Dengan kesal Bram menutup handphonenya. Berpikir sejenak.
“Robert, Kamu pergi sendiri saja. Laporkan semua yang kamu dapatkan. Anak itu harus ditemukan. Buru mereka yang menculiknya. Yakinlah Saya akan membayarmu lebih dari yang kamu pernah dapatkan,” ujar Bram kemudian melangkah pergi kembali ke mobil untuk diarahkan ke Rumah sakit..
Robert terbengong sendiri karena harus naik pesawat pribadi sendirian saat itu.
“Astaga, mendadak Sultan,” guman Robert sesaat setelah masuk ke dalam pesawat yang mewah. Tapi Robert sadar akan hal besar yang ditugaskan kepadanya.
Robert pun menghubungi semua orang yang dia kenal untuk mencegah kapal berlogo teratai melarikan diri.
Sementara Bram menghubungi Luca dan menceritakan segalanya.
“Kita bersama semua bergerak ke Thailand saat ini juga,” ucap Luca.
“Bagaimana dengan Wisnu?”
“Tarik saja. Hanya hidungnya yang terluka, bukan masalah besar.
Deon memiringkan kepalanya, "Namaku Deon? ""Ya sayang, namamu ElDeon artinya kekuatan pejuang. Apakah kamu mengingat sesuatu? ""Tidak sama sekali, " Deon menggelengkan kepalanya."Kamu mamaku? "Lily tertawa, "Bukan, tapi Deon boleh menganggapku Mama bila suka," ucapnya sambil mengelus kepala Deon."Enngg, dimana Mamaku?" tanya Deon dengan polos."Bagaimana bila Deon makan dulu, Tante Lily akan menceritakan segalanya sambil menemanimu makan? ""Tante Lily? ""Ya, namaku Lily dan aku adalah pengasuhmu sejak kecil. ""Hmm... , maaf ..., saya tidak bisa mengingatnya sama sekali, " Ucap Deon dengan lesu.Deon menundukkan kepalanya."Tidak apa - apa, pelan - pelan saja. Yang penting Deon menjaga kesehatan. Kita makan dulu ya? "Deon menganggukan kepalanya pelan.Mendapat respon yang bagus dari Deon, Lily menepuk kedua tangannya. Sesaat kemudian pintu terbuka dan beberapa pelayan masuk membawakan
Dengan suapan yang berirama, akhirnya Deon menghabiskan semua makanan yang ada di meja. "Oke, perutku sudah kenyang. Sekarang katakan, dimana saya? ini kota apa? negara apa? saat ini tanggal berapa? Dan apa tugas saya di sini? ""Tunggu tungguuu... Satu persatu dong nanyanya, " Jawab Lily dengan kebingungan akibat pertanyaan yang bertubi - tubi di lontarkan Deon yang mulai saat ini bernama ElDeon. Dengan panggilan Deon.Lily menarik nafas kemudian menjawab, " Kamu di rumah kakek Kakek Castello. Ini di kota Kyoto, Jepang. Saat ini tgl 23 Januari 2023 dan kamu masih kecil jadi tidak mempunyai tugas apapun selain belajar. Dan jadwal les kamu dan pelajaran kamu sudah di email. ""Email? Apa email saya? ""Nanti tante bantu buka emailnya. "Deon mengangguk kepalanya kemudian berdiri."Saya butuh mandi, sediakan semua kebutuhan pelajaran saya. Saya akan mempelajari bagian yang saya lupakan atau tinggalkan," ucap Deon melang
”Tapi Sarah tidak diculik siapapun, Sarah hanya pergi bersama Matteo dan Michael yang kebetulan mengalami kecelakaan dan diselamatkan oleh Sarah.”Luca dan Bram terkejut mendengar pernyataan Sarah.Menyadari kesalahan dalam perkataannya, Sarah menjadi panik dan canggung."Luca, maafkan aku," ucapnya sesaat kemudian."Bagaimana semua ini bisa terjadi? Kamu tahu, Matteo dan Michael bukan orang baik!" seru Luca mulai terlihat marah.Sarah pun menceritakan kronologis pertemuannya dengan Matteo dan Michael sampai dengan mereka tidak menawan Sarah, tetapi malah membantu Sarah dengan memberikan pekerjaan yang sesuai kemampuannya.Berakhir sampai Sarah yang membangun karirnya dengan sukses dan mereka akhirnya bertemu di acara fashion show.Luca menganggukkan kepalanya sesekali, sementara Wisnu yang duduk agak jauh hanya melihat ekspresi mereka tanpa mendengar dengan jelas. Sesekali ia melihat ke arah Luca asli yang ternyata memang
Sesampainya di mansion Kakek, Melya dan Andrew sudah berdiri di depan halaman. “Suamiku,” sambut Melya berlari kecil memeluk Wisnu sementara Andrew kecil berlari memeluk Bram, “Papa…,” ucap mulut kecil Andrew. “Ya sayang, papa membelikan banyak hadiah untukmu.” “Ohya, ada robot?” tanya Andrew dengan manja. “Ada dong, itu tidak akan pernah papa lupakan dong…,” jawab Bram sambil memutar badan Andrew sehingga ia tertawa kegirangan. Melya dan Wisnu hanya tertawa mengikuti gerak Andrew yang bahagia. “Oh ya sayang, katanya kamu hamil ya?” tanya Wisnu sambil mengelus lembut perut Melya yang masih rata. “Iya, Sayang, anak kita,” jawab Melya dengan tersenyum manja. Bram yang mendengar merasa jijik dan mau muntah, namun ditepisnya perasaan itu jauh – jauh dan berusaha menfokuskan diri kepada Andrew. Mereka pun berjalan bersama menuju ke dalam mansion Kakek. Kakek dan Melya sudah menunggu, makanan dan minuman serba mew
Sarah melangkah dengan pelan. Melihat kondisi yang tidak sehat, Luca lantas menggendong Sarah kemudian membaringkannya dengan perlahan ke ranjang.Minumlah air hangat ini terlebih dahulu. Dokter akan datang sebentar lagi untuk memeriksamu.Sarah menurut dengan pandangan yang sudah lelah sekali. Luca memberikan aroma minyak terapi supaya meringankan keadaan Sarah yang mual.Tak lama kemudian Sarah tertidur. Suara dengkuran halus terdengar lemah. Luca sangat khawatir dengan keadaan Sarah yang sedang sakit seperti itu. Semalam mereka masih makan malam bersama di pinggiran kota Thailand yang indah suasanan nite marketnya. Sepulangnya mereka masih berpelukan tidur.Pagi saat bangun, tiba – tiba Sarah sudah pucat dan muntah – muntah. Luca khawatir ada yang memasukkan racun pada makanan mereka semalam. Atau apapun itu.Tok tok tok….“Masuk”“Halo, saya Dokter yang diutus dokter keluarga Anda,” ucap
Sementara di sebuah pulau pribadi milik Kakek di Jepang. Deon sedang memandang ke lautan di depan balkon tempat ia berdiri.“Deon, apakah kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lily dengan sopan.Deon menggelengkan kepalanya pelan.” Saya harus menjaga porsi stamina dan bentuk tubuh saya supaya tidak kelelahan pada saat ujian Taekwondo nanti bulan Desember. Jangan selalu menawari makanan kepada saya,” ucap Deon tanpa melihat ke arah Lily yang selalu menemaninya di belakang sebagai pengawal pribadinya.Lily hanya terdiam dan berkata dalam hati, “ Sungguh anak ini sangat mirip dengan Luca. Seandainya Luca tahu anaknya berada disini. Mungkin aku orang pertama yang dibunuhnya setelah menemukan Deon,” gumamnya dalam hati.“Apa yang kamu pikirkan Deon sayang? Apakah mau menceritakannya kepada tante?” sapa Lily kembali.Deon terdiam sesaat kemudian berkata,” Jangan memanggilku sayang bila kamu bukan orangtua
Selesai mandi, Deon menyambar pakaian yang sedang dipegang Lily dan bergegas memakai sendiri. Tanpa membuang waktu ia pun berjalan menuju ruang latihan menembak. Langkah jalan kaki Deon kuat dan bertenaga untuk ukuran anak sekecil dia. Tapi Lily yang menyusul dari belakang bisa ketinggalan. Padahal Lily juga mempunyai ilmu bertarung yang cukup handal.“Anak ini benar – benar petarung,” gumamnya dalam hati.“Tunggu aku, Deon… tunggu…,” serunya sambil mengejar Deon.Deon tidak menyahut dan juga tidak melihat ke belakang. Sikapnya yang acuh dan dingin memang menjadikan semua orang yang berada di mansion tersebut tunduk hormat setiap dia lewat.“Lamban sekali, bagaimana bisa melindungiku, aku harus belajar lebih giat supaya bisa melindungi diri sendiri,” gumam Deon dalam hati tanpa memperlambat langkah kakinya.Sesampainya di taman, guru yang akan mengajari cara menembak sudah menunggu. Seor
“Tidak…, apapun itu berhenti memikirkan hal yang tidak mungkin,” potong Luca menatap Sarah dengan serius.“Jangan memikirkan hal lain. Sarah fokus hamil saja. Aku menginginkan anak itu.”“Tapi kondisi sekarang tidak memungkinkan,” sela Sarah.“Apa yang tidak mungkin?”“Deon masih menghilang dan …,”“Dan apa..?” sela Luca.“Dan karirku baru menanjak. Fashion show akan berlanjut sampai keliling dunia. Kesuksesan Sarah sudah di depan mata.”“Sarah sudah berhasil membawa Leonardo Wedding gown sejauh ini, harus mengurus semua hal. Bagaimana saya bisa mengurus semua itu bila harus dalam keadaan hamil?”Luca diam sejenak mengontrol emosinya yang sudah sempat naik. Terjadi keheningan diantara mereka. Sampai terdengar ketukan pintu.“Masuk..,” ucap Sarah melirik ke arah Luca yang memilih duduk menjauh di sofa
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng