Seketika Jatuh CintaMelodi bertemu dengan wartawan Muh di kedai kopi biasanya, dekat kantor tempat Melodi bekerja."Apa yang kau katakan benar? kau mendapatkan buktinya?" tanya wartawan Muh."Ya, aku sudah mengatakan kepadamu, aku akan mendapatkannya lebih dulu," ucap Melodi."Bahkan aku sudah merekamnya di ponselku, tapi kita tidak bisa bersikap gegabah karna ini belum tentu mengingat kita mendapati fakta bahwa wanita itu tidak hanya tidur dengan satu orang, dua orang, bahkan sekarang kita tahu dia tidur dengan tiga orang, mungkin lebih, kita tidak tahu," lanjut Melodi."Ya, sangat mengerikan, terlalu hebat," ucap wartawan Muh."Hebat? apa maksudmu?" tanya Melodi heran."Ya, dia berhasil memikat banyak orang, tidak bisa dipungkiri dia memang cantik," ucap wartawan Muh."Ah kau ini, dia hanya cantik dari luar, kau harus mencari wanita yang cantik luar dalam untuk kau jadikan istri," ucap Melodi."Istri? kenapa membahas istri, kita sedang membicarakan wanita ini," ucap wartawan Muh."
Menebak RasaMelodi terlihat lesu, wajahnya masam, beberap kali dia menghela nafas panjang. Dia sedang duduk di kursi tunggu ruang foto copy, padahal di dalam ruangan, alat foto copy sedang tidak di gunakan."Melodi," sapa Maria yang melihat ada keanehan pada diri Melodi."Maria," ucap Melodi."Apa ada yang terjadi? kau menunggu siapa?" tanya Maria."Ah, tidak, aku sedang menyiapkan berkas untuk meeting, sudah selsei aku foto copy," ucap Melodi seraya memperlihatkan berkas yang ada di sebelah tempat duduknya."Kau tidak apa apa?" tanya Maria berusaha memastikan."Entahlah Maria, sepertinya aku sudah mulai gila," ucap Melodi."Apa ini ada hubungannya dengan tuan Romani?" tanya Maria menelisik. "Ya, dia membuatku kehilangan arah dan tujuan," ucap Melodi seraya menghela nafas panjang."Apa kau mulai ada rasa padanya?" tebak Maria."Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Melodi."Hanya menebak, sepertinya aku melihat Melodi yang tidak biasanya," ucap Maria."Kau tahu Maria, baru pertama
Keberanian"Tuan muda, presdir ingin bertemu dengan tuan muda setelah sampai di rumah," ucap sekretaris Pete memberi informasi kepada Reynold."Apa kakek sudah mengetahuinya?" tanya Reynold."Benar tuan muda, laporannya sudah masuk di kepolisan dan mereka bersiap untuk melakukan pemanggilan," ucap sekretaris Pete."Apa kakek akan memihaknya?" tanya Reynold."Mungkin jika tidak ada hubungannya dengan tuan muda Reynold, presdir akan melakukan apa saja untuk membantu tuan Domani," ucap sekretaris Pete."Ya, mereka bersahabat, kakek mungkin akan membelanya habis habisan," ucap Reynold."Kita lihat saja, setelah melihat masalahnya, apa kakek akan benar benar membelanya," lanjut Reynold.Beberapa menit lalu, terlihat kakek Hamzah menerima telephone dari seseorang yang bekerja di kepolisian, memberitahunya jika tuan Domani akan segera dipanggil karna ada laporan mengenai pelanggaran ketenagakerjaan, yang merupakan kejahatan yang bisa saja menghasilkan hukuman penjara dan denda."Apa Reynold
Ternyata Cinta"Aku harap kau bisa membantuku, kita sesama perempuan, kau pasti mengerti," ucap Monalisa."Aku hanya ingin bercerita, bukan mengeluhkan kondisiku, aku hanya ingin didengar dan dimengerti," ucap Monalisa, lalu dia menutup sambungan telephone itu. Monalisa menghapus air matanya, air mata yang palsu, lalu dia tersenyum penuh rencana jahat. Di sebrang sana, terlihat wartawan Mimih juga menutup telephonenya."Ada apa?" tanya seorang wartawan pria yang merupakan rekan kerja wartawan Mimih."Nona Monalisa menghubungiku, dia bilang ingin mengungkapkan sesuatu, apa kita akan menerbitkan ceritanya?" tanya wartawan Mimih."Terlalu beresiko, jika ceritanya membuat keluarga Hamzah tersinggung, tamat riwayat kita," ucap wartaman Nadi yang merupakan wartawan senior di tempat wartawan Mimih bekerja."Nona Monalisa menjamin apa yang akan diceritakannya tidak akan merugikan pihak lain dan kita berhak menyuntingnya," ucap wartawan Mimih."Ya, sebenarnya ini kesempatan bagus untuk menaik
Tidak bisa menolak cintaMelodi turun dari mobil Romani, dengan tubuh yang segar bugar juga wangi. Benar benar rileks, spa de luna benar benar menambahkan energinya menjadi seratus persen."Te-terimakasih," ucap Melodi pada Romani."Kau tidak memintaku mampir, untuk sekedar minum kopi atau segelas air putih?" ucap Romani, lalu dia tersenyum."Oh, hmmm, ini sudah jam sepuluh malam," ucap Melodi."Apa besok kau masuk kerja di hari sabtu?" tanya Romani."Ti-tidak, aku bekerja lima hari kerja," ucap Melodi."Tidak ada masalah kan?" tanya Romani."Ti-tidak, baiklah, kau mau mampir? aku tidak punya apa apa tapi kita bisa pesan makanan lewat aplikasi," ucap Melodi."Baiklah," ucap cepat Romani yang terlihat bergegas turun dari mobil.Melodi dan Romani sudah berada di dalam apartemen."Aku selalu suka dengan tempatmu, tapi tidak begitu hangat karna tidak ada aroma makanan di sini," ucap Romani. "Aku jarang memasak, aku hanya makan sereal setiap pagi," ucap Melodi."Wanita sibuk sepertimu pas
Menjauhi CintaMelodi terlihat berjalan menuju ke arah kantornya, tangannya sibuk memegang ponsel, begitu juga dengan matanya, tidak berhenti menatap layar ponsel itu."Kau sudah tiba di kantor?" Pesan dari Romani."Aku akan menjemputmu nanti," pesan kedua.Melodi hanya membaca pesan itu, tanpa memberikan respon."Arghh, sepertinya aku sudah hilang akal," ucap Melodi seraya menghela nafas panjang."Melodi, kenapa datang sepagi ini? kau menyeleseikan akhir pekanmu dengan baik?" tanya Maria yang tiba tiba sudah ada di sebelahnya."Maria, aku butuh cafein," ucap Melodi."Baiklah, aku akan membelikanmu kopi, masih ada lima belas menit sebelum semua orang datang," ucap Maria."Kenapa kau selalu sebaik itu," gumam Melodi, mendengar itu Maria hanya tersenyum, lalu dia membelokkan langkah ke arah kedai kopi.Melodi terlihat duduk di bangku panjang yang ada di depan kantornya. Melihat ke arah langit biru yang terlihat cerah, berhias awan putih seperti gulali."Ini," ucap Maria seraya menyodork
Rasa Simpati"Maafkan aku," ucap Melodi, mendengar itu wartawan Mimih hanya diam, masih ada kekesalan yang memuncak di dalam hatinya, kekesalan dan rasa kehilangan, seolah tidak mampu dia tafsirkan dengan sempurna."Tunggu saja berita yang akan aku rilis, semoga tidak membuatmu semakin tidak menyukaiku," ucap wartawan Mimih, lalu dia bernajak pergi dari tempat duduknya. Baru beberapa langkah, Melodi menarik lengan wartawan Mimih tanpa melihat ke arahnya."Aku tidak melarangmu untuk menulis berita apapun, sebaiknya kau juga melihat dari sisi lain, tidak hanya hatimu sendiri," ucap Melodi, mendengar itu wartawan Mimih segera melepas tangan Melodi dan melangkahkan kaki keluar dari kedai. Melodi beberapa kali menghela nafas panjang, dia tahu wartawan Mimih bukan orang sejahat itu yang akan melakukan segala sesuatu demi sebuah berita viral yang akhirnya menyakiti beberapa pihak yang penting."Aku yakin, kau tidak akan menjatuhkan diri pada hal yang akan membuatmu menyesalinya," gumam Melod
Mencari asisten pribadiTuan Domani resmi ditangkap, dia meminta orang kepercayaannya untuk menyelidi dalang di balik penangkapannya. Ada sesuatu yang dia rasa janggal, sangat tidak mungkin penduduk Jekarta yang sangat tertinggal berani melakukan gebrakan tanpa adanya dukungan.Hampir semua saluran televisi memberitakan mengenai penangkapan konglomerat Domani. Polisi menyelidiki semua unit usahanya dan menemuka fakta bahwa yang dituduhkan adalah benar. Pekerja di bawah umur, upah yang tidak diberikan sebagaimana mestinya, polisi sudah menemukan bukti.Tuan Domani dibantu beberapa pengacara hebat yang bisa saja membuatnya lepas dari jeratan hukum. Dia menggunakan kekuasaannya, juga kekuatan uangnya."Saya sudah menyelidikinya tuan, seperti yang tuan duga, tuan muda dari grup Hamzah membantu mereka," ucap sekretaris tuan Domani."Ya, aku sudah menduganya, kita jalani saja proses hukum, aku akan memikirkan rencana selanjutnya," ucap tuan Domani.Dia terlihat santai, duduk di ruang intero
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa