Devanka Dalam BahayaDevanka mulai sadar, tubuhnya terikat di sebuah kursi dengan tangan di belakang. Matanya di tutup kain dan di dalam mulutnya terdapat kain yang membuatnya kesulitan bicara bahkan bernafas. "Di mana aku," ucap Devanka dalam hati."Rey, tolong Rey, selamatkan aku," ucap Devanka di dalam hati, terdengar pilu dan dipenuhi ketakutan. Dia mulai menyadari tengah berada di situasi yang sulit, mungkin diculik, disekap atau yang lebih mengerikan lagi adalah hendak dilenyapkan.Devanka mendengar suara, lalu berusaha mencari arah suara itu, dia ingin sekali meneriaki sumber suara itu, namun mulutnya tersumpal. Devanka mulai menangis ketakutan, sungguh hatinya ciut, pikirannya tidak lagi tenang. Ada beberapa orang yang terdengar tertawa, melihat air mata Devanka yang mengalir begitu deras dan memilukan."Dia menangis.""Dia pasti ketakutan.""Itu pantas dia dapatkan, sebentar lagi dia akan mendapatkan yang lebih kejam dari ini." Itulah yang beberapa orang ucapkan, kata kata
Penyekapan Devanka Siang hari di sebuah kedai kopi, dekat perusahaan Hamzah Grup. Melodi bertemu dengan wartaman Muh, mereka terlihat sangat serius. "Ada apa Melodi, apa kau sudah setuju untuk memberiku informasi?" tanya wartawan Muh yang sudah duduk tepat di hadapan Melodi. "Aku berada di pihak mereka, tidak mungkin aku berhianat," ucap Melodi. "Lalu untuk apa kau minta aku datang, harusnya kau setuju untuk berbagi keuntungan denganku," ucap wartawan Muh. "Anak yang dikandung wanita itu bukan anak tuan muda Reynold," ucap Melodi yakin. "Kau yakin?" tanya wartawan Muh. "Wanita itu hanya menginginkan harta, jika benar anak yang dikandungnya adalah anak tuan muda Reynold dia akan berjuang untuk menemukan ayah dari anak itu, bukan sibuk mencari cara supaya hidupnya selamat," ucap Melodi. "Cukup logis, berarti anak itu adalah anak dari pria yang bernama Mike," tebal wartawan Muh. "Tidak juga, aku yakin wanita itu menyembunyikan sesuatu, itulah kenapa aku ingin bertemu denganmu," u
PertolonganDi dalam gudang besar itu.Devanka terus menangis, namun tidak bisa berbuat apa apa, hingga akhirnya Berto meminta anak buahnya untuk berhenti memukuli Reynold dan membawanya masuk ke dalam gudang. "Rey, apa yang mereka lakukan kepadamu," bisik Devanka ketika melihat Reynold di seret masuk ke dalam gedung.Sekujur tubuhnya penuh luka dan beberapa titik mengeluarkan darah, sungguh itu adalah pemandangan paling menyakitkan bagi Devanka. "Dev," bisik Reynold setelah melihat istrinya."Berto! kenapa kau sekejam itu, kelewatan. Apa yang kami perbuat terhadapmu, tidak ada, semua masalah karna dirimu sendiri," ucap Devanka."Kau tidak sadar juga, hal ini terjadi karna dirimu. Aku jatuh cinta kepadamu dan kau hanya perlu menerima, meninggalkannya dan semua selesei," ucap Berto."Itu tidak akan terjadi, tidak akan pernah," ucap Devanka yakin."Baiklah, bagaimana jika aku melenyapkannya?" ucap Berto."Kau tak akan bernyali," ucap Devanka."Kau menantangku?" tanya Berto."Tidak, ak
Tidak akan melepaskanmuDi dalam Helikopter, Reynold mendekap erat Devanka, seolah tidak ingin melepaskannya sedetikpun. Kondisi Devanka yang belum sadar sangat membuat Reynold khawatir, dia tidak ingin kehilangan Devanka, bahkan membayangkannyapun dia tidak sanggup. Devanka segera mendapat pertolongan, di rumah sakit Jakarta, pusat pengobatan terbaik di kota ini. Dengan sabar Reynold yang sudah membersihkan diri dan berganti pakaian menunggu Devanka di depan kaca besar yang menghubungkan antara dirinya dan Devanka. Reynold sudah tampil seperti semula, dengan pakaian mahal miliknya, wajah bersinar dan rambut rapi meski belum mendapatkan sentuhan gunting selama hampir tiga pekan.Dengan sabar Reynold menunggu Devanka sadar, berharap tidak akan melewatkan waktu sedetikpun, karna dia yakin dialah yang akan Devanka cari setelah sadar."Rey, istirahatlah, kau juga butuh istirahat," ucap kakek Hamzah yang setia menemani Reynold di rumah sakit."Sebaiknya tuan muda istirahat," ucap sekreta
Genggaman HatiDi sebuah ruangan kecil, sedikit gelap, dua polisi korup dari kota Jekarta itu di introgasi oleh kepala kepolian pusat kota Jekarta."Tentu tidak menyenangkan kita berada di sini sekarang," ucap kepala kepolisian."Di dunia ini ada dua tipe orang, yang pertama memiliki kekuasaan, yang kedua memiliki segalanya, kebetulan dia adalah tipe yang kedua dan bisa menggerakkan yang pertama," ucap kepala kepolisian."Seharusnya kalian bisa lebih baik!" lanjut kepala kepolisian seraya berteriak. Itu membuat dua polisi korup kaget dan sedikit mengguratkan perasaan takut yang tergambar jelas di wajahnya."Kalian tahu, inspektur Yusuf mendapatkan penghargaanya lagi hari ini, karna berhasil menemukan konglomerat itu. Apa yang kalian dapat? kalian justru mendapatkan hal seperti ini. Jika kalian bisa lebih baik, sayapun akan mendapatkan kebaikan itu. Kalian sungguh tidak beruntung dan juga mengecewakanku," ucap kepala kepolisian."Ka-kami tidak tahu jika dia dari keluarga kaya," ucap sa
Hasil Tes DNADevanka menggerakkan tangannya, lalu pelan pelan membuka mata. Perawat berlari memanggil dokter untuk melihat kondisi pasien yang sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari tiga puluh jam."Dokter, nyonya Devanka sudah sadar," ucap salah seorang perawat pada seorang dokter di ruangannya."Saya segera ke sana," ucap dokter yang bergegas berjalan menuju ke arah ruang ICU di mana Devanka dirawat.Dokter sudah berada di ruangan, memeriksa kondisi Devanka, dan memberi pernyataan bahwa Devanka sudah sadar dan kondisinya baik."Segera beritahukan kepada tuan muda dan keluarganya," pinta dokter."Baik dokter, saya akan segera memberi tahu mereka," ucap perawat.Di luar ruangan terlihat Reynold belum beranjak dari posisi berdirinya, dia melihat dokter dan perawat dengan cekatan memeriksa Devanka, sepertinya ada sesuatu yang penting, mungkin saja Devanka sudah sadarkan diri. Wajah Reynold terlihat penuh harap, tidak ingin membuat hatinya kecewa, namun dia yakin dengan ekspresi ya
Genggaman Tangan"Semua orang sudah melihatmu, kau tidak bisa lagi memintaku pergi," ucap Reynold seraya menggenggam tangan Devanka."Ka-kau harus mandi," ucap Devanka lirih seryaa tersenyum."Ma-mandi?" tanya Reynold seraya menatap dalam ke arah Devanka.Aku memang belum mandi, tapi setidaknya kau tahan ucapanmu itu," ucap Reynold sedikit merajuk. Devanka melihat kenarah Reynold, menatapnya dalam dalam, lalu mengulaskan sedikit semyum."Pulanglah, istirahat dan makan dengan baik," ucap Devanka."Ti-tidak Dev, aku akan berada di sini, sampai kondisimu benar benar pulih," ucapn Reynold."Tidak, kau harus pulang," ucap Devanka."Kau mengusirku?" ucap Reynold dengan pandangan kesal."Mengusirmu? bahkan jika aku mengusirmupun kau akan menempel kepadaku," ucap Devanka seraya tersenyum."Kata perawat, kau tidak beranjak dari posisi berdirimu sejak aku datang hingga sadar, apa ada kompetisi untuk berdiri?" lanjut Devanka."Itu karna aku tidak ingin menjadi yang kedua ketika melihatmu sadar,"
Menyapu AwanSiang itu, Melodi terlihat bersama wartawan Muh di sebuah kedai kopi dekat kantornya bekerja, ini bukan pertemuan mereka yang pertama, mereka sedang merencanakan sesuatu yang besar, yang akan menguak kenyataan apa yang sebenarnya tersimpan."Wartaman Muh, kau tadi bilang ada hal penting, apa itu?" tanya Melodi."Kau pasti tidak percaya dengan apa yang aku dapatkan, ini semua di luar digaan kita," ucap wartawan Muh."Apa yang kau maksudkan?" tanya Melodi penasaran."Kau tahu bukan, sejak tuan muda Reynold dan istrinya menghilang, aku terus berusaha mengumpulkan fakta, aku berhasil mengambil beberapa gambar nona Monalisa dengan beberapa orang yang mencurigakan," ucap wartawan Mum memberi penjelasan."Benarkah? itu bagus sekali, kita bisa menyelidiki mereka satu per satu," ucap Melodi dengan yakin.Wartawan Muh terlihat mengamati orang di sekelilingnya, dia tidak ingin ada seseorang yang memahami apa yang sedang mereka bicarakan."Ini, kau kenal pria ini?" tanya wartawan Muh
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa