Bab 164Penyelidikan Melodi"Baiklah, aku akan coba mencari sendiri," ucap Melodi yang sibuk mencari informasi dari komputer canggih yang ada di mejanya. Dia menjadi dari mesin pencari yang tahu segalanya, mengetik nama Domani, beberapa kali mencari yang cocok, merubah kata kunci, hingga dia menemukan yang dia rasa cocok. Pemilik dealer terbesar di Jakarta, pengoleksi mobil mobil mewah, yang memiliki banyak koneksi di kalangan atas, Romani Mahendra Putra. "Gadis itu berhubungan dengan Romani dan Domani, sangat mengesankan, nama yang hampir sama dan ternyata mereka masih memiliki ikatan sodara," bisik Melodi."Apa mungkin presdir Domani yang sudah berumur itu memiliki hubungan khusus dengan Monalisa? sepertinya berhubungan dengan tuan Romani akan lebih mungkin, mereka masih sama sama muda, tapi Monalisa bisa saja berhubungan dengan keduanya, ah wanita itu benar benar membuatku pusing, dia sudah mendapat gunung emas seperti tuan muda Reynold, tapi masih mencari gunung yang lain, seraka
Pelukan Hangat"Ke mana tengah malam begini tuan muda Reynold pergi, apa kita harus melapor pada tuan besar Hamzah?" tanya satpam satu."Tuan besar Hamzah pasti sedang istirahat, kita tidak bisa menganggunya dengan hal seperti ini," ucap satpam dua."Tapi kau ingat apa yang sekretaris Pete katakan, semua hal yang terjadi di rumah ini harus kita laporkan padanya, siapa saja yanh datang dan segala hal mencurigakan, kau tau bukan, pelaku penyerangan nyonya Devanka belum di temukan, itu membuatku khawatir," ucap satpam dua."Iya, seharusnya tuan muda Reynold membawa pengawal seperti bos besar lainnya, mereka berjalan dengan gagah dan di belakangnya selalu ada beberapa pengawal berpakaian serba hitam dan tinggi besar, seharusnya bos kita juga begitu," ucap satpam satu."Kau tau sendiri, tuan muda Reynold tidak pernah mau menggunakan pengawal, dia hanya pergi dengan Aldo dan sekretaris Pete, padahal dia bisa menyewa puluhan pengawal untuk membuatnya aman,"ucap satpam dua."Sudahlah, kau li
Menyibak Misteri"Paman," sapa Reynold ketika mendapati sekretaris Pete masuk ke dalam ruang kerjanya."Tuan muda, senang sekali melihat tuan muda sudah berada di kantor," ucap sekretaris Pete."Bagaimana paman, sudah ada kabar dari inspektur Yusuf, apa pelakunya sudah tertangkap?" tanya Reynold."Identitas pemilik motor sudah diketahui dan tersangka diperkirakan melarikan diri ke Batam, namun menurut inspektur Yusuf, orang itu hanyalah orang baharan," ucap sekretaris Pete. Reynold terlihat diam, ada sesuatu yang dia pikirkan dengan pemahaman yang mendalam."Paman, justru aku sangat khawatir, aku harus tahu siapa musuhku sebenarnya, berusahalah sebaik mungkin," pinta Reynold."Tuan muda tenang saja, saya akan berusaha sebaik mungkin, sebentar lagi kita akan mengerahui apa yang sebenarnya terjadi," ucap sekretaris Pete.Reynold terlihat cukup cemas, pelaku yang menyerang Devanka di jembatan belum ditemukan, bisa saja dia sedang merencanakan sesuatu yang lebih mengerikan."Paman, cari p
Hanya Orang KayaSekretaris Pete terlihat berdiri di depan sebuah hotel mewah, hotel bintang lima, hotel Graha yang biasa di gunakan Reynold untuk meeting di luar property milik Hamzah Grup."Tuan muda," sapa sekretaris Pete setelah Reynold turun dari mobil."Paman, apa semuanya sudah siap?" tanya Reynold."Sudah tuan muda, presdir Domani sudah ada di ruang meeting," ucap sekretaris Pete memberikan informasi."Baiklah paman," ucap Reynold seraya menghela nafas panjang pendek namun terlihat sebagai isyarat ketidak nyamanannya."Meeting ini cukup penting tuan muda, semoga semua berjalan dengan baik," ucap sekretaris Pete yang berusaha memberikan pesan pada Reynold. Reynold dan presdir Domani sudah saking kenal sejak lama, namun seperti yang diceritakan sebelumnya, hubungan mereka kurang baik apalagi harmonis.Reynold masuk ke dalam ruang meeting, di sana sudah ada presdir Domani dan juga dua orang pengikutnya, sekretaris pribadi dan pengawal pribadi."Reynold, senang akhirnya bisa meli
Keinginan Terselubung"Nyonya, ada tamu yang ingin mengunjungi anda," ucap perawat pada Devanka memberikan informasi."Siapa sus?" tanya Devanka."Namanya Monalisa," ucap perawat."Monalisa," bisik Devanka lirih. Dia terdiam, berpikir haruskah dia memberi izin Monalisa masuk."Bagaimana nyonya, memperbolehkan masuk?" tanya perawat."Oh iya sus, tidak apa apa, persilahkan dia masuk," ucap Devanka.Devanka terlihat sedikit tegang, ada rasa canggung untuk bertemu dengan Monalisa setelah semua peristiwa yang dia alami. "Kau dijaga begitu ketat, menemuimu saja sangat sulit," ucap Monalisa setelah masuk ke dalam ruang perawatan Devanka."Untuk apa kau datang?" tanya Devanka."Dev, kenapa keras begitu, aku ingin melihat keadaanmu dan aku khawatir, aku selalu berdoa supaya kau selalu baik baik saja," ucap Monalisa."Kau tahu, semua ini terjadi karna kau dan aku tahu orang itu mungkin orang yang kau suruh," ucap Devanka."Dev, teganya kau menuduhku seperti itu, aku tidak akan tega melakukan h
Mencuri Hati"Aku akan bertemu dengan tuan Romani malam ini, di club golf, Gurun Hijau," ucap Melodi pada Maria ketika bereka berdua sedang berada di kedai kopi selepas pulang dari kantor."Untuk apa? aku memberikan semua informasi itu bukan untuk menjerumuskanmu, kau tahu dia orang seperti apa," ucap Maria."Ya, menarik perhatian seorang buaya darat akan jauh lebih mudah, aku akan membuat dia terkesan, tertarik kepadaku, lalu aku akan meminta dia memgkui bahwa anak yang dikandung Monalisa adalah anaknya," ucap Melodi."Melodi, tapi kau sendiri belum yakin kan, bisa saja analisa kita salah," ucap Maria."Salah bagaimana?" tanya Melodi."Mungkin saja memang bukan Romani ayah dari anak yang dikandung Monalisa," ucap Maria."Apa yang membuatmu yakin?" tanya Maria."Itu yang akan aku lakukan, mencari bukti, tapi tidak salah juga kecurigaanku mengarah padanya. Kau masih ingat wartawan Muh?" ucap Melodi."Ya, dia beberapa kali mewawancariku di kantor," ucap Maria."Nah iya, dia yang memberi
Melodi terjebak dalam rencananya sendiriMonalisa menginjakkan kaki di kantor utama Hamzah Grup, dengan sigap di tarik oleh Maria."Nona, sebaiknya nona pergi dari sini," ucap Maria."Maria, apa yang kau lakukan?" tanya Monalisa setelah menyadari situasinya."Jangan sampai ada yang membuat gosip mengenai skandal tuan muda Reynold, saya minta dengan sangat nona meninggalkan kantor ini," ucap Maria."Apa kau sepeduli itu dengan Reynold? Hah, siapa kau berani beraninya menyuruhku pergi," ucap Monalisa ketus."I-ini, i-ini perintah dari tuan muda Reynold, lagipula tuan muda Reynold tidak sedang di tempat, dia sedang menghabiskan waktu bersama istrinya yang baru saja pulang dari rumah sakit," ucap Maria."Apa? kau ingin membuatku cemburu ya?" tanya Maria kesal."Ah bu-bukan begitu nona, saya hanya menyampaikan fakta, sebaiknya nona pergi karna tuan muda Reynold akan sangat marah jika mengetahui kehadiran nona di kantor ini," ucap Maria."Jangan sampai ada gosip skandal yang membuat tuan mu
Terpesona"Rey, temui dia," ucap Devanka ketika mengantar Reynold masuk ke dalam mobil untuk menuju ke kantor. Reynold hanya mengangguk kecil, lalu dia mengecup dahi Devanka.Reynold masuk ke dalam mobil, di dalam mobil dia terlihat menghela nafas panjang. Devanka melambaikan tangan ke arah Reynold, lalu mobil melaju pergi. Tangan Devanka yang menggenggam ponsel dikagetkan oleh pesan yang masuk, berdering dan bergetar."Oh, apa ini," bisik Devanka, lalu dia membaca pesan itu sembari masuk ke dalam rumah.Di kantor, Melodi terlihat sedikit kurang tidur, wajahnya tidak ceria karna sepertinya kelelahan. "Ini," sapa Maria seraya menyodorkan segelas kopi."Terimakasih, aku sangat membutuhkannya," ucap Melodi seraya menerima kopi itu."Macchiato dengan ekstra milk, terimakasih kau mengingat kopi yang aku sukai," ucap Melodi, mendengar hal itu Maria tersenyum."Apa kau menyukaiku? kau benar benar mengingat setiap detail dengan baik," goda Melodi."Kau ini," ucap Maria seraya berdecak."Oh
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa