“Abang panggil aku ada apa? Apa abang perlu bantuanku?” Tanya Kinan.“sini duduk dek,” Arsen meminta Kinan untuk duduk di sampingnya.“Dek, aku mau besok kita pindah dari apartemen ini,” ucapnya yang menatap Kinan.“Memangnya kenapa bang? Kok kita harus pindah?” Tanya Kinan.Arsen menjelaskan alasan dia mengajak Kinan pindah, ini semua demi kebaikan untuknya. Dia nggak mau kalau sampai musuhnya mencelakai Kinan dan calon anaknya kelak. Jadi dia berinisiatif untuk pindah rumah. Dia nggak mau terjadi sesuatu pada Kinan yang saat ini sedang hamil besar.“Bagaimana menurutmu dek? Apa kita harus pindah dari sini?” Tanya Arsen.“Kalau aku sih ngikut kata abang saja. Gimana baiknya,” ujar Kinan pada Arsen.“Baiklah jika kamu mau ya secepatnya kita pindah ya,” ujarnya pada Kinan.Tok tok tok!“Siapa yang datang?” Tanya Arsen.“Entahlah bang. Biar aku buka dulu,” ucap Kinan yang akan berdiri membuka pintu.“Biar aku saja yang buka dek. Kamu duduk saja,” Arsen meminta Kinan untuk duduk di tempa
Kinan dan Arsen saat ini sudah pindah dari apartemen. Mereka saat ini menempati rumah yang Arsen beli sendiri. Saat ini, Bella sudah bisa menerima Kinan sebagai calon menantunya.“Aw …. Tolong kenapa perutku kok mulas sekali!” Ucap Kinan yang merasakan kontraksi pada perutnya.“Ya Allah, kamu kenapa nak?” Nenek melihat Tantri yang sedang kesakitan.“Perutku sakit sekali nek. Tolong aku nek,” ujar Kinan pada Nenek.“Nak Arsen tolong!” Teriak nenek.Arsen yang masih berada di kamar langsung bangun. Dia keluar dari kamar dan mendapati Kinan yang memegang perut karena, sakit. Sedangkan nenek mengusap punggung Kinan.“Ada apa dengan Kinan nek?” Tanya Arsen.“Sepertinya Kinan akan melahirkan nak,” ujar nenek memberitahu Arsen.Arsen langsung menggendong Kinan menuju ke luar rumah. Dia meminta nenek untuk mengunci pintu. Sedangkan Arsen melihat Ricky yang baru tiba di depan rumah langsung memintanya untuk mengantar mereka ke Rumah sakit.“Ayo Ricky kita jalan,” ujar Arsen pada Ricky.“Siap b
“Tunggu sebentar! Saya tidak setuju jika Arsen menikah dengan Kinan!” Ucap seorang wanita yang ada di depan pintu kamar.Semua mata tertuju pada suara orang yang berdiri di depan pintu. Disana berdiri wanita yang bertubuh langsing nan cantik. Tidak lain adalah Jesika.“Mau apa lagi kamu datang kesini!” Teriak Arsen pada Jesika.“Aku mau menagih janji om dan tante,” ujar Jesika.“Janji apa Jesika? Om dan Tante nggak pernah membuat janji denganmu?” Ucap Bella pada Jesika.“Tante dan Om pernah bilang padaku, jika Arsen dan aku akan bersatu dalam ikatan perkawinan. Tapi kenapa sekarang Tante dan Om malah melupakan janji tersebut?” Jesika merasa jika kedua orang tua Arsen hanya menipu dirinya saja.“Kalau untuk masalah itu Tante dan Om minta maaf jika perjodohan mu dengan Arsen tidak bisa di lanjutkan. Itu karena, Arsen lebih mencintai Kinan dari pada kamu Jesika. Tante mohon lupakan Arsen ya, tante yakin di luar sana kamu dapat menemukan laki-laki yang lebih baik dari Arsen,” Bella membe
[Halo Bos, saya sudah mendapatkan alamat tempat tinggal mereka. Ternyata Arsen sengaja berpindah rumah. Ada satu hal lagi yang harus Bos tahu, Kinan sudah melahirkan bayi kembar laki-laki. Mereka ternyata belum menikah Bos][Apa! Jadi selama ini Arsen dan Kinan belum menikah! Bagaimana mungkin Kinan hamil tanpa seorang suami? Wah ini berita bagus. Aku mau kalian culik salah satu bayi mereka. Saya mau mereka merasakan kesedihan yang luar biasa. Ha ha ha][Baik Bos. Akan saya laksanakan]Panggilan telepon di matikan. Orang tersebut masih mengintai di balik kamar ruang rawat inap. Dia mengamati setiap gerak- gerik orang yang datang dan keluar dari ruang rawat inap. Selesai mengintai dia langsung pergi meninggalkan Rumah sakit.“Sayang, aku akan meminta anak buahku untuk menjaga kalian disini selama 24 jam,” ujar Arsen pada Kinan.“Nggak usah Bang. Udah seperti istri pejabat saja di jaga selama 24 jam,” Kinan merasa Arsen terlalu khawatir padanya dan pada si kembar.“Kamu itu calon istri
Setelah pulang dari rumah sakit, Arsen dan Kinan akan mengadakan acara pernikahan. Nenek memberitahu Kinan untuk meminta restu ayah kandungnya. Kinan pun mengikuti apa yang nenek ucapkan. Dia diantar nenek dan sopir pribadi menuju ke rumah orang tuanya. Bertepatan dengan Pak Rudi sedang berada di rumah.Tok tok tok!“Assalamualaikum,” ujar Kinan dan nenek.“Waalaikumsalam,” terdengar suara seorang wanita yang menjawab salam Kinan.Pintu pun terbuka dan terlihat jelas seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri didepan pintu. Dia melihat ke arah Kinan dengan tatapan tajam. Tidak lama dia memarahi Kinan.“Mau apa lagi kamu datang kesini hah!” Ucapnya dengan nada suara tinggi.“A-aku mau bertemu dengan ayah,” jawab Kinan dengan terbata-bata.“Mau apa kamu menemui mas Rudi, Hah!” Ucapnya yang mendorong Kinan.“Hey kamu siapa! Kenapa kamu kasar sekali!” Ujar nenek.“Seharusnya saya yang tanya kamu siapa nenek tua!” Bentaknya pada nenek.“Cukup Bu! Aku kesini mau bertemu dengan Bapak! Jan
Hari yang dinantikan oleh Arsen dan Kinan tiba. Hari ini Arsen akan mengucap janji suci pada Kinan. Keluarga Arsen nampak bahagia dan banyak tamu yang datang untuk menghadiri acara ijab qobul. Kedua orang tua Kinan juga sudah terlihat di gedung hotel Areta. Terlihat juga Olivia yang berada di gedung hotel tersebut. Dia nggak suka melihat Kinan yang bersanding dengan Arsen. Hotel dijaga dengan ketat. Tamu yang hadir juga di periksa dengan ketat. Arsen dan Ryan nggak mau kalau sampai acara pernikahan ini ada yang menggagalkan.“Apakah mempelai Pria sudah siap?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” Jawab Arsen.“Segera dimulai Pak Rudi,” ucap Pak Penghulu.Pak Rudi terdiam, dia bingung apa mau lanjut atau nggak untuk menjadi wali nikah Kinan. Karena, dia bukan ayah kandungnya. Dia merasa bersalah pada almarhum Melati. Selama ini dia belum jujur pada Kinan bahwa dirinya bukan ayah kandung Kinan.“Pak, ayo itu semua udah pada nunggu kamu! Cepat jabat tangan Arsen dan nikahkan mereka,
Tok tok tok! “Siapa!" Teriak Arsen.“Saya pelayan Pak! Mau mengantar makan malam untuk Bapak dan Ibu,” ujar palayan yang ada di depan pintu.“Kenapa harus datang sekarang sih nih orang,” gerutu Arsen.Kinan yang melihat wajah suaminya kesal hanya bisa tersenyum. Kinan meminta Arsen untuk membuka pintu kamar. Arsen segera memakai pakaian dan langsung membuka pintu.“Saya simpan dimana makanannya pak?” Tanya pelayan.“Biar saya saja yang simpan,” ujar Arsen yang langsung mengambil troli dorong dari pelayan hotel.“Sudah selesai kan? Atau ada apa lagi?” Tanya Arsen yang melihat pelayan itu masih berdiri di hadapan Arsen. “Oh tidak ada Pak. Kalau begitu saya permisi dulu,” ucapnya yang langsung pergi dari depan kamar Arsen.Arsen langsung menutup dan mengunci pintu kamar. Dia mendorong troli makanan menuju pada Kinan yang sedang duduk di tepi tempat tidur. Arsen meminta Kinan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum making love.“Sayang kita makan malam dulu ya,” ajak Arsen pada Kinan.
Pengantin belum bangun waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Anggota keluarga menunggu mereka untuk sarapan. Namun, belum ada tanda-tanda untuk mereka tiba sarapan bersama.“Biar Mami telpon saja Abang dan Kinan,” ucap Bella.“Nggak usah Mi. Pasti mereka berdua masih tidur. Sebaiknya kita sarapan duluan saja, nanti kalau mereka bangun baru sarapan,” ucap Papi pada Mami.“Itu mah bukan sarapan Pi. Namanya makan siang.”Mereka yang ada di Restoran langsung memesan makanan untuk mereka santap pagi ini. Begitu juga dengan keluarga Pak Rudi masih ada di hotel. Mereka ikut sarapan bersama dengan keluarga Ryan. Nenek dan Suster juga ikut sarapan bersama. Mereka menjaga baby twins selama Mommy mereka masih Bulan Madu.Sedangkan di kamar hotel yang ditempati Arsen dan Kinan masih sepi. Pasalnya mereka masih tidur. Sehingga sinar matahari tembus lewat kaca dan pantulan cahayanya masuk dalam kamar. Tepat kena di wajah Kinan.“Hoam,” Kinan menguap dan membuka matanya ternyata sudah siang.“Ba
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad