“Baik, Tuan,” sahut suara di seberang.
“Bagaimana?” tanya sang supir .
“Mari kita pergi membeli sebuah cincin berlian," ujar Michael dengan penuh semangat.
Supir tersenyum.
“Apa yang harus kulakukan?” tanya Michael dengan gusar.
"Apakah aku langsung melamarnya?"
“Tidak usah melakukan apa – apa. Saya percaya Nyonya SArah sangat mengerti Anda. Jadi bersikap seperti biasa saja. Saat memberikan cincin besok, biarlah cincin itu berbicara. Apakah dia akan merasa tersanjung atau menganggap Anda sebagai seorang teman. Terimalah dengan ikhlas."
Bram menundukkan kepalanya dengan malu. dan khawatir.
“Bagaimana dengan Sarah?”
“Hmm… Sarah akan melakukan apa yang ada dalam hatinya, bukahkah itu yang ingin Anda ketahui juga?" Sang supir yang bijaksana berkata-kata sambil tersenyum.
“Kadang orang tidak membutuhkan banyak hal selain sebuah ketulus
Deon kembali menyembunyikan kepalanya, mengernyitkan dahinya. Seperti berpikir dengan keras. Apa yang disampaikan Mamanya memang ada benarnya.“Baiklah.” Deon menghela nafas dengan berat.“Mama mandi dulu, nanti kita makan bersama, Mama akan pesan cemilan ringan sebelum tidur,” ujarnya sambil berlalu.Sarah terdiam sejenak kemudian bergumam sendiri, “Dia belum bisa menerima kenyataan. Michael bukan Ayah kandungnya.”Kehidupan mereka memang berubah menjadi stabil sejak mereka hidup bersama Michael dalam apartemen yang sama.Sarah tidak perlu merasa ketakutan terhadap Luca. Sarah juga tidak kesusahan mencari pekerjaan karena Matteo memberikan semua kebutuhan hidup mereka.Penghasilan lebih dari cukup. Kesejahteraan sudah mereka dapatkan. Deon, anak Sarah juga ditempatkan di sekolah Internasional dengan kualitas pendidikan yang bagus.Tentu saja biaya pendidikan Deon cukup mahal, sehingga m
“Ohya, Pesta Deon?” tanya Sarah sesaat kemudian.“Paman Matteo sudah memikirkan hal itu. Kita biarkan mereka yang mengatur pesta itu saja. Mama tidak pernah meragukan kasih sayang mereka kepada Deon.”“Ya, Paman Matteo sering mengatakan ingin Deon menjadi menantunya kelak,” ujar Deon sambil tertawa.“Urusan ke masa depan, biarlah kamu sendiri yang menentukan. Kita tidak usah ikut campur. apalagi menjodohkan. Belum tentu itu memang jodohmu, Nak.”Sarah menganggukan kepala lalu melanjutkan kalimatnya. “Tapi mama pernah memikirkan, seandainya Deon dijodohkan dengan putri mereka satu – satunya. Maka kehidupan Deon ke depannya setidaknya sudah terjamin.”Sarah tersenyum, menunggu reaksi Deon sebelum menyelesaikan kalimatnya.“Deon agak sedih karena Mama belum mempunyai pasangan sampai saat ini. Deon tidak ingin hal itu terjadi kepada Deon juga.”
“Kenapa matanya dibungkus juga?” tanya Melya dengan menatap tajam ke dokternya.“Akibat tekanan pendarahan yang terjadi pada otaknya, darah sempat menerjang saraf matanya. Kami sudah melakukan tindakan medis yang diperlukan. Untuk itu setelah pasien sadar, baru bisa melanjutkan laporan hasilnya apakah akan mengalami kebutaan permanen ataupun sementara.”“Pengobatan berikutnya akan dilakukan secara bertahap nanti setelah pasien sadar. Saya permisi,” ujar sang dokter dengan sopan, kemudian berlalu pergi.Melya, Bram dan Kakek baru menyusul Luca setelah semua informasi mereka dapatkan. Kakek mengengam tangan Melya dengan erat. Sebuah wajah kesedihan teramat berat juga ia rasakan sebagai seorang ayah.Kakek mengepalkan tangannya. Timbul segengam penyesalan yang teramat menyakitkan dalam pikirannya. Seandainya dia tidak melarang hubungan Sarah dengan Luca, tentu semua hal ini tidak perlu dialami Luca. Toh hanya seorang
Disaat seperti ini, Bram sudah tahu jelas bahwa Luca sedang berada dalam kondisi kehilangan kesadaran.Kondisi seperti ini sudah pernah ia alami saat Luca kehilangan ingatan di kota A, setelah melihat berita tentang kematian Sarah.Dengan pelahan Bram berusaha mendekati Luca dari belakang. Dengan membuat kode kepada beberapa sekuriti di sana untuk menarik perhatian Luca.Akhirnya Bram mendapat kesempatan menyerang."Bughh.... " Hantaman Bram ke pundak Luca berhasil membuatnya pingsan saat itu juga."Gendong dia ke mobil, hati-hati di bagian kepalanya, " ucap Bram berlalu mendahului menuju ke lift.Mulai menghubungi seseorang melalui hand phonenya."Siapkan dokter dan ahli bedah terbaik. Hubungi via online dokter yang menangani Luca saat di kota A. Catatan ke dia, Luca mengalami gejala yang sama dengan awal mula kejadian kehilangan kesadarannya. Minta dia melakukan bimbingan secara Online, Video Call kepada dokter yang akan menan
Tidak lama kemudian Kakek dan Melya menghampiri Bram dengan nafas tersenggal – senggal. Melihat tangan Bram yang menguncurkan darah, hati mereka semakin gelisah.“Apa yang terjadi , Bram?” tanya Melya dengan gemetaran.“Bicaralah….,” Kakek menatap mata Bram dengan tajam“Tidak tahu…., dia sudah hampir 1 jam di sana. Dan perawat bolak – balik mengambil kantong darah tergesa – gesa tanpa mampu memberi informasi apapun.”Melya menangis dengan histeris sampai terduduk di lantai.“Melya, duduklah di kursi. Di lantai itu dingin. Nanti kamu sakit,” ujar Kakek menggandeng tangan Melya kemudian menggiringnya untuk duduk di kursi tunggu.Kemudian Kakek melirik ke tangan Bram yang masih meneteskan darah.“Perawat…., obati dulu tangannya. Sekarang juga !!” perintah Kakek ke arah perawat yang kemudian buru – buru mengambil peralatan medis
“Kenapa matanya dibungkus juga?” tanya Melya dengan menatap tajam ke dokternya. “Akibat tekanan pendarahan yang terjadi pada otaknya, darah sempat menerjang saraf matanya. Kami sudah melakukan tindakan medis yang diperlukan. Untuk itu setelah pasien sadar, baru bisa melanjutkan laporan hasilnya apakah akan mengalami kebutaan permanen ataupun sementara.” “Pengobatan berikutnya akan dilakukan secara bertahap nanti setelah pasien sadar. Saya permisi,” ujar sang dokter dengan sopan, kemudian berlalu pergi. Melya, Bram dan Kakek baru menyusul Luca setelah semua informasi mereka dapatkan. Kakek mengengam tangan Melya dengan erat. Sebuah wajah kesedihan teramat berat juga ia rasakan sebagai seorang ayah. Kakek mengepalkan tangannya. Timbul segengam penyesalan yang teramat menyakitkan dalam pikirannya. Seandainya dia tidak melarang hubungan Sarah dengan Luca, tentu semua hal ini tidak perlu dialami Luca. Toh hanya seorang wanita yang tidak berarti apa&n
Apa artinya hidup dan pencapaian yang digenggamnya apabila Luca menjadi tidak berdaya seperti ini. Otak yang sudah mengalami dua kali operasi besar apakah akan bertahan fungsinya seperti otak normal?. Kesedihan teramat besar dirasakan saat ini melebihi saat ayahnya ataupun ibunya meninggalkan dunia.Berbagai kalimat pergumulan berputar terus dalam hati dan pikirannya. Tubuh Kakek yang sudah cukup berumur akhirnya tidak tahan, ia pun perlahan limbung ke lantai yang dingin tidak sadarkan diri.Bram yang kembali ke ruangan inap Luca mendapatkan Kakek yang terkapar di lantai begitu terkejut, ia kemudian kembali menggotong Kakek di pundaknya menuju keluar ruangan untuk mendapatkan pertolongan pertama.***Bram menatap dengan bingung ketiga ranjang yang berada di depannya. Luca, Kakek dan Melya. Ketiga orang itu tidak ada satupun yang sadar. Kakek dan Melya mengalami tekanan beban mental yang kuat ditambah kondisi kesehatan Kakek yang sudah memasuki usia
Tak lama kemudian, Sarah bergerak keluar dari keramaian, memilih menghirup udara segar di balkon.Angin sepoi – sepoi menerpa wajahnya yang cantik sehingga rambutnya berterbangan. Pada saat yang sama seorang fotografer yang sedang bertugas di sebelah ruangan pesta langsung memanfaatkan kesempatan baik ini membidikkan kamera.Fotografer itu melihat hasil jepretannya, mendecak kagum karena kecantikan Sarah yang alami berhasil memukaunya.Angin malam menerpa rambutnya yang terurai, gaunnya dipakainya berwarna hitam dan terlihat sederhana sehingga kecantikkannya begitu sempurna. Tidak ada yang tahu bahwa dia hanyalah seorang gadis pengantar makanan yang terjerumus dalam konflik keluarga besar dari para mafia.“Sungguh cantik bagai dewi,” gumamnya. Sesaat ia ingin membidik lagi, tapi Sarah sudah menghilang. Ia hendak mencari keberadaan Sarah, akan tetapi seseorang memanggilnya untuk melanjutkan pekerjaannya karena acara sudah dimulai.