Selesai mandi, Deon menyambar pakaian yang sedang dipegang Lily dan bergegas memakai sendiri. Tanpa membuang waktu ia pun berjalan menuju ruang latihan menembak. Langkah jalan kaki Deon kuat dan bertenaga untuk ukuran anak sekecil dia. Tapi Lily yang menyusul dari belakang bisa ketinggalan. Padahal Lily juga mempunyai ilmu bertarung yang cukup handal.
“Anak ini benar – benar petarung,” gumamnya dalam hati.
“Tunggu aku, Deon… tunggu…,” serunya sambil mengejar Deon.
Deon tidak menyahut dan juga tidak melihat ke belakang. Sikapnya yang acuh dan dingin memang menjadikan semua orang yang berada di mansion tersebut tunduk hormat setiap dia lewat.
“Lamban sekali, bagaimana bisa melindungiku, aku harus belajar lebih giat supaya bisa melindungi diri sendiri,” gumam Deon dalam hati tanpa memperlambat langkah kakinya.
Sesampainya di taman, guru yang akan mengajari cara menembak sudah menunggu. Seor
“Tidak…, apapun itu berhenti memikirkan hal yang tidak mungkin,” potong Luca menatap Sarah dengan serius.“Jangan memikirkan hal lain. Sarah fokus hamil saja. Aku menginginkan anak itu.”“Tapi kondisi sekarang tidak memungkinkan,” sela Sarah.“Apa yang tidak mungkin?”“Deon masih menghilang dan …,”“Dan apa..?” sela Luca.“Dan karirku baru menanjak. Fashion show akan berlanjut sampai keliling dunia. Kesuksesan Sarah sudah di depan mata.”“Sarah sudah berhasil membawa Leonardo Wedding gown sejauh ini, harus mengurus semua hal. Bagaimana saya bisa mengurus semua itu bila harus dalam keadaan hamil?”Luca diam sejenak mengontrol emosinya yang sudah sempat naik. Terjadi keheningan diantara mereka. Sampai terdengar ketukan pintu.“Masuk..,” ucap Sarah melirik ke arah Luca yang memilih duduk menjauh di sofa
“Acara fashion kamu akan kubantu, kita mencapai sukses bersama – sama, ok?” tanya Luca sambil merangkul Sarah erat.Sarah akhirnya menganggukan kepalanya.“Aku mencintaimu,” Luca mengecup bibir ranum Sarah kemudian memberikan ciuman yang lama dan hangat.Tentu saja Luca tidak berani melakukan lebih dari sentuhan hangat karena sudah dilarang oleh dokter selama tiga bulan pertama.Sementara di mansion Kakek, Melya mengalami perubahan hormon kehamilan tri semester pertama yang tidak stabil. Kemarahan selalu memuncak. Apa saja yang dilakukan oleh semua pelayan selalu membuat dia marah.Drtt.. drt… suara handphone memanggil.“Hmm..,” jawab Kakek setelah layar menunjukkan penelepon adalah Lily, pengawal yang diutus menjaga Deon.“Deon mencapai penguasaan latihan menembak dengan baik. Tubuhnya lecet–lecet akibat latihan Taekwondo.”“Bagus, lanjutkan saja.”
“Oh, papa…., maaf Andrew masih kecil, Melya tidak rela memarahinya. Jadi Melya bermaksud untuk membiarkan dia melihat pemandangan berantakan yang dia buat sendiri dengan harapan dia akan sadar kemudian berubah,” jawab Melya seenaknya.“Apa…?” geram Kakek.Kakek menjewer telinga Andrew kemudian memerintahkannya untuk membersihkan kekacauan yang dibuatnya.“Bersihkan sekarang juga atau nanti tidak ada makan malam untukmu,” perintah Kakek.Andrew membersihkan kekacauan yang dibuatnya sambil menangis.Melya ingin membantu tetapi dilarang.“Mulai sekarang, kamu diam di dalam kamar atau kamu yang akan saya usir keluar. Untuk pelayan berikutnya tidak ada hak kamu untuk memecat lagi. Semua itu akan menjadi urusan Melya,” ucap Kakek sambil memandang tajam ke arah Melya.“Bila kamu tidak setuju, maka saya akan senang hati mengembalikan kamu kepada ayahmu,” lanjutnya.
“Siapa namamu?” Deon bertanya tanpa melihat ke arah pengawalnya.“Jenny,” jawabnya dengan sopan.“Kamu boleh menjadi pengawal pribadiku tapi saya tetap membutuhkan tante Lily, sudah hampir seminggu, seharusnya masalahnya juga sudah selesai ditangani. Hubungi Kakek sekarang, katakan supaya membawa Lily kembali kepadaku,” ucap Deon dengan mata menatap dingin ke arah Jenny, tangannya masih tetap mengelus pistol dari gading yang dipakainya untuk latihan tadi.Karena sedikit takut terhadap Deon, Jenny memutuskan untuk menghubungi Kakek.Setelah terhubung, Jenny buru – buru memberikan ponselnya kepada Deon karena merasa susah menyampaikan apa yang diperintahkan Deon tadi.“Ya kenapa?” tanya Kakek.“Kakek tua, kamu kembalikan Lily ke sini. Selesaikan masalah keluarga yang dia hadapi. Atau…”“Atau apa?” tanya Kakek dengan santai.“Atau cucu
“Ya, bila suatu saat ternyata ia mengkhinati kakeknya, maka kamu yang akan turun tangan membunuhnya sendiri,” ucap Kakek.Lily memikirkannya sesaat kemudian menjawan, “Baik, saya memastikan ia tetap akan setia kepada Tuan. Bila nanti ia berkhianat maka saya yang akan membunuhnya sendiri dengan tangan saya,” ucap Lily memastikan.“Jangan ada kasih sayang apapun yang kamu ajarkan kepadanya. Tetaplah tahan perasaanmu. Saya mau Deon yang dingin dan tidak mempunyai perasaan kasihan,” lanjut Kakek.“Seperti permintaanmu Tuan ! tanpa saya bantu pun, Deon memang sudah dingin dan ketus. Dia mewarisi gen utuh dari keluarga Anda,” jawab Lily.“Baiklah, bersiaplah…, kamu akan diantar kembali ke Jepang. Buat karangan sendiri atas luka di tubuhmu,” ucap Kakek melambaikan tangannya keluar.Lily pun pamit dengan hati bahagia karena dapat kembali ke Deon. Ia sudah sangat menyayangi anak itu walau an
Kakek menggelengkan kepalanya,” Entahlah, sejak Luca pulang ke New York dan tidak berbuat hal aneh, Saya tidak mempedulikan wanita yang tidak jelas asal usulnya itu, mati atau hidup juga saya tidak perduli,” jawab Kakek dengan ketus.Tak lama kemudian terdengar suara piring dibanting,”Apa lagi kali ini,” seru Kakek Castello terkejut kemudian segera berlari ke arah sumber suara.“Kenapa?” tanya Castello melihat pelayan yang sedang membereskan pecahan mangkuk.“Nyonya Melya tidak mau minum sup penguat janin, dia bilang tidak suka karena pahit,” ucap pelayan dengan sedih.“Tidak usah dibanting juga,” ucap Castello dengan kesal.Castello ingin bergerak ke kamar Melya tapi diurungkan niatnya, “Huh… tak ada gunanya menghibur dia, menantu tak punya tabiat baik, menghabiskan waktu saja. Lebih baik melanjutkan tonton grafik sahamku,” gumam Castello kemudia
“Baiklah, morning sick tidak dapat dipindahkan secara medis. Mungkin yang kamu maksud adalah morning sick yang dialami oleh suami menggantikan istrinya,” jawab Bram.“Iya, bagaimana itu bisa terjadi?”“Itu kejadian yang memang terjadi di beberapa pasangan. Biasanya dikatakan bahwa suaminya sangat mencintai istrinya sehingga rela menggantikan istrinya mengalami morning sick,”jawab Bram.“Terus…”“Ya terus, apa yang mau kamu tanyakan? Bagaimana cara pindah? Tidak ada yang tahu.”“Sepertinya harus sangat mencintai pasangannya dan tulus tidak rela membiarkan pasangannya mengalami morning sick, itu saja yang ku tahu,” jawab Bram seadanya.Luca mematikan ponselnya.“Luca… astaga, tidak pernah mengucapkan salam apapun.” Dengan kesal Bram menatap ponselnya yang dimatikan sepihak oleh Luca.Sementara Luca merenungi semua informasi yan
Di suatu pagi yang cerah, tiba – tiba Luca merasa mual dan ingin muntah.Dengan berlari kecil, Luca menuju ke kamar mandi kemudian memuntahkan semua isi perutnya. Perasaannya begitu kacau selama dua hari belakangan ini.Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dokter supaya bisa memberikan pengobatan kepadanya karena ia harus kuat. Tugas dan tanggungjawabnya sungguh tidak bisa diwalikan kepada orang lain.“Apakah aku salah makan?” tanya Luca kepada dirinya sendiri di cermin.Tok tok tok terdengar suara ketukan di pintu kamar mandi.“Luca, doktermu sudah datang,” ucap Sarah dekat pintu.“Ya, aku segera keluar,” jawab Luca kembali membasuh wajahnya yang kelihatan kusut.Sementara Sarah mempersilahkan dokter untuk duduk menunggu.Tak lama kemudian Luca keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terasa sakit dan lemah.“Dokter, ada sesuatu dalam perutku yang menyebabkan aku mual ter
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng