Berita itu akan rilisAldo terlihat keluar dari rumahnya, bersama dengan Nori."Seringlah datang, ibu akan memasakkan makanan kesukanmu," ucap ibu Aldo yang mengantar Aldo dan Nori pulang."Baik ibu, terimakasih," ucap Nori seraya memberi hormat.Nori dan Aldo berjalan menuju ke arah mobil, beberapa kali Nori terlihat melambaikan tangan ke arah ibu Aldo sebelum masuk ke dalam mobil.Nori dan Aldo terlihat melambaikan tangan, begitu juga ibu Aldo. Mobil melaju, mobil mewah Reynold yang bisa Aldo gunakan sesekali untuk urusan pribadinya dan sepertinya setelah menjadi asisten pribadi Reynold dia akan mendapat mobil pribadi. "Terimakasih," ucap Aldo pada Nori ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil."Untuk apa?" tanya Nori."Terimakasih sudah menerima orang tuaku dengan baik dan memperlakukan mereka dengan baik. Ibu terlihat sangat bahagia menerima kado darimu, kau membelikannya tas yang ingin dia miliki, kau membelikan vitamin untuk ayah juga beberapa buku bagus untuk adik adikku, teri
Ikatan Persahabatan"Sudah mulai," ucap wartawan Mimih seraya memperlihatkan layar komputernya yang menampilkan proses upload berita yang berjalan baru 5%."Aku akan menunjukkan berapa dia tidak ada artinya," gumam Mimih dalamhati:"Mimih, sepertinya aku harus mengatakan ini, aku sudah berjanji pada Melodi untuk tidak mengatakannya kepadamu, tapi sepertinya aku akan melanggar janji itu," ucap wartawan Muh serius."Tidak ada yang perlu dikatakan, akupun sedang tidak ingin mendengar apapun, sebaiknya kau simpan saja sendiri," ucap wartawan Mimih."Kau akan menyesal jika tidak mendengarnya, aku hanya butuh waktumu lima menit sebelum kau menyesal seumur hidup," ucap wartawan Muh meminta wartawan Mimih untuk mendengarkan ucapannya."Sebaiknya kau keluar," pinta wartawan Mimih. Wartawan Muh terlihat mendekatkan wajahnya kearah wartawan Mimih, berusaha tenang."Siang itu aku mendengar dua orang senior sedang berunding mengenai nasib kalian berdua, mereka akan memecat salah satunya dan membi
Cinta tetaplah cintaMelodi membuka pintu apartemennya, menekan kode pin, lalu masuk dengan perasaan lega karna bisa sampai di rumah dengan selamat, ingin segera merebahkan tubuh, lelah begitu menggelayuti tubuhnya, penat juga mengantuk.Melodi melempar tibuhnya ke atas kursi sofa. "Sudah malam, harusnya tadi mampir membeli ayam atau soup daging, hufh, lapar sekali," gumamnya yang merasakan lapar namun tubuhnya sudah terlanjur lelah untuk beranjak ke dapur, sekedar membuat makanan ringan untuk mengganjal perut."Bisa tidak manusia tidak perlu makan, aku ingin tidur juga, tapi perut dan otakku tidak sejalan, arghh," ucapnya yang kemudian dia menghentak hentakkan kaki. Tiba tiba suara bel berbunyi."Siapa yang malam malam begini berkunjung, aku sedang tidak ingin menerima tamu, aku hanya ingin tidur," ucap Melodi menggerutu.Dia tidak beranjak, kemalasan sudah menggerogotinya hingga dalam, namun suara bel pintu tidak berhenti menggema.Dengan terpaksa, Melodi menuju ke arah pintu, memb
Keputusan MendesakReynold terlihat mengendarai mobil, raut wajahnya menggambarkan amarah. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, seolah tidak mempedulikan apapun yang akan terjadi. Satu tempat yang ingin sekali dia datangi, apartemen Monalisa. Sejak berita itu dirilis, dia ingin segera menemui wanita itu, entah memarahinya, atau memakinya atau bahkan berbicara, entahlah, Reynold sedang dikuasai amarah. Tidak ada yang tahu mengenai kepergiannya, dia ingin bertemu dengan Monalisa sendiri, tanpa pihak ketiga. Sekretaris Pete dan Aldo terlihat kebingungan mencari keberadaan tuan muda mereka."Apa jangan jangan tuan muda pergi ke sana?" ucap Aldo pada sekretaris Pete."Iya, kita harus ke sana," ucap sekretaris Pete dan mereka berdua bergegas menuju ke apartemen Monalisa, tempat yang mereka tebak sebagai tujuan perjalanan Reynold.Aldo dan sekretaris Pete segera melaju dengan mobil, menuju ke tempat itu."Aku merasa gagal di hari pertama kerja paman," ucap Aldo."Kakek Hamzah berpesan, aku
Beratnya RinduPeminat berita online berspekulasi mengenai milyarder yang telah menelantarkan seorang wanita, wanita yang sedang mengandung darah dagingnya. Tidak sedikit yang menebak jika itu adalah Reynold, pewaris Hamzah grup.Beberapa Netizen bahkan memaksanya secara terang terangan untuk melakukan tes DNA, menikahi wanita itu lalu mempublikasikannya supaya semuanya nampak adil. Beberapa yang lain memandang dari sudut pandang Devanka, wanita bersahaja yang terluka akibat suami juga wanita lain."Paman, beritanya sudah menyebar dengan begitu cepatnya," ucap Aldo kepada sekretaris Pete."Ya, aku tahu itu," ucap sekretaris Pete."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Aldo."Tuan besar Hamzah sudah memiliki rencanan, sebaiknya kita mengikutinya," ucap sekretaris Pete."Aku harap bisa meredam berita miring yang beredar," ucap Aldo."Kau tidak boleh terpengaruh dengan berita itu, fokus saja dengan pekerjaanmu," ucap sekretaris Pete."Baik paman, aku hanya khawatir, tidak ingin tuan muda R
KejutanDi depan unit apartemen Melodi, berdiri seseorang dengan memakai kostum doraemon, tangannya memegang buket bunga mawar merah. Beberapa saat orang tersebut hanya berdiri, lalu memberanikan diri untuk menekan bel masuk.Di dalam unit apartemen, Melodi terlihat sibuk menyiapkan mie goreng instan yang biasa dia makan sebulan sekali, demi menjaga pola makan dan menekan berat badan, namun dia begitu menyukai mie goreng instan."Ah siapa itu, mengganggu sekali," gumam Melodi setelah mendengar bunyi bel pintu. Dengan malas Melodi bergegas menuju ke arah pintu dan membukanya.Betapa kagetnya dia setelah mendapati sosok doraemon berdiri di depan pintu masuk unit apartemennya."Si-siapa?" tanya Melodi yang seolah seketika lupa dengan mie goreng instannya. Manusia dengan kostum doraemon itu menyodorkan buket bunga."Wah, kau tahu aku sangat menyukai bunga mawar, mawar merah," gumam Melodi.Tiba tiba doraemon itu membunyikan pemutar alat musik yang dibawanya, melantunkan lagu doraemon, tid
Pemberhentian Terakhir KonglomeratMelodi bangun dari tidurnya, berjalan ke luar kamar, dia berusaha mencari keberadaan Romani, namun sepertinya dia sudah pergi. melodi melihat ada selembar kertas memo berwarna kuning di atas menja makan, bertuliskan, "makanlah sebelum pergi, izinkan aku tidur di ranajngmu lain kali."Begitulah yang tertulis di kertas itu. Melodi tersenyum, lalu membuka tudung saji berwarna abu abu, dia melihat ada nasi, telur gulung dan soup warna warni."Kau menyiapkan semua ini untukku?" gumam Melodi, lalu dia memikirkan hal yang terjadi semalam. Dia meminta Romani tidur di kursi sofa ruang tengah, dan Romani menyetujuinnya meskipun itu begitu berat. Melodi memberikan selimut dan bantal, Romani tidak bisa menolak, jika berat dia bisa pulang, tidur di tempat tidurnya sendiri yang nyaman.Di kantor, Melodi bergegas menemui Maria, sepertinya sudah tidak sabar menceritakan sesuatu yang baginya sangat penting."Ada apa?" tanya Maria yang melihat Melodi berlari ke arah
Semua Orang Sepadan"Ini tempat yang selalu ingin aku kunjungi, tapi tidak pernah terjadi karna aku tidak memiliki pasangan," ucap Romani pada Melodi setelah mereka sampai di sebuah restoran yang biasa digunakan untuk berkencan. Serba putih dan penuh dengan bunga bunga hidup."Tempat ini cantik, bukankah kau pernah memiliki istri?" ucap Melodi."Ya, dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sehingga tidak ada ruang untuk sebuah kebersamaan, sebaiknya kita tidak membahas apa yang menjadi masa laluku, akupun tidak akan menanyakan mengenai masa lalumu," ucap Romani. "Ba-baiklah," ucap Melodi."Melodi, sebaiknya aku mengatakan ini, supaya semuanya jelas, maukah kau berkencan denganku sebagai pasangan?" ucap Romani."Pa-pasangan?" tanya Melodi gugup."Ya, pasangan, jadilah kekasihku," ucap Romani."Ta-tapi," ucap Melodi terhenti."Jika suatu saat kita akan menikah, aku tidak keberatan kau mengambil seorang anak untuk kita besarkan, aku tahu kondisiku mungkin menjadi sesuatu yang berat un
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa