Dua pasang mata itu serentak melihat ke arah pintu ketika seseorang mengetuknya dari luar. Seoarang wanita berparas anggun masuk ke dalam, menyapa kedua lelaki yang tak asing baginya dengan senyum ramah.
"Felysia," gumam Alif.
"Hai, Fely," sapa Doni kepada Felysia.
Wanita itu membalas senyum lelaki yang tak lain juga sahabatnya. "Hai, Doni," balasnya. Kemudian ia beralih menatap wajah Alif yang terlihat kusut. Ia berpikir mungkin beban pekerjaan Alif terlalu banyak hingga membuatnya lelah.
"Kamu membawa apa?" Doni melihat sebuah wadah yang dibawa oleh Felysia. Wanita itu langsung mengangkat rantang berisi makanan itu ke atas. "Ini, tadi aku masak untuk makan siang Reval. Kalau kamu mau, kalian bisa makan bersama. Aku sengaja memasak banyak."
Felysia berjalan mendekati meja, menyimpan rantang yang dibawanya, kemudian membuka satu persatu memperlihatkan makanan yang terlihat menggi
"Mbok, itu si Non Kamea kenapa dia teh gak ke luar dari kamarnya? Dari semenjak pulang ke rumah ini, si Non teh ngumpet terus di kamar. Saja jadi khawatir, takut Non Kamea kenapa-napa,"Wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makan siang untuk Kamea juga merasa heran dengan sikap belia itu. Simbok melihat ke arah pintu kamar Kamea yang sedari tadi tertutup rapat. Gadis itu ke luar dari kamar hanya seperlunya saja."Simbok juga gak tahu kenapa Nenk Kamea teh di dalam kamar terus," sahut Simbok mengatakan yang sebnarnya.Mang Uca yang baru saja selesai membuat kopi untuknya, berjalan menghampiri Simbok yang sedang berada di meja makan. "Coba Mbok tanya. Non Kamea kan sangat dekat sama Simbok, takutnya dia punya masalah dan dipendam sendirian," usul Mang Uca."Simbok juga mau tanya sama Neng Kamea, tapi nunggu waktu yang pas. Nanti Mbok coba ngobrol sama si Neng."Mang Uca mengangg
[Kamea, aku sudah ada di lokasi. Kamu di mana?]Kamea membaca chat dari Abimanyu. Dia bergegas ke luar dari kamarnya hendak menemui lelaki itu. Saat di ruang tengah ia bertemu dengan Simbok."Neng Kamea mau ke mana?" tanyanya penasaran karena penampilan Kamea sudah rapi seperti ingin bepergian."Eh. Kamea mau pergi sama temen kampus, Mbok. Dia kebetulan sedang di Bandung dan ingin bertemu," jawab Kamea sambil memperlihatkan senyum manisnya.Belia itu mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Simbok untuk berpamitan. Setelah mendapatkan izin, gadis itu bergegas menuju ke luar. Simbok yang penasaran akan kepergian Kamea, mengikutinya dari belakang hingga ke ambang pintu."Loh, Non Kamea mau pergi ke mana?" tanya Mang Uca yang ternyata sedang berbincang sesuatu dengan Abimanyu."Kamea," sapa Abimanyu saat netranya melihat kedatangan gadis yang hendak ditemuinya
Sebuah mobil berwarna hitam menepi di depan halaman bangunan mewah. Beberapa saat kemudian seoarang lelaki berparas tampan turun dari mobil itu. Ia berjalan menghampiri penjaga rumah mewah itu."Selamat Sore, Den. Mau cari siapa?" tanya Mang Uca ramah."Sore, Pak. Apa benar yang tertera di kertas yang saya bawa lokasinya ada di sini?" tanyanya sambil memberikan selembar kertas kepada Mang Uca.Lelaki paruh baya itu pun menerima kertasnya dam membaca isi yang tertulis di dalamnya. "Iya, benar, Den. Tapi maaf, Aden ini siapa dan mau bertemu siapa?""Saya Alif, Pak. Saya ke sini mau bertemu sama Kamea. Dia ada?"Ya, lelaki itu tak lain adalah Alif. Ia memutuskan untuk menyusul Kamea ke Bandung setelah mendapatkan alamat lengkap dari mamanya. Wanita paruh baya itu sangat marah mengetahui menantu kesayangannya pulang ke Bandung sendirian.Mang Uca memerhatikan rau
"Sakit, Mas. Lepasin tangan aku."Kamea meringis merasakan perih pada tangannya akibat cekalan tangan Alif terlalu kuat. Lelaki beralis tebal itu masih dikuasi dengan kecemburuan. Iria mata cokelat itu tajam memandangi wajah istrinya."Harus saya peringatkan berapa kali? Saya bilang, saya tidak suka kamu jalan bersama laki-laki itu! Kenapa kamu malah pergi berdua?!" Suara itu menggema memenuhi ruangan kamar Kamea.Deru napas Alif menik turun dengan cepat karena terlalu terbawa emosi. Mendengar suara bentakan dari Alif, membuat mata Kamea berkaca-kaca. Sakit hatinya yang lalu belum sembuh dan sekarang lelaki itu menambahkan luka untuknya."Kenapa?" tanya Kamea lirih.Alif mengernyitkan kedua alisnya, masih tak beralih menatap iris mata yang saat ini sudah berkaca-kaca. "Kenapa aku tidak boleh bertemu dengan temanku?" sambung Kamea lagi masih dengan suara lirih.
Kruuuuk, krukukk ...Kamea mengernyitkan alisnya mendengar bunyi sesuatu dari perut laki-laki yang masih duduk di tepi samping tempat tidurnya. Lelaki itu lantas langsung memegangi perutnya yang tiba-tiba berbunyi.Cacing diperutnya berdemo meminta untuk segera diisi sesuatu. Lelaki beralis tebal itu menyeringai saat mendapatkan tatapan intens dari Kamea. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa malu pada gadis itu."Astaga. Apa Mas belum makan?" tanya Kamea. Belia itu langsung beranjak duduk. Dan lelaki berlensa cokelat itu menggelengkan pelan kepalanya."Kenapa gak bilang? Ish ...."Gadis itu beringsut hendak turun dari kasurnya. Ia berniat untuk mengambilkan makanan untuk Alif. Tapi langkahnya terhenti karena lelaki itu menahannya."Sanee," panggilnya."Hm? Ada apa? Mas butuh sesuatu selain makanan?" tanya Kamea tetapi lelaki it
Kamea hendak pergi dari kamarnya hendak ke kamar sebelah. Lelah rasanya sedari tadi terus berdebat dengan Alif yang bertingkah sangat menyebalkan. Namun niatnya tertahan karena lelaki beralis tebal itu mencekal tangannya kemudian menarik tubuh mungil itu hingga terjatuh tepat di atas tubuh Alif.Lagi dan lagi, Kamea dibuat terkejut dengan perlakuan Alif secara tiba-tiba.Tiba-tiba datang,Tiba-tiba memarahinya,Tiba-tiba bersikap menyebalkan,Dan tiba-tiba menarik tubuhnya hingga ia berada di posisi canggung seperti ini."Saya akan tidur di kamar ini bersamamu," ucap Alif.Kamea mengerjap. Ia hendak memberontak untuk melepaskan diri, tetapi Alif malah semakin menarinya. Sehingga tubuh mungil itu berpindah menjadi terbaring di samping lelaki beralis tebal itu."Kita akan tidur di kamar dan kasur yang sama malam ini," u
"Kemarin, aku melihat cincin di jari manis Reval. Sebelumnya, dia tidak pernah melihat dia memakai cincin seperti itu. Maksudku ... apakah telah terjadi sesuatu selama aku tak ada?"Doni mendengarkan kecurigaan yang sedang Felysia rasakan kepada Alif. Lelaki berkacamata itu menghela napas panjang setelah wanita yang duduk di hadapannya telah menyelesaikan segala uneg-uneg dalam benaknya."Kenapa kamu gak bertanya langsung kepada Reval? Dia pasti memiliki jawaban versinya sendiri," sahut Doni dengan sikap yang masih terlihat tenang.Felysia terdiam beberapa detik, lalu kemudian menghela napas dan menghembuskan perlahan. Wania itu menggelengkan pelan kepalanya. "Enggak. Eh, kamu jangan bilang sama dia aku bertanya tentang ini sama kamu," ucapnya kemudian. Doni hanya mengangguk sebagai jawaban."Kamu mau meeting, kan? Aku juga mau pergi, ada sesuatu yang harus aku selesaikan juga," ucapnya berpamitan ke
"Aku sudah kenyang,"Kamea menutup mulut dengan telapak tangannya saat Alif kembali menyodorkan sesendok makanan ke mulutnya. Perutnya benar-benar sudah merasa kenyang dan tak sanggup menghabiskan semua makanan di piring."Kenyang? Kamu baru makan lima suap saja. Bagaimana mungkin bisa kenyang," protes Alif dengan nada galak.Belia itu membulatkan matanya, kemudian mengerjap sekali. "Mas menghitungnya?" tanyanya tak percaya dengan yang dilakukan oleh Alif.Lelaki beralis tebal itu menganggukkan kepala. "Ya. Ayok makan lagi dan habiskan semuanya," ucap Alif sambil memasukkan makanan ke dalam mulut Kamea dengan sedikit memaksa."Kamu harus makan yang banyak biar cepat besar," katanya lagi sambil kembali menyodorkan makanan ke mulut Kamea."Mas yang benar saja. Aku sudah besar begini, lagian kurang kerjaan sekali Mas sampai menghitung berapa sendok aku makan," g
"Mi, selamat, ya. Aku turut bahagia atas pernikahan kamu, semoga kalian bahagia." Abimanyu bersalaman dengan Kamea. Pemuda itu menatap lamat wajah gadis yang pernah dicintainya. Senyumnya masih sama, terlihat manis seperti senyum yang nampak saat pertama kali mereka bertemu. "Makasih, Bi. Semoga kamu juga cepat menyusul, ya." Abimanyu tersenyum kecut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kamea. Lantas kemudian pemuda itu menghela napas panjang. "Doakan saja, semoga bisa secepatnya," sahutnya lirih. "Hei, dilarang berlama-lama menatap istriku seperti itu!" Abimanyu langsung menoleh ke arah laki-laki yang ada di samping Kamea. Seperti biasanya suami dari sahabatnya itu akan selalu memasang wajah waspada setiap kali ia dekat dengan istrinya. "Ya, ya, ya! Aku tahu dan aku tidak akan merebutnya," sahut Abimanyu sambil tersenyum miring. Kemudian dia mel
Malam ini suasana di kediaman Pradana terlihat sangat ramai. Rumah megah dan mewah itu didekor dengan sedemikian rupa sehingga terlihat gemerlap indah. Tamu-tamu penting mulai berdatangan satu persatu untuk menemui tuan rumah.Di dalam sebuah ruangan berukuran cukup luas seorang gadis sudah siap dengan gaun cantik berwarna putih tulang. Paras cantik itu semakin terlihat anggun dengan mengenakan sedikit polesan make up dari perias handal yang disewa oleh keluarga Pradama secara khusus.Gadis itu berbalik melihat ke arah pintu ketika tiba-iba seseorang membukanya dari luar. Kedua sudut bibir tipis itu tertarik ke atas membentuk senyum yang sangat manis menyapa sosok laki-laki yang sangat dicintainya sejak lama."Sayang, kenapa masih di sini? Ayok kita ke bawah. Para tamu sudah menunggu," ujar Alif kepada sang istri tercinta.Dia berjalan mendekati gadisnya dengan pandangan yang terpusat pada wajah sang
"Alif, kenapa kamu ada di sini? Kamea sama siapa?" Mama Anita yang baru saja tiba di rumah sakit tak sengaja berpapasan dengan putranya yang juga baru saja kembali dari luar sehabis membelikan makanan untuk Kamea. "Ma, aku habis membelikan makanan untuk Sanee. Tadi dia bersama Fely," sahut Alif sambil mengangkat kantung kresek di tangannya. Kedua bola mata Mama Anita membulat. Tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Putranya dengan mudah meninggalkan menantu kesayangannya berdua dengan Felysia, wanita yang sudah menyebabkan Kamea seperti sekarang ini. "Apa?! Kenapa kamu membiarkan wanita itu bersama menantuku? Gimana kalau dia menyakiti Kamea?" Mama Anita menggerutu geram atas kecerobohan putranya. Biar bagaimanapun Felysia adalah wanita yang sedang terobsesi cinta putra semata wayangnya yang saat ini sudah menikah dengan Kamea. Bila ia bisa nekad memaksa Alif untu
Alif pergi ke luar untuk membelikan makanan untuk Kamea. Sebenarnya dia enggan pergi meninggalkan istrinya itu sendirian ditemani oleh Felysia. Tetapi belia itu memaksa, Alif terpaksa tetap pergi. Namun sebelum itu, ia terlebih dulu memperingatkan kepada Felysia untuk tidak berbuat macam-macam kepada istrinya.Suasana di dalam ruangan menjadi hening untuk beberapa saat setelah Alif pergi. Dua wanita berbeda usia itu terdiam mengumpulkan kata-kata yang hendak mereka bicarakan. Felysia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Kamea."Gimana kedaaan kamu sekarang?" Setelah beberapa saat terdiam, Felysia membuka percakapan dengan menanyakan kabar Kamea."Sudah lebih baik," sahut Kamea singkat.Setelah itu suasana kembali menjadi hening untuk beberapa detik hingga Felysia kembali membuka percakapan untuk mengurai rasa canggung yang sedang melingkupi ruangan."U
"Kamu gak ada yang mau ditanyakan sama, Mas?"Belia itu tak langsung menjawab. Dia memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan kepada suaminya itu. Beberapa detik kemudian, Kamea menggelengkan pelan kepalanya sehingga menimbulkan gesekan di dada bidang Alif.Kedua sudut bibir tebal itu tertarik ke atas mengulas sebuah senyum. Lalu laki-laki berkulit putih itu mendesahkan napas di udara. Lembut tangan kekarnya mengusap kepala sang istri. Bersyukur dia tidak jadi kehilangan gadisnya.Entah, mungkin saja ia akan menjadi gila andai gadisnya itu pergi meninggalkannya. Memikirkan semua itu, Alif mengeratkan dekapannya. Dia benar-benar takut kehilangan Kamea. Beberapa saat kemudian, Alif merenggangkan tubuhnya dari tubuh Kamea."Kalau begitu, Mas yang ingin bertanya sama kamu. Boleh?"Kamea menatap dalam manik mata suaminya. Kedua alisnya saling bertautan hingga membentuk garis hal
Seorang laki-laki berparas tampan mengintip dari kaca pintu. Melihat sang istri tertawa lepas barsama sahabatnya. Manis, cantik dan ... menggemaskan.Dia menghela napas panjang. Kemudian, tawa itu seolah menular padanya. Kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyum."Kau, mau sampai kapan berdiri di sini?"Alif terlonjak kaget mendapati Doni sudah ada di hadapannya. Entah sejak kapan sahabatnya itu sudah ada di sana. Seingatnya, baru saja laki-laki berkaca mata itu masih tertawa ria di dalam bersama Kamea."Temui istrimu dan selesaikan semuanya sekarang. Kamu benar-benar tidak ingin kehilangannya, bukan?" ujar Doni lagi.Kedua bola mata berlensa cokelat itu membulat. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan gadisnya.Alif menghela napas panjang dan menghembusiannya secara perlahan. Iris matanya menoleh ke arah gadis yang saat ini sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Kemudi
Alif menatap sendu dari kejauhan melihat Kamea sedang berada di taman rumah sakit di temani Abimanyu. Gadis itu terlihat tersenyum mendengarkan Abimanyu bercerita.Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Yang jelas sesuatu di sini sedang meremas-remas hati Alif. Kedua tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras setiap kali melihat gadis itu tertawa riang."Bagaimana rasanya, melihat orang yang kita cintai tersenyum bersama orang lain?" tanya Doni.Dia baru saja datang, sengaja ingin menjenguk istri dari sahabatnya itu. Dia terpaku selama beberapa detik melihat Alif yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya. Doni penasaran.Ia pun mengikuti arah pandangan Alif. Laki-laki berkacamata itu menyunggingkan senyum miring. Kemudian menepuk sebelah pundak Alif."Yang kamu rasakan saat ini, begitulah yang dia rasakan saat melihatmu bersama Felysia," ucap Doni lagi.Alif menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah Doni yang s
"Abi ...."Abimanyu langsung menunduk melihat gadis yang baru saja memanggil namanya."Aku ada di mana?" gumamnya pelan. Seingatnya terakhir kali ia bangun masih ada di rumah Abimanyu."Ami, kamu sudah bangun? Syukurlah. Aku sangat senang akhirnya kamu bangun juga, Mi," ucap Abimanyu. "Sekarang kamu sedang dirawat di rumah sakit," sambungnya lagi.Dia tersenyum bahagia karena akhirnya Kamea mau membuka matanya. Terlebih, gadis itu langsung memanggil namanya."Sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu ingin minum?"Mengetahui Kamea sadar, Alif langsung menghampiri belia itu. Ia menggenggam erat telapak tangan Kamea dan menciuminya beberapa kali.Dia menatap lamat wajah Kamea dengan iris berkaca-kaca. Sementara belia itu hanya diam dengan pandangan kosong."Sayang, syukurlah akhirnya kamu bangun." Mama Anita langsung menghampiri Kamea.Abimanyu menggeser tubuhny
Abimanyu berjalan melangkahkan kakinya mendekat. Dia ingin menjenguk Kamea yang sudah seminggu ini masih belum juga sadarkan diri. Dia mendekat ke arah Alif yang sedang duduk di samping tepi tempat tidur Kamea."Sabar saja, dia pasti akan segera bangun," ucapnya kepada Alif.Laki-laki beralis tebal itu tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.Abimanyu berjalan ke sisi lain ranjang Kamea. Dia menatap wajah tenang gadis yang sedang menutup matanya cukup lama.'Bangun Mi, aku kangen sama kamu. Jangan seperti ini, Mi. Aku yakin kamu gadis yang kuat. Kamu pasti bisa melewati masa tersulit dalam hidupmu. Sudah cukup tidurnya, Mi. Coba bukalah mata kamu, lihatlah banyak orang yang menyayangimu, termasuk aku.'"Jangan berlama-lama menatapnya seperti itu. Apa kau mau aku mencolongkel matamu?!" tegur Alif ketus.Abimanyu menghela napas panjang. Dia mendelikkan matany