Kekhawatiran ReynoldSekretaris Pete sampai di kantor Reynold, tepat pukul dua siang. "Paman sudah kembali?" tanya Reynold ketika melihat sekretaris Pete masuk ke dalam ruangannya."I-iya tuan muda," ucap sekretaris Pete gugup."Sebenarnya paman dari mana?" telisik Reynold."Da-dari, dari," ucap sekretaris Pete sedikit gugup, lalu terlihat sekretaris Pete menghela nafas panjang."Tuan muda, sebenarnya saya tadi mengantar Devanka bertemu dengan nona Monalisa," ucap sekretaris Pete dengan hati hati. "Apa?" ucap Reynold kaget."Lalu, bagaimana hasilnya paman?" tanya Reynold."Mereka memiliki cerita di masa lalu, tuan muda bisa menanyakannya pada Devanka secara langsung," ucap sekretaris Pete. Di wajah Reynold tergurat kekhawatiran, memikirkan apa yang baru saja sekretaris Pete sampaikan. "Paman, aku harus pulang sekarang dan menemui Devanka, tolong paman hubungi Aldo untuk segera menyiapkan mobil," ucap Reynold gugup."Baik tuan muda," ucap sekretaris Pete.Reynold terlihat berjalan
Butterfly Night Bar Orang suruhan 1 : Tomi Orang suruhan 2 : John "Tomi, kau sudah bersiap, jangan sampai gagal," ucap John dari ponselnya pada seseorang bernama Tomi. John terlihat sibuk mengamati layar laptopnya, memperlihatkan video langsung tangkapan kamera dari seseorang yang tengah berjalan memasuki sebuah bar. Jam menunjukkan pukul 22.00, kondisi bar cukup ramai, Tomi sudah mempersiapkan semua strategi, dia akan menemui seseorang bernama Miki atau alias Mike, dia memiliki dua nama itu. "Semua aman, aku akan mendapatkan semuanya," ucap Tomi pada Jhon sebelum dia menutup panggilan telephonenya. "Hai Tomi, lama kau tidak datang, bagaimana kabarmu," ucap seseorang setelah melihat Tomi masuk ke dalam bar. "Hai, iya, aku sibuk dengan pekerjaanku," ucap Tomi. "Kau tau di mana aku bisa menemui Mike, atau Miki, entahlah aku hanya mengetahui nama itu," lanjut Tomi. "Oh iya Mike, kau pasti menyukai minuman buatannya," ucap pria itu, yang merupakan teman lama Tomi. "Ya, benar s
Langkah Cepat Monalisa Pagi hari yang cerah. Monalisa duduk di tempat tidur kamarnya, dengan memakai baju tidur tipis dan cukup terbuka. Dia terlihat mengelus perutnya, menyadari adanya sosok calon seorang manusia kecil yang akan terlahir ke dunia, dia akan menjadi seorang ibu, dia akan memiliki seorang buah hati, itu membuatnya bahagia namun juga sedih. "Aku tidak akan membiarkanmu lahir tanpa ayah, atau bahkan memiliki ayah yang buruk, kau akan memiliki ayah terbaik," ucap Monalisa pada anak yang ada di kandungannya. Dia menarik pikiran ke waktu yang lalu, dimana dia mendapati ayahnya sering memukuli ibunya tanpa sebab yang jelas, sering membentak ibunya untuk hal hal sederhana yang tidak harus dibesarkan, namun ibunya dengan setia tetap mencintai dan menjalankan semua kewajibannya. Betapa sang ibu sangat mencintai ayahnya, bahkan tidak ingin sang suami mendapat hukuman yang setimpal mana kala telah melukai putrinya begitu dalam. Tiba tiba air mata Monalisa meleleh, hatinya beg
Genggaman Tangan MonalisaDokter terlihat keluar dari ruang Unit Gawat Darurat. Menghampiri Reynold dan juga Aldo yang diamggap sebagai keluarga pasien karna merekalah yang mengantar Monalisa."Tuan Reynold," ucap dokter wanita yang baru saja keluar dari ruang UGD."I-iya dok, bagaimana dengan kondisinya?" ucap Reynold seraya mendekat ke arah sang dokter."Tuan, mungkin kita bisa bicara sebentar di kantor saya," ucap dokter."Apa sangat penting dok?" tanya Reynold."Ini mengenai pasien tuan," ucap dokter itu."Baiklah dok," ucap Reynold seraya mengikuti langkah dokter yang masih terlihat muda itu, menuju ke ruangan yang merupakan ruang prakteknya."Silahkan duduk tuan," ucap dokter."Baik dok, terimakasih," ucap Reynold yang terlihat bersiap untuk duduk. "Tuan, saya ingin menyampaikan kondisi nona Monalisa, ini mengenai kehamilannya," ucap dokter terdengar mulai membuka pembicaraan."Ada apa dok?" tanya Reynold mulai penasaran."Kehamilan nona Monalisa masih sangat muda, kondisi kese
Ambisi Monalisa Melodi membawa empat kantong belanjaan yang tadi diminta oleh sekretaris Pete, dibantu oleh supir kantor, pak Narto. Dengan hati hati dia meletakkan dua kantong besar belanjaannya di depan pintu apartemen, seperti perintah sekretaris Pete. "Terimakasih pak Narto, pak Narto bisa kembali ke mobil dan menunggu saya turun," pinta Melodi. "Tidak perlu saya bantu membawa masuk semua belanjanya nona?" tanya pak Narto. "Ah tidak usah pak, nanti saya bisa sendiri," ucap Melodi. "Baiklah nona, saya turun dulu, kalau ada apa apa nona bisa hubungi saya," ucap pak Narto. Melodi terlihat menghela nafas panjang, dan bersiap untuk mengetuk pintu apartemen. Dia sudah mengetahui jika pemilik apartemen itu adalah Monalisa, yang dulu sangat sering sekali mengunjungi tuan muda Reynold di kantor dan bermesraan, bahkan pernah beberapa kali tertangkap mata olehnya. "Aku harus menemui wanita itu," bisik Melodi, lalu dia mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali. "Tok, tok, tok," Beberapa
Kemunculan MonalisaMonalisa berdiri di depan gerbang rumah besar yang sudah tidak asing lagi, iya, rumah keluarga Hamzah. Dia tidak sendiri, dia bersama dua koper besar dan empat kantong besar belanjaan, diantar taxi online, tepat di depan pintu gerbang, tanpa janji bertemu dengan siapapun, hanya bermodal keberanian."Nona, ada apa datang ke mari?" tanya salah satu satpam."Tolong buka gerbangnya," pinta Monalisa."Maaf nona, saya tidak bisa membuka gerbang untuk sembarang orang, maafkan saya," ucap satpam itu."Sembarang orang kau bilang? cepat buka, cepat," ucap Monalisa dengan intonasi yang tegas. "Maaf nona," ucap satpam yang tidak bergeming sedikitpun.Monalisa terlihat menghela nafas panjang."Baiklah, beritahu Devanka aku ada di sini,"pinta Monalisa."Nyo-nyonya muda Devanka?" tanya satpam memastikan."Iya, nyonya mudamu yang sebentar lagi tidak menjadi nyonya mudamu," ucap lirih Monalisa dengan wajah kesal."Apa nona bilang?" tanya satpam."Tidak apa apa, cepat beritahu Dev
Gejolak Hati ReynoldPerdebatan Emosi dan kegelisahan DevankaSekretaris Pete terlihat duduk di hadapan Reynold yang masih begitu sibuk dengan pekerjaannya. "Iya paman ada apa? ada hal yang harus aku kerjakan?" tanya Reynold tanpa melihat ke arah sekretaris Pete karna dia begitu sibuk dengan pekerjaannya."Tu-tuan muda, ada hal penting yang harus saya sampaikan," ucap sekretaris Pete dengan begitu serius."Ada apa paman?" tanya Reynold yang masih belum menghentikan tangannya membuka buka lembar file dan sesekali membacanya."Tu-tuan muda, Monalisa mendatangi kediaman keluarga Hamzah," ucap sekretaris Pete."Apa?" ucap Reynold terkaget, seketika dia menghentikan kesibukan tangannya. "Paman tau dari mana?" tanya Reynold."Tadi Devanka menghubungi saya, Devanka tidak ingin membuat tuan muda khawatir sehingga meminta saya untuk menyampaikannya pada tuan muda," penjelasan sekretaris Pete."Paman, apa yang diinginkan wanita itu, aku harus bagaimana paman? bagaimna dengan kakek?" ucap Reyn
Bab 127Sesak di Dada DevankaNori terlihat memberikan secangkir susu kehamilan hangat untuk Monalisa dan juga segelas air hangat."Ini nona," ucap Nori seraya meletakkannya di atas meja dekat tempat tidur Monalisa."Te-terimakasih Nori, bisakah kau bantu aku duduk," ucap Monalisa."Baiklah nona," ucap Nori yang kemudian dengan sigap membantu Monalisa duduk."Tolong bantu aku minum," ucap Monalisa lagi, kemudian Nori mengambil segelas susu hangat dan membantu Monalisa minum. Ketika minum, Monalisa terlihat batuk, sedikit tersedak."Nori, biar aku saja," ucap Reynold yang sedari tadi berdiri bersama Devanka di dekat pintu kamar.Melihat respon itu, Monalisa tersenyum, namun menyembunyikan senyum itu.Reynold berjalan mendekat ke arah Monalisa, meraih gelas yang di bawa Nori, lalu membantunya minum. Monalisa tidak lantas membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, Monalisa memegang tangan Reynold yang mengarahkan gelas ke mulutnya. Monalisa melempar sedikit senyum, berusaha menampilk
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa