka yang menyebabkan Devanka jatuh dari jembatan sudah ditangkap, dia ditangkap di Batam, sekarang berada di kantor polisi pusat," ucap sekretaris Pete."Baguslah paman, aku akan segera menemuinya di sana," ucap Reynold."Tuan, ada satu lagi, tersangka yang melakukan tabrak lari
Mempersiapkan diriReynold masuk ke dalam unit perawatan Devanka, dia mencoba untuk tersenyum, seolah tidak ada apa apa yang terjadi."Dev, bagaimana, kau sudah membaik?" tanya Reynold."Iya Rey, sudah lebih baik, hanya masih terasa nyeri," ucap Devanka."Maaf kau harus mengalami banyak hal," ucap Reynold."Rey, tidak perlu minta maaf, ini bukan kesalahanmu, yang penting bayi kita baik baik saja, aku sangat bersyukur," ucap Devanka.Reynold mengelus perut Devanka, hatinya bergetar, ini seperti perasaan baru, dia bahkan tidak mengenali perasaan ini. Dulu sewaktu Monalisa hamil dan hingga melahirkan, Reynold tidak merasakan perasaan ini, walaupun dia menerima dan bersyukur untuk datangnya seorang putra.Reynold meneteskan air mata, seorang pria tinggi besar yang gagah berani, menjadi begitu rapuh di depan calon anak yang bahkan belum terbentuk."Rey," ucap Devanka lirih seraya mengelus pundak Reynold."Aku tidak menyangka, rasanya akan seperti ini," ucap Reynold. Devanka tersenyum, dia
Pengambilan sampelReynold keluar dari ruang laboratorium, dia menurunkan gulungan lengan bajunya."Tuan, apa sakit?" tanya Aldo."Ya, apa kau mau mencobanya?" tanya Reynold."Ti-tidak tuan," ucap Aldo."Aldo, kau di sini saja, tunggu sampai bayi itu diambil sampel darahnya, kau pastikan semua berjalan lancar," ucap Reynold."Baik tuan, saya akan memastikannya," ucap Aldo.Reynold berjalan menuju ke ruang perawatan Devanka."Semuanya sudah beres," ucap Reynold, mendengar itu Devanka tersenyum."Istirahatlah, kau pasti lelah," ucap Devanka."Jangan memikirkanku, pikirkan saja kesehatanmu, kau harus lekas sehat, kita akan pulang," ucap Reynold."Iya, ucap Devanka lirih.Di depan ruang laboratorium, terlihat petugas laboratorium keluar dari ruangan itu."Maaf apa anda akan mengambil sampel nona?" tanya Aldo pada petugas itu."Iya," ucap petugas laboratorium seraya tersenyum."Boleh saya menemani? saya asisten pribadi tuan muda Reynold, saya hanya ingin membantu," ucap Aldo."Baiklah," uc
Pembacaan HasilReynold membantu Devanka berbaring di kamarnya."Aku merindukan kamar ini," ucap Devanka."Kamar kita adalah ruang paling nyaman di dunia, kau selalu membersihkannya walaupun Nori membersihkannya setiap hari," ucap Reynold."Aku hanya ingin membuatmu nyaman," ucap Devanka.Terdengar suara ketukan pintu, lalu beberapa detik setelahnya Nori masuk dengan membawa secangkir teh jahe."Nyonya, ini ada teh jahe, tidak seenak buatan nyonya tapi saya yakin nyonya menyukainya," ucap Nori."Terimakasih Nori," ucap Devanka."Dev, aku harus ke kantor, kau tidak apa apa aku tinggal," ucap Reynold."Biar saya yang menemani nyonya Devanka tuan, saya akan merawat nyonya Devanka dengan sangat baik, karna nyonya Devanka sedang mengandung bayi kecil yang akan membuat rumah ini ramai," ucap Nori."Baiklah Nori, saya serahkan dia padamu," ucap Reynold, lalu dia meninggalkan kamarnya setelah memberikan kecupan di kening Devanka."Nori, kau sudah bertemu dengan Aldo?" tanya Devanka."Sudah ny
Hasil di luar dugaanDi kediaman Hamzah, Devanka sudah bersiap, dia akan menghadiri acara pembacaan hasil tes DNA antara suaminya dan juga bayi yang di duga adalah anak biologisnya dari seorang wanita lain. Devanka berusaha meneguhkan hati, dia sudah siap dengan semu resiko yang mungkin akan dia hadapi. Semua situasi yang mungkin mengoyak emosi, dia sudah siap.Kakek Hamzah sudah duduk di ruang tengah, dia terlihat begitu tegang, lalu dia meraih ponselnya."Sekretaris Pete, pastikan banyak dari Hamzah News datang untuk meliput," ucap kakek Hamzah pada sekretaris Pete, lalu dia menutup panggilan telephonenya. "Kakek sudah siap, ayo kita berangkat," ucap Devanka."Baiklah, ayo kita berangkat, apa kau benar benar kuat untuk datang?" tanya kakek Hamzah."Tidak apa apa kakek, Devanka sudah baik," ucap Devanka seraya menggandeng kakek Hamzah.Devanka dan kakek Hamzah berjalan menuju ke arah mobil, mereka akan menuju ke rumah sakit, tempat pembacaan hasil tes DNA di lakukan.Hati Devanka se
Penyelidikan Devanka part 1Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. "Kakek mau pergi golf pagi ini?" tanya Devanka pada kakek Hamzah. Kakek Hamzah sudah terlihat begitu rapi sedangkan setelan olahraganya."Ya, suasana hati kakek sedang bagus, kakek akan golf bersama ayahmu," ucap kakek Hamzah."Ayah?" tanya Devanka."Selamat pagi," teriak kakek Hamzah pada seseorang yang berjalan dari arah gerbang masuk."Ayah," ucap Devanka setelah melihat sosok yang datang."Selamat pagi kakek Hamzah, kita berangkat sekarang?" tanya tuan Lumawi."Ayah kenapa tidak memberi tahu Devanka akan datang kemari?" tanya Devanka."Aku datang untuk kakek Hamzah, bukan untukmu," ucap pak Lumawi seraya mengulaskan senyum."Ayah Devanka merasa dicurangi, Devanka juga tinggal di sini," ucap Devanka merajuk."Apa setelah hamil kau menjadi gampang ngambek seperti itu?" tanya pak Lumawi, mendengar itu kakek Hamzah tertawa."Seperti itulah wanita yang sedang hamil," ucap kakek Hamzah."Dev, ayahmu cukup jago bermain gol
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa