"Pe-pelakor? Apa maksudmu?" Sarah terlihat sangat gelisah dan panik atas tuduhan dari Belinda.
"Hidup kami baik-baik saja tanpa keberadaanmu!"
"Seharusnya kamu yang di luar rumah dan aku di dalam! Lihat! Bagaimana Luca memperlakukanku yang menjadi istri sah setelah kamu hadir?!" Suara Belinda sangat tinggi dan wanita itu berteriak-teriak dalam semua perkataannya.
Wajah Sarah semakin panas dan dia merasa pandangannya mulai buram.
"Pelakor yang hina! Kalau kamu bukan pelakor, maka segera pergi! Tinggalkan Luca, maka kami akan hidup baik-baik saja seperti yang sudah terjadi selama ini!""
Sarah terduduk di aspal yang dingin dan menatap kosong ke arah Belinda. Bagaimana dia bisa menempatkan dirinya ke dalam siklus kehidupan yang aneh? Dia sendiri belum mengingat tentang Luca.
Pihak keamanan segera membantu Sarah berdiri. "Mari, Nyonya. Saya akan mengantar Anda kembali ke dalam rumah. Tidak ada gunanya melayani orang gila," ucap pria tersebut lalu
Sarah memandang Luca dalam diamnya. Masih merasa tertekan karena dianggap sebagai pelakor oleh Belinda dalam teriakan yang melengking tadi.Luca menarik tangannya namun segera ditepis oleh Sarah."Sarah?" panggil Luca dengan lembut, menyadari keanehan dalam diri Sarah, wanita yang dicintainya itu. Kedua bola mata hitam milik gadis itu berkaca-kaca."Mengapa dia menyebutku sebagai pelakor?" tanya Sarah dalam kebingungannya."Dia itu memiliki sakit kejiwaan. Jangan kamu tanggapi!" Tanpa sengaja, Luca berteriak dengan suara tinggi sehingga Sarah semakin gelisah menatap pria di hadapannya."Maafkan aku, tolong jangan membuat kepalaku semakin pusing dengan pertanyaanmu itu. Kumohon, jangan menanggapi perkataan wanita gila itu atau kita akan terlibat percekcokan seperti yang dia inginkan!"Sarah menatap Luca tanpa berkedip, sesaat, dia merasa curiga dengan pria yang masih menatapnya itu.Luca berusaha meraih tangan Sarahm tetapi sekali lagi
Dalam kota yang diguncang oleh ketegangan dan kekacauan, sebuah ancaman baru mulai muncul dari dalam bayang-bayang yang gelap. Mafia yang telah lama bersembunyi mulai mengejar Luca dengan niat membawa balas dendam atas kejahatan yang telah dilakukannya. Namun, di balik sosok misterius yang memimpin kelompok tersebut, tersembunyi sebuah rahasia yang mengejutkan.Seorang pria misterius duduk di balik meja kayu tua, dikelilingi oleh para pengikutnya yang setia. Wajahnya tertutup bayang-bayang, tetapi aura kekuasaan dan keganasan terpancar dari sosok itu."Waktunya telah tiba untuk menghadapi Luca dan membawanya ke pengadilan jalanan. Kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di kota."Pria misterius tersebut adalah Matteo, pemimpin kuat dari kelompok mafia yang telah lama merencanakan pembalasan terhadap Luca. Namun, di samping niatnya untuk melawan tirani, ada motif yang lebih dalam yang mendorongnya."Sarah, gadis pengantar itu sekarang sudah d
Di luar dugaan, sebuah mobil hitam berhenti di depan Sarah. Pintu mobil terbuka dan Matteo menyapa dengan senyuman hangat di wajahnya."Masuklah," ucapnya dengan lembut.Sarah yang sedang menggendong Deon kecil, tidak memiliki pilihan lebih banyak lagi. Dengan langkah cepat, dia segera masuk ke dalam mobil.Pintu mobil tertutup dan mobil dilajukan dengan kecepatan stail meninggalkan mansion milik Luca.Sepanjang perjalanan, secara bertahap, Matteo menjelaskan segala sesuatu tentang dirinya kemudian menyudutkan Luca dengan komentar negatif.Dalam keheningan yang tegang, Matteo berhasil menyusupkan keraguan ke dalam pikiran Sarah, meruntuhkan fondasi kepercayaan yang pernah dia bangun untuk suaminya. Dikelilingi oleh ketidakpastian dan kegelisahan, Sarah merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit: tetap setia pada suaminya atau memilih kebenaran yang membingungkan.Sarah bergumam dalam dirinya, "Aku tidak bisa lagi mempercayaimu, Luca. Aku harus menemukan kebenaran sendiri."Dalam
Pikiran Sarah semakin terpuruk, perlahan dia mengingat dengan jelas pria yang menolongnya pada saat dia sedang dalam kondisi sekarat di bawah jurang, tetapi satu hal belum dimengerti olehnya karena pria itu bertanya apakah Deon adalah anaknya."Dia adalah Michael, pria yang menolongmu pada saat Luca dan gerombolannya menyiksamu," ucap Matteo pelan sambil menghentakkan pantatnya di atas kursi.Sarah masih terbawa dalam kebingungan dan menatap Matteo serta pria yang dikenalkan bernama Michael.Sebuah tatapan hangat dari Michael membuat hati Sarah berdesir pelan."Mari kugendong putraku sebentar," ucap pria itu.Sarah memberikan Deon ke dalam pelukan Michael, walau pun dia masih bingung apakah Luca adalah ayah dari Deon atau pria yang saat ini berada di hadapannya.Dalam kejutan yang mengejutkan, terkuaklah hubungan tersembunyi antara Matteo dan Michael, seorang pria yang pernah menyelamatkan Sarah di masa lalu. Kini, di hadapan mereka, terurai benang-benang masa lalu yang terjalin rapat
Michael menuntun Sarah masuk ke dalam sebuah kamar mewah dan mengunci pintunya sesudah itu.Sarah memutar tubuhnya dan mulai merasa panik karena pria itu akan sekamar dengannya."M-Michael ... "Sarah yang gelisah memandang Michael dengan kebingungan yang mendalam. Meskipun dia telah mengenalnya sebagai sosok yang menyelamatkannya di masa lalu, kehilangan ingatan membuatnya merasa terasing dan tidak nyaman di dekatnya."Michael... Aku... Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan..."Dalam keadaan bingung dan panik, Sarah merasa terjebak dalam kebingungan yang menyiksa. Setiap kali dia menatap wajah Michael, dia merasa ada ketidaknyamanan yang tak terkendali, sebagai akibat dari kehilangan ingatannya yang membingungkan."Sarah, aku tahu ini sulit bagimu. Tapi aku berjanji, aku tidak akan melukaimu. Aku hanya ingin membantumu mengingat kembali kenangan yang hilang.""Kita saling mencintai di masa lalu," lanjutnya dengan kedua mata be
Dengan penuh kemarahan, Luca kembali membanting kursi yang ada di depannya.Bram, pengawal yang berkerja sebagai asisten itu, tidak mampu mencegah emosi dari majikan yang biasanya baiknya itu. Mereka sudah berada di kota X selama 5 hari dan masih juga tidak dapat menemukan Sarah dan bayinya.“Bagaimana bisa lenyap begitu saja.” Luca berkata sambil membanting kursi yang satu lagi.Semua barang di atas meja sudah tidak ada yang bisa dilempar.Luca menghantam tangannya ke kaca jendela di sampingnya dengan tangannya.Pecahan kaca berhamburan. Angin kencang dari luar masuk sehingga dinginnya membuat Luca meringgis mempererat mantelnya. Bram buru – buru mendekat. Tangan Luca menguncurkan darah yang tidak sedikit.“”Maafkan aku, Tuan . Aku juga sudah berusaha,” seru Bram sambil menahan darah Luca.Bram melangkah untuk mengambil perban dan obat untuk mengobati luka Luca.“Apakah Mafia lain suda
Prang ... Gelas wine dijatuhkan Luca. Dengan mata melotot tidak percaya, Luca melihat ke layar kaca televisi yang berada di depannya.Siaran memberitakan informasi mengenai kecelakaan dua hari yang lalu di tebing menuju kota X. Korbannya bernama Sarah dan seorang bayi laki-laki yang diidentifikasikan sebagai anak Sarah.Gambar evakuasi terhadap jenazah sengaja diblur tampilannya sehingga jasad tidak jelas karena jasad dinyatakan hancur total.Bram menghela nafas panjang. "Akhirnya siaran kelima hari ini terlihat oleh Luca," gumamnya dalam hati, Ia pun bersiap - siap untuk menghadapi kejadian berikutnya dengan tenang.Luca berlutut di depan layar kaca di depannya karena kedua kakinya tiba - tiba terasa lemas."Demikian kami beralih ke berita selanjutnya " Suara penyiar televisi tidak terdengar lagi karena Bram segera mematikannya.Bram hanya berdiam diri sambil menikmati kacang yang ada di mini bar.Sesekali melirik ke Luca yang masih
Pintu Ruang operasi di tutup. Luca menjalani operasi kecil pada bagian otaknya yang mengalami pendarahan akibat stress yang meledak dan tekanan darah tinggi secara tiba - tiba. Berdasarkan laporan hasil MRI dan CT Scan, Luca divonis mengalami Aneurisma Otak.Aneurisma otak adalah pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah.Aneurisma otak yang dialami Luca cukup parah karena pembuluh darahnya ada yang pecah akibat serangan hipertensi yang tiba - tiba. Kondisi Luca yang kurang tidur dan kelelahan menambah efek negatif sehingga fisiknya melemah secara drastis.Kakek dan Bram sudah tiba di depan ruang operasi."Lihat apa yang sudah kamu lakukan! " seru Kakek dalam penyesalannya. Perkataan Kakek ditujukan kepada Luca yang dinilainya terlalu obsesi dengan keberadaan Sarah sejak awal.Kakek dan Bram memegang bahunya walau dalam hatinya sangat kesal."Bukan aku yang menyuruh Sarah pergi," gumam Kakek dan B
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng