"Sudah seminggu lebih dan kamu, bahkan tidak berada di sini!" seru Luca dengan kesal.
Melihat kekacauan ini, Sarah merasa campuran antara kejutan dan ketidaknyamanan. Dia mencoba menutupi rasa malunya dengan senyuman tipis, tetapi dalam hatinya, dia merasa tercabik. Sementara itu, Luca, meskipun mencoba tetap tenang, tidak bisa menyembunyikan ekspresi bingungnya.
Kamar yang berserak ini menjadi saksi bisu dari drama emosional yang berkecamuk di antara mereka, mencerminkan konflik yang dalam dan ketidakstabilan dalam hubungan rumah tangga mereka.
Suasana yang penuh ketegangan dan keanehan menyelimuti ruangan, keheningan yang terasa nyaring mulai terjadi di antara mereka.
Setelah memutar otaknya sejenak, Luca yang merasa kesal melihat perilaku istrinya. Dia menatap Belinda dengan serius. "Cukup, Belinda. Ini bukan waktu atau tempat yang tepat untuk berbicara seperti itu."
"Tidak ada gunanya kamu bersandiwara. Apakah kamu yakin itu adalah aku? A
"Kamu tidak usah ikut aku ke kamar. Sudah waktunya bagiku untuk istirahat," ucap Sarah lalu melambaikan tangannya meninggalkan Luca yang mematung dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya.Namun, sesaat kemudian, Sarah membuka pintu dan Luca merasa terharu, akan tetapi kembali kecewa karena tenryata, Sarah hanya ingin mengambil Deon yang berada dalam gendong Luca dan segera pergi masuk kembali ke kamar lalu menutup pintu, meninggalkan Luca yang terdiam di sana."Kurang ajar, ini mansionku dan dia melarangku masuk ke kamarnya," geram Luca.Dengan kesal dia berdiri. Para pelayan terkejut serentak. Melihat Tuan Besar mereka berjalan mendekati kamar, membuka pintunya lalu masuk ke dalam kamarnya."Tunggu! Sarah!"Sarah menghentikan aksinya untuk membaringkan Deon ke atas ranjang. Wanita itu memandang Luca dengan pertanyaan. "Ya?""Kalian semua sudah boleh pergi," ucap Luca membubarkan semua pelayan tersebut."Baik, Tuan.""Bila
Meskipun tidur, pikiran Luca terus berputar dalam rencananya untuk membalas dendam kepada keluarga Gonzales. Dalam kegelapan malam, niat jahatnya semakin menguat, dan hatinya yang penuh dengan dendam semakin mendorongnya untuk melangkah lebih jauh.Luca hanya bisa tertidur beberapa jam. Luca terbangun dari tidurnya dengan mata yang bersinar penuh dengan keinginan kejam. Dia melihat Deon dan Sarah tertidur pulas di atas tempat tidur, tampak tak berdaya di bawah bayangannya yang gelap."Malam ini, keluarga Gonzales akan membayar atas semua penderitaan yang mereka sebabkan padaku."Dengan langkah perlahan, Luca mengambil langkah-langkah menuju ke samping lemari lalu menekan sebuah tombol rahasia.Sebuah pintu tiba-tiba berputar dan sebuah lorong panjang terlihat. Luca segera melangkah masuk lalu menekan tombol penutup pintu dari dalam. Ternyata di sana adalah tempat dia menyimpan rahasia tergelapnya. Dia menarik keluar senjata yang telah dia sembunyikan, mat
Luca meninggalkan rumah kediaman keluarga Gonzales setelah melihat betapa kehancuran dalam rumah tersebut. Semua barang berharga milik pria itu dirampas oleh anak buah Luca."Bawa semua! Kosongkan rumah ini dan hanya bersisa pakaian yang melekat di tubuh mereka. Semua surat berharga menjadi milikku!" perintah Luca dengan semua kemarahan.Gonzales terduduk dengan lesu dan patah semangat. Tidak ada jalan lagi bagi dia karena sudah berani mengacaukan hidup seorang Luca.Nyawa mereka bertiga akan terancam kapan saja. Luca duduk di hadapan mereka dengan pistol di tangannya. Sebuah peluru yang siap diledakkan kapan saja."Bagaimana dengan istrimu?" Gonzales bertanya dengan suara gemetar."Kalian lucu dan bodoh! Apakah aku akan menganggap putrimu yang jorok itu sebagai istriku?"Gonzales melihat ke arah istrinya pada saat Luca mengatakan hal tersebut. Putri yang mereka sayangi dianggap jorok."Luc, mengapa kamu mengatakan dia jorok?" tanya i
"Luca! Ini tidak adil!" teriak Gonzales dengan panik.Namun, Luca sudah melangkah pergi dengan diikuti asisten Gonzales yang menggendong banyak dokumen di tangannya.Gonzales, istri, dan anaknya dibawa ke hutan oleh anak buah Luca. Mereka tidak tahu apa yang menanti mereka di sana, tetapi ketakutan melingkupi hati mereka saat akan berangkat.Di tengah langkah mereka menuju ke mobil, Gonzales menyaksikan bagaimana rumah mewah miliknya benar-benar dikosongkan oleh anak buah Luca.Gonzales berusaha melawan ketakutan yang melanda hati mereka. Mereka berusaha untuk tetap teguh meskipun nasib mereka tampak semakin suram. Namun, keputusasaan mereka hanya membuat situasi semakin genting.Gonzales, dengan tekad yang kuat, mencoba untuk memimpin keluarganya dengan semangat perlawanan. Mereka berusaha untuk menemukan cara untuk melawan, tidak ingin menyerahkan hidup mereka begitu saja kepada kejahatan yang melanda."Kita harus mencoba melarikan diri. K
"Pe-pelakor? Apa maksudmu?" Sarah terlihat sangat gelisah dan panik atas tuduhan dari Belinda."Hidup kami baik-baik saja tanpa keberadaanmu!""Seharusnya kamu yang di luar rumah dan aku di dalam! Lihat! Bagaimana Luca memperlakukanku yang menjadi istri sah setelah kamu hadir?!" Suara Belinda sangat tinggi dan wanita itu berteriak-teriak dalam semua perkataannya.Wajah Sarah semakin panas dan dia merasa pandangannya mulai buram."Pelakor yang hina! Kalau kamu bukan pelakor, maka segera pergi! Tinggalkan Luca, maka kami akan hidup baik-baik saja seperti yang sudah terjadi selama ini!""Sarah terduduk di aspal yang dingin dan menatap kosong ke arah Belinda. Bagaimana dia bisa menempatkan dirinya ke dalam siklus kehidupan yang aneh? Dia sendiri belum mengingat tentang Luca.Pihak keamanan segera membantu Sarah berdiri. "Mari, Nyonya. Saya akan mengantar Anda kembali ke dalam rumah. Tidak ada gunanya melayani orang gila," ucap pria tersebut lalu
Sarah memandang Luca dalam diamnya. Masih merasa tertekan karena dianggap sebagai pelakor oleh Belinda dalam teriakan yang melengking tadi.Luca menarik tangannya namun segera ditepis oleh Sarah."Sarah?" panggil Luca dengan lembut, menyadari keanehan dalam diri Sarah, wanita yang dicintainya itu. Kedua bola mata hitam milik gadis itu berkaca-kaca."Mengapa dia menyebutku sebagai pelakor?" tanya Sarah dalam kebingungannya."Dia itu memiliki sakit kejiwaan. Jangan kamu tanggapi!" Tanpa sengaja, Luca berteriak dengan suara tinggi sehingga Sarah semakin gelisah menatap pria di hadapannya."Maafkan aku, tolong jangan membuat kepalaku semakin pusing dengan pertanyaanmu itu. Kumohon, jangan menanggapi perkataan wanita gila itu atau kita akan terlibat percekcokan seperti yang dia inginkan!"Sarah menatap Luca tanpa berkedip, sesaat, dia merasa curiga dengan pria yang masih menatapnya itu.Luca berusaha meraih tangan Sarahm tetapi sekali lagi
Dalam kota yang diguncang oleh ketegangan dan kekacauan, sebuah ancaman baru mulai muncul dari dalam bayang-bayang yang gelap. Mafia yang telah lama bersembunyi mulai mengejar Luca dengan niat membawa balas dendam atas kejahatan yang telah dilakukannya. Namun, di balik sosok misterius yang memimpin kelompok tersebut, tersembunyi sebuah rahasia yang mengejutkan.Seorang pria misterius duduk di balik meja kayu tua, dikelilingi oleh para pengikutnya yang setia. Wajahnya tertutup bayang-bayang, tetapi aura kekuasaan dan keganasan terpancar dari sosok itu."Waktunya telah tiba untuk menghadapi Luca dan membawanya ke pengadilan jalanan. Kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di kota."Pria misterius tersebut adalah Matteo, pemimpin kuat dari kelompok mafia yang telah lama merencanakan pembalasan terhadap Luca. Namun, di samping niatnya untuk melawan tirani, ada motif yang lebih dalam yang mendorongnya."Sarah, gadis pengantar itu sekarang sudah d
Di luar dugaan, sebuah mobil hitam berhenti di depan Sarah. Pintu mobil terbuka dan Matteo menyapa dengan senyuman hangat di wajahnya."Masuklah," ucapnya dengan lembut.Sarah yang sedang menggendong Deon kecil, tidak memiliki pilihan lebih banyak lagi. Dengan langkah cepat, dia segera masuk ke dalam mobil.Pintu mobil tertutup dan mobil dilajukan dengan kecepatan stail meninggalkan mansion milik Luca.Sepanjang perjalanan, secara bertahap, Matteo menjelaskan segala sesuatu tentang dirinya kemudian menyudutkan Luca dengan komentar negatif.Dalam keheningan yang tegang, Matteo berhasil menyusupkan keraguan ke dalam pikiran Sarah, meruntuhkan fondasi kepercayaan yang pernah dia bangun untuk suaminya. Dikelilingi oleh ketidakpastian dan kegelisahan, Sarah merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit: tetap setia pada suaminya atau memilih kebenaran yang membingungkan.Sarah bergumam dalam dirinya, "Aku tidak bisa lagi mempercayaimu, Luca. Aku harus menemukan kebenaran sendiri."Dalam
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng