Malam itu berubah menjadi mimpi buruk bagi mereka berdua, di dalam hutan yang gelap dan terpencil.
Sarah mencoba yang terbaik untuk merawat Luca yang semakin lemah, tetapi dia merasa putus asa karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Di dalam kegelapan hutan yang menakutkan itu, mereka berdua harus bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari bahaya yang semakin mendekat.
Luca yang semakin tidak stabil dan Sarah yang panik harus berpikir cepat dan singgap untuk mengatasi semua rintangan yang mereka hadapi dalam pelarian yang mematikan ini.
Hujan menambah suasana gelap mencekam. Tubuh mereka basah. mereka menemukan sebuah gubuk yang terabaikan di tengah hutan. Gubuk itu tampak tua dan lapuk, tetapi itu adalah tempat berlindung yang mereka butuhkan saat ini.
Sarah memutuskan untuk berlindung sementara waktu sambil menunggu hujan berhenti.
Tubuh Sarah dan Luca basah kuyup, dan mereka merasa kedinginan di tengah malam yang gelap.
Sarah membawa Luca masuk ke dalam gubuk itu dengan hati-hati, memeriksa apakah ada bahaya yang tersembunyi di dalam. Gubuk itu gelap dan berdebu, tetapi itu adalah tempat yang cukup aman untuk sementara waktu.
Sarah membaringkan Luca di kasur tipis dan kumuh di lantai yang berdebu. Sepertinya gubuk itu sudah lama tidak berpenghuni.
Lalu Sarah mencoba membuka pakaian Luca agar tetesan obat mematikan tadi tidak membuat keadaan Luca menjadi lebih parah. Ada sebuah kain selimut yang tidak bersih, namun bisa untuk menutupi tubuh Luca.
"Daripada kamu kedinginan," ucap Sarah sambil menyelimuti Luca.
Wanita itu berusaha merawat Luca yang semakin tidak stabil karena pengaruh obat, sementara dia sendiri merasa semakin putus asa dan kedinginan karena tubuhnya juga dalam kondisi basah dan hanya memakai kemeja tidur yang tipis.
Sarah merapatkan tubuhnya ke Luca untuk berbagi sedikit panas tubuh mereka. Luca terlihat semakin lemah, napasnya yang terengah-engah semakin parah.
"Bertahanlah, Luca," kata Sarah dengan suara gemetar. "Kita akan mencari pertolongan secepatnya."
Luca hanya memandang Sarah dengan mata sayu. Pengaruh obat perangsang yang semakin memburuk telah membuatnya semakin tidak stabil.
Matanya yang sayu dan kabur secara tidak sadar menatap tubuh basah Sarah yang terbaring di dekatnya.
Luca menelan ludahnya, berusaha untuk mengalihkan pandangan dari tubuh Sarah yang basah.
Namun, ketidakpastian dan ketakutan mereka yang berdua, ditambah dengan kondisi fisik Luca yang semakin memburuk, membuatnya merasa hampir tidak mampu untuk berpikir dengan jernih.
Sarah, meskipun basah kuyup dan kelelahan, mencoba yang terbaik untuk merawat Luca.
Dia merasa khawatir akan kondisinya yang semakin memburuk, dan dia tahu bahwa mereka harus mencari pertolongan medis secepatnya.
Luca merasakan denyutan jantungnya semakin tidak stabil, dan dia merasa panik. Dia tahu bahwa mereka harus keluar dari situasi ini secepat mungkin, tetapi tubuhnya telah mencapai batasnya.
Sementara itu, pandangannya terus kembali pada tubuh basah Sarah yang berada di dekatnya.
"Aku tidak boleh mengambil keuntungan dari gadis yang sudah menolongku," monolog Luca sambil mengepalkan tangannya dan mencoba beristirahat.
Sarah memperhatikan gerak-gerik Luca dengan lebih serius.
Secara tidak sadar, Luca kembali menghentikan netranya ke arah dada Sarah. Menatap tubuh Sarah yang basah dan bentuk yang terpampang jelas. Luca menelan ludahnya yang terasa pahit.
Sarah segera menutup bagian dadanya dengan kedua tangan. Dia merasa malu karena kondisi ini sangat tidak pantas bagi kedua orang itu.
"Luca, kamu gelisah sekali, apakah obat yang diberikan tadi adalah sesuatu yang buruk?" tanya Sarah penuh curiga.
Napas Luca yang tidak stabil malah menjadi semakin menderu-deru.
"Maafkan aku, Sarah. Aku ... "
"Kamu terangsang?" tanya Sarah tanpa sengaja melihat gumpalan yang makin besar dari bagian sensitif milik pria itu.
"A-aku ... aku akan beristirahat saja." Luca memalingkan tubuhnya ke arah lain dengan gelisah.
Sarah menarik napas dengan kesal lalu mengembuskannya perlahan. Dengan lirikan matanya, Sarah masih juga memperhatikan Luca yang sepertinya kesusahan dengan napas pendek-pendek.
"Luca, kamu membutuhkan pelepasan," ucap Sarah sambil memegang bahu Luca.
"Obat itu! Aku tidak dapat bergerak. Mereka menyiksaku, Dokter Emily ... " sahut Luca dengan suara gemetar.
"Dokter Emily kenapa?" tanya Sarah dengan bingung.
"Dia salah memberikan obat bius!"
Kedua mata Sarah membola lalu bertanya lagi, "Maksudmu dia memberikan obat ... "
Luca menganggukkan kepalanyalalu menjawab, "Obat perangsang."
"Astaga ... " Sarah memijit keningnya yang tidak sakit. Setelah merenung sejenak, Sarah menarik bahu Luca agar berbalik dan mereka akhirnya saling melihat.
Wajah yang ganteng dan pucat membuat Sarah menjadi bersimpati.
"A-aku tidak pernah melakukan ini, tetapi aku akan menggunakan mulutku untuk membantu. Bagaimana?" tanya Sarah dengan wajah bersemu merah.
Luca menggeleng pelan dan memutar tubuhnya kembali menghadap ke arah yang berlawanan.
"Luca."
"Diam dan tidurlah. Aku akan sembuh besok!"
Sarah mengembuskan napas kasar sekali lagi, lalu mencoba untuk menutup matanya.
Wanita itu tetap berbaring di samping Luca dengan segala pikiran yang tidak jelas. Tentang bagaimana dia bisa terlibat dengan pria mafia ini dan malah menawarkan adegan tidak pantas tadi.
"Arrghh!" malu sekali!" monolog Sarah sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
Luca mencoba untuk beristirahat sejenak. Dia menutup mata dengan lemah, berusaha untuk menghilangkan pengaruh obat perangsang yang semakin menghantui tubuhnya.
Meskipun lelah, dia tahu bahwa dia harus tetap waspada dan menjaga Sarah agar tetap aman.
Sarah Fernando, adalah seorang wanita muda berusia 19 tahun dengan rambut cokelat yang panjang dan mata biru yang cerah.
Dia memiliki senyuman yang hangat dan ramah yang selalu dia berikan kepada orang-orang yang dia temui.
Dengan tinggi hanya 150 cm. Penampilannya sederhana, suka dengan pakaian yang nyaman dan praktis, yang mencerminkan gaya hidupnya nan sederhana. Dia hidup dengan sang abang-Timothy Fernando.
Namun, di balik penampilannya yang polos, Sarah adalah wanita yang memiliki tekad kuat dan keberanian yang tak terduga.
Dia adalah pengantar makanan di New York City, pekerjaan yang mungkin tidak menarik perhatian banyak orang, tetapi dia melakukannya dengan penuh dedikasi.
Dia adalah pekerja keras yang berusaha keras untuk mencari nafkah sendiri, dan dia tahu bagaimana bertahan di lingkungan kota yang keras.
Sarah memiliki hati yang baik dan selalu bersedia membantu orang lain. Kepribadiannya yang penuh empati membuatnya merasa terpanggil untuk menolong Luca, meskipun dia tahu bahwa dia bisa membahayakan hidupnya. Dia adalah tipe orang yang tidak akan meninggalkan seseorang dalam kesulitan.
Meskipun dia awalnya terkejut dengan pengakuan Luca sebagai seorang anggota mafia, Sarah tidak merasa takut.
Dia adalah individu yang cerdas dan tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri. Namun, dia juga memiliki sifat yang penuh kebaikan, yang membuatnya setuju untuk membantu Luca dalam pelariannya.
Sementara Luca Bulger Costello, pria kelahiran Italia itu adalah pewaris utama keturunan Costello, mafia yang terkenal dengan perdagangan her*in di sepanjang koneksi sang Kakek, Frank Costello di Benua Asia Timur. Keluarga itu berkuasa sejak terjadinya Perang Vietnam.
Pria dengan tinggi 180 cm dan berumur tiga puluh dua tahun tersebut terkenal berdarah dingin dengan aura dan tatapan tajam. Tidak ada kisah asmara yang pernah terjadi dalam diari kehidupan Luca karena pria itu hanya berkonsentrasi menghancurkan musuh dan memperluaskan kekuasaannya atas wejangan sang Kakek.
Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang Luca karena pria dingin itu hidup sama banyaknya dengan jumlah dia bekerja sepanjang harinya.
Kehidupannya yang datar dan penuh masalah sehari-hari membuat dia semakin kuat dan kejam. Naruli alaminya adalah mempertahankan diri dari serangan.
Sama halnya seperti malam yang gelap ini. Luca terbangun dengan tubuh seperti hancur.
Suasana malam di hutan diiringi oleh serangkaian suara yang menciptakan harmoni alam yang indah. serangga yang aktif di malam hari, membuat suara berdering yang berirama, menciptakan suara latar yang khas hutan tropis.
Luca memandang Sarah yang tertidur dengan lelap. Wanita itu tertidur tanpa selimut dan kondisi pakaiannya tetap basah.
Sekali lagi Luca menelan salivanya dengan kasar.
"Kamu terlalu menggoda!"
Luca adalah seorang pria yang terlihat berwibawa dan penuh dengan misteri. Dia memiliki tubuh yang kuat, berambut hitam, dan matanya yang tajam selalu memancarkan ketegasan.Tubuhnya penuh dengan bekas luka yang mengisyaratkan bahwa dia telah menghadapi banyak pertempuran dalam hidupnya.Pada pandangan pertama, Luca tampak sebagai pria yang tenang dan dingin, tetapi di dalam dirinya terdapat lapisan-lapisan kompleks emosi dan pengalaman.Sebagai pewaris keluarga mafia yang berpengalaman, dia telah menjalani hidup yang keras dan penuh dengan keputusan sulit. Pengalaman-pengalaman itu membentuknya menjadi sosok yang berhati baja dan tidak mudah terintimidasi.Di balik fisiknya yang kuat, Luca memiliki sisi yang melindungi dan penuh dengan dedikasi.Meskipun dia mungkin terlihat dingin pada awalnya, dia tumbuh lebih dekat dengan Sarah selama perjalanan mereka, dan dia mulai menunjukkan sisi yang lebih lembut dan empatis.Dia merasa bertanggung jawab untuk melindungi Sarah dan menganggapn
Suasana di gubuk tua itu berubah mendadak. Kelembutan malam yang tadinya mengalir di dalamnya sekarang digantikan oleh ketegangan yang tak tertahankan. Mata Sarah terbelalak kaget saat melihat sekumpulan pria bersenjata dengan seragam militer mengelilingi, sebagian masuk ke dalam gubuk itu. Wajah-wajah mereka keras, penuh dengan ketegasan dan tekad yang tak kenal ampun. Dia tahu bahwa situasi ini berbahaya, dan dia merasa jantungnya berdetak kencang di dadanya. Sarah masih mengangkat kedua tangannya ke udara, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak membawa ancaman. "Tolong lepaskan kami, Luca sedang terluca di dalam," ujarnya dengan suara gemetar, berharap bahwa kata-katanya akan meredakan ketegangan di antara para pria itu. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan tatapan tajam, berbicara dengan suara rendah yang menggema di dalam gubuk. "Dia sepertinya lumpuh." Sarah menelan ludah, mencoba untuk tetap tenang. "Ya, dia memang tidak dapat berjalan saat ini. Apakah k
Sarah membuka mata dengan perlahan, merasakan kelemasan di seluruh tubuhnya. Dia terbaring di atas ranjang yang empuk, di dalam sebuah ruangan yang terang benderang.Sinar matahari menyelinap masuk dari balik jendela, menciptakan bayangan-bayangan yang lembut di dinding putih rumah sakit. Dia merasakan kakinya kaku karena digips yang diikat ke tiang medis, dan melirik ke bawah, dia menyadari bahwa dia terhubung dengan berbagai alat medis."Di ... di mana aku?"Ketidaknyamanan di kepalanya mengingatkannya akan sesuatu yang buruk. Dalam kebingungan, dia mencoba mengingat, tapi pikirannya kosong, seperti sehelai kertas kosong yang menantinya di masa depan.Dia mencoba meraba-raba ingatannya, mencari potongan-potongan informasi yang hilang, tetapi semuanya hampa.Rasa sakit menusuk tubuhnya setiap kali ia mencoba bergerak. Kaki dan tangan yang patah telah dipasangi gips, membatasi gerakannya menjadi hampir nol.Di sekitarnya, bunyi bising rumah sakit membuatnya kesal. Suara alarm mesin me
Saat perawat memeriksa catatan medisnya, dia memandang Sarah dengan penuh kehangatan. "Anda tahu, anak yang kuat akan lahir dari rahimmu. Saya yakin Anda akan menjadi ibu yang luar biasa."Sarah tersenyum mendengar kata-kata penyemangat dari perawat itu. Meskipun dia belum sepenuhnya memahami situasi ini, harapan dan keberanian dari orang-orang di sekitarnya memberinya kekuatan. Namun, penasaran dengan cerita di balik luka-luka di wajahnya, dia bertanya, "Perawat, bisakah Anda memberitahu saya apa yang terjadi? Saya tidak ingat banyak hal."Perawat itu duduk di sampingnya dengan penuh kelembutan. "Tentu, Sarah. Anda ditemukan di luar rumah sakit oleh seorang pria dengan bekas luka-luka di wajahnya. Dia membawa Anda ke sini, memberi tahu kami bahwa Anda dalam keadaan darurat. Setelah itu, dia pergi begitu saja."Sarah menatap jendela, mencoba merangkai potongan-potongan memori yang masih tersisa. "Apakah dia mengatakan siapa dia? Apakah dia mungkin ayah dari anak
Luca terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh. Dia merasa bahwa sesuatu telah berubah dalam hutan tempat dia dan Sarah bersembunyi. Dia merasa keheningan yang tidak biasa dan menyadari bahwa tempat tidurnya kosong. Matanya terbuka lebar, dan hatinya berdegup kencang. "SARAH!" Luca berteriak dengan keras, mencari wanita itu dengan panik. Dia mencari ke seluruh penjuru hutan yang sunyi, tetapi tidak ada tanda-tanda Sarah. Hati Luca terasa berat, dan dia merasa terjebak dalam perasaan kehilangan yang mendalam. "Kenapa dia pergi?" Luca berbicara pada dirinya sendiri, rasa marah mulai menyelimuti pikirannya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang harus dia pahami. Apa yang telah terjadi? Mengapa Sarah meninggalkannya? Luca merenung dengan cemas, mencoba untuk merangkai potongan-potongan peristiwa. Dia menyadari bahwa Kakeknya sudah menyelamatkan hidupnya. Namun, bagaimana dengan Sarah? Perasaan penyesalan mulai merayap ke dalam dirinya. Dia merasa bersalah karena merasa bahwa dia
Keesokan harinya, beberapa dokter ternama dikirim oleh Kakek untuk memberikan perawatan terbaik bagi Luca.Dokter memeriksa lukanya dengan cermat dan memberikan perawatan yang diperlukan. Luca merasa lega bahwa dia akan pulih dalam waktu singkat. Dia diberi obat-obatan untuk membantunya pulih sepenuhnya. Sementara itu, tim medis melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan kondisinya tetap stabil."Kamu harus mengikuti latihan fisik, kami akan memberikan pengobatan terbaik dengan ilmu yang kami miliki," ucap seorang dokter yang ramah. Dia adalah dokter muda wanita yang menjadi kepala dari tim media.Luca mengangguk dengan puas walau wajahnya masih tetap ketus. Dia tidaki ingin menerima vonis dokter sebelumnya yang menyatakan bahwa dia akan lumpuh permanen."Aku harus sembuh. Aku ingin mencari petunjuk sendiri," gumam Luca dalam hati.Luca duduk di ruang tamu mansion, merenung dengan cermat. Dia tahu bahwa dia harus merencanakan balasannya ter
Tom tersenyum dengan sinis. "Oh, jangan berpura-pura, Luca. Kamu menyembunyikannya di hutan, dan sekarang dia ada di sini. Kami memberimu peluang untuk mendapatkannya kembali, tetapi dengan satu syarat."Luca mendekati Tom dengan menekan tombol otomatis pada kursi rodanya. "Syarat apa, Tom?"Tom tersenyum lebih lebar lagi. "Adik kecilmu harus menjadi istri ketua kami. Kami akan mengadakan pernikahan, dan dia akan menjadi bagian dari keluarga kami. Itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan keluarga mafia kami dari nasib yang buruk.""Adikku? Dia masih belum dewasa dan ketua kalian sudah memiliki banyak istri!" pekik Luca dengan marah."Ha ha ha." Tom tertawa lalu melanjutkan kalimatnya."Apakah kamu tidak penasaran dengan siapa yang memburumu di malam yang naas itu? Jawaban ada pada Ketua kami. Jadikan kami keluargamu, maka kami akan semakin kuat!""Tidak terkalahkan! Ingat itu Luca. Selamat tinggal!"Seusai berkata-kata, Tom berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Luca yang men
"Aku juga ingin mengatakan demikian, Kakek. Namun, aku masih berpikir cara yang lebih tepat untuk membalas hinaan ini."Kakek Castello melangkah dengan amarah yang tertahan, mendekati dinding samping ruangan dengan menggenggam erat tongkatnya sambil memandang bingkai-bingkai para pewaris keluarga mafia yang menghiasi dinding ruangan mewah kantor itu. Wajahnya tampak serius, seolah-olah memikirkan strategi untuk melindungi warisan keluarga mereka.Dalam keheningan ruangan yang dipenuhi aura kekuasaan dan sejarah kelam, kakek itu berkata, "Luc, keluarga ini adalah hasil dari banyaknya pengorbanan dan pertumpahan darah. Kamu adalah pewaris tunggal keluarga mafia ini.""Tugas utamamu adalah menjaga nama baik dan kekuasaan keluarga ini. Sebagai pewaris masa depan keluarga kita, dan tugas suci kini ada di pundakmu."Kakek mendengkus pelan lalu melanjutkan kalimatnya, "Kakek mungkin berada di barisan terakhir foto yang terpajang di sini nanti.""Kakek ...
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng