"Jadi gimana mau ngga?" tanya Firas lagi.
"Mmm," jawab Prita menganggukkan kepalanya.
Firas tersenyum bahagia dan langsung memeluk Prita. Ia tidak bisa membayangkan betapa bahagianya hari ini. Begitu pula dengan Prita. Ia merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang Firas rasakan.
"Makasih, makasih banyak, Sayang," ucap Firas sampai menitikkan air matanya karena terlalu bahagia.
Akhirnya malam panjang pun terjadi. Malam di mana seharusnya sudah terjadi di hari pertama mereka menikah.
Firas tidak lagi terlihat seperti orang sakit. Ia sembuh dalam hitungan detik. Sepertinya sakit hanya perantara baginya untuk mengikat Prita. Sampai pada keesokan harinya, justru Prita yang sakit karena tidak bisa berjalan.
Firas bangun pagi dan melayani apapun yang Prita butuhkan. Ia ingin melakukan apa saja untuk wanitanya. Ia bahkan tidak mengizinkan asisten rumah tangganya untuk membantunya menyiapkan makanan untuk Prita. Semuanya benar-ben
Anggi bingung apa yang harus ia lakukan. Pak Irsyad benar-benar memaksanya hingga tidak bisa menolak. "Kamu tau 'kan di mana rumah Prita?" tanya Pak Irsyad. "Ya tau lah, Pak. Masa ngga tau di mana rumah sahabat sendiri. Yang bener aja dong," sahut Anggi memutar bola matanya malas. "Baguslah kalo kamu tau. Jadi 'kan gampang ngga usah ribet-ribet nyari alamat." Pak Irsyad hanya melirik dan tetap fokus mengemudikan mobilnya. "Bodo amat lo mau ngomong apa. Liat aja, gue gerjain baru rasa lo. Jangan kira lo ganteng, terus lo bisa maenin perasaan orang seenak jidat lo aja yah." "Dulu pas dikejar sok ganteng banget. Sekarang giliran dicuekin balik ngejar. Tapi sayangnya, lo ngga bakal bisa ngedapetin Prita. Gue yang bakal jauhin lo dari dia dan gue bakal nyatuin Prita sama Om Firas," lanjut Anggi tersenyum menyeringai. Anggi memikirkan sesuatu agar Pak Irsyad tidak pergi menjenguk Prita. Dan yah, akhirnya ia menemukan ide brilian. Ia terus saja menunjukkan arah tanpa membuat Pak Irsyad
"Ko kamu diem aja, sih, Anggi? Jawab dong! Maksud dari ucapan kamu barusan itu apa?" tanya Pak Irsyad penasaran."Mmm... P-pak Irsyad apaan, sih. O-orang a-aku lagi ngomongin drama Korea juga," jawab Anggi mengarang cerita.Beruntung kemarin ketika menelpon Prita, mereka membahas masalah drama Korea. Jadi dengan mudah ia bisa mencari alasan."Drama Korea apa?" tanya Pak Irsyad mengernyitkan keningnya."Ya elah, Pak. Drama Korea Mr. Queen yang kemaren Prita tonton. Itu drama tuh bener-bener lucu bin kocak. Sampe-sampe bisa bikin orang ketawa and sakit perut pastinya."Anggi memberi alasan yang tidak masuk akal. Bahkan tidak nyambung sama sekali dan membuat Pak Irsyad kebingungan."Maksud kamu apa, sih, Nggi? Serius deh saya ngga ngerti maksud kamu apa," tanya Pak Irsyad sambil menggaruk tengkuknya."Ya udah kalo ngga ngerti. Saya sama Prita pamit masuk ke kelas dulu. Bye, Pak Irsyad good morning," jawab Anggi tidak peduli.Pak I
Tepat ketika Prita hendak menjawab, tiba-tiba ponsel jadulnya berdering. Anggi melirik ke arah ponsel Prita dan melihat siapa nama orang yang terpampang jelas di layar ponsel jadul Prita. Ia bergegas merebut ponsel itu dari tangan Prita dan memencet tombol jawab.[Halo, Om. Ini Anggi.][Iya, halo. Loh, ko kamu yang angkat, Prita mana?][Prita ada nih, Om samping aku. Oh iya, Om. Rencananya ntar sore aku mau ajak Prita nonton boleh ngga?][Boleh. Tadi Prita juga udah minta ijin ko sama aku.][Iya, Om. Tapi emang Om Firas ngga mau ikut nonton gitu? Kalo mau, sekalian ajak temen Om Firas yah. Tapi yang ngga kalah ganteng sama Aldebaran yah, Om.][Iyah mau. Ini rencananya juga telpon Prita mau ngasih tau kalo aku pengen ikut. Ntar sekalian aku ajak Zafran deh sekretaris aku. Tapi ngomong-ngomong Aldebaran itu siapa, Nggi.][Bener yah, Om. Yang pasti Aldebaran itu cogan, cowok ganteng. Ya udah, Om ntar sore kita tunggu di depan halte sekol
Pak Irsyad pergi bersama Vanya yang ternyata adalah adik kandungnya sendiri. Mereka berdua berencana untuk membeli hadiah pernikahan kedua orang tuanya yang entah ke berapa tahun."Kalo ngomong jangan suka sembarangan, Dek. Mungkin aja dia itu omnya Prita. Udah, mending kita fokus cari hadiah aja dulu," kata Pak Irsyad meskipun dalam hatinya ragu.Setelah mendapatkan hadiah, Pak Irsyad dan Vanya bergegas pulang. Sebenarnya ia ingin mengejar Prita dan bertanya. Namun saat ini, perayaan pernikahan kedua orang tuanya jauh lebih penting daripada perasaannya.***"Kita mau nonton apa, Nggi?" tanya Prita."Bentar, gue cari dulu yah," jawab Anggi melihat-lihat jadwal film di layar ponselnya.Sebenarnya ia ingin memesan tiket online, tapi berhubung ada dua bodyguard tampan di belakangnya. Jadi, ia memutuskan untuk membeli tiket secara langsung. Tentunya dengan Firas yang membayarnya."Om, nanti Om Firas aja yah yang bayarin. Sekalian po
"Sayang kamu kenapa, sih? Ko jadi kasar gini sama aku!" ujar Indira kembali mencekal lengan Firas."Stop manggil aku sayang!" bentak Firas menghempaskan tangan Indira.Lagi? Yah, Firas kembali menghempaskan tangan Indira untuk ketiga kalinya, setelah pertemuan keduanya. Tidak ada rasa cinta, tidak ada rasa sayang, dan tidak ada rasa rindu. Kini hanya ada kebencian yang tersirat di matanya."Emangnya kenapa, Sayang? Kenapa aku ngga boleh manggil kamu sayang lagi?" tanya Indira bergelayut manja di lengan berotot Firas."Karena hanya seseorang yang boleh memanggilku sayang. Dan seseorang itu bukan kamu!" sahut Firas menghempaskan tangan Indira lagi dan lagi."Sayang kamu kenapa, sih? Udah dong becandanya," kata indira sambil menyentuh lengannya yang terasa sakit akibat hempasan tangan Firas."Kamu marah sama aku? Kenapa? Apa gara-gara aku ngga dateng mengunjungi kamu. Maaf, Sayang! terakhir aku menemuimu di departemen store, aku sedang liburan
Waktu menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Prita yang biasa makan tepat waktu dan dengan porsi yang sangat banyak sudah merasa kelaparan."Ya udah, yuk! Mendingan kita makan, udah laper banget nih," ujar Prita memecah kecanggungan. Ia menyentuh perutnya yang sedari tadi keroncongan."Ayo, Za, Nggi!" ajak Firas melihat istri kecilnya sudah mulai tanda-tanda ingin memakan sesuatu.Akhirnya mereka makan malam terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang ke rumah. Zafran mengantar Firas dan Prita pulang terlebih dahulu. Kemudian atas perintah bosnya, ia mengantar Anggi pulang."Za! Kamu antar saya dan Prita pulang dulu. Setelah itu, baru kamu antar Anggi pulang ke rumahnya," ucap Firas sengaja agar Anggi bisa berduaan dengan Zafran."Baik, Pak!" seperti biasa jawaban tegas dari Zafran.Setelah mengantar Firas dan Prita pulang, Zafran hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Anggi selalu berusaha untuk membuka pembicaraan. Namun, Zafr
"I-itu--" balas Prita terbata, namun langsung dipotong oleh Anggi."Emang Pak Irsyad cuman liat Prita? 'Kan di sana ada aku juga," potong Anggi melihat Prita kebingungan harus menjawab apa."Masa, sih. Ko saya ngga liat, yah. Yang saya liat cuman Prita sama seorang laki-laki dewasa.""Hmmm... kemaren itu, aku sama Prita mau nonton. Trus omnya Prita sama sekretarisnya ikut nonton. Katanya, sih, sekalian ngerefresh otak biar ngga pusing mikirin kerjaan mulu."Anggi memang jagonya mengarang cerita. Tanpa rasa takut akan ketahuan, dengan santainya ia menjawab."Oh, jadi gitu," kata Pak Irsyad."I-iyah, Pak. Apa masih ada yang mau Bapak tanyakan?" tanya Prita."Ngga ada, sih. Lain kali kalo mau nonton, ajak mas aja yah, Ta!" bisik Pak Irsyad mendekat ke arah Prita. Namun sayangnya, Anggi dapat mendengar semuanya."Ayo, Ta! Kasian Aa Zafranku udah nunggu lama di depan," ajak Anggi melirik sinis ke arah Pak Irsyad."Emang Mas Z
"Ya Tuhan! Lalu di mana Prita sekarang?""Bi Sumbi, Ijah, dan Surti! Cari ulang nyonya muda kalian di setiap sudut rumah ini."Firas berjalan mondar-mandir dengan ekspresi wajah panik. Ia menyesal karena hari ini tidak menjemput Prita. Seharusnya ia meminta bawahannya untuk menjemput jika ia tidak bisa. Kemudian pikirannya melanglang buana ketika ia mengirim pesan pada Prita. Ia mengingat jawaban singkat yang ia terima."Apa jangan-jangan Prita marah karena aku ngga jemput? Aaarrrgh... sial!" racau Firas sambil menyugar rambutnya dan mencengkeram rambutnya kasar."Anggi! Yah, aku harus bertanya pada Anggi. Semoga saja Prita ada di sana." Firas berlarian menaiki tangga untuk mengambil ponselnya di kamar.Sampai di kamar, ia menyambar ponselnya di nakas. Ia langsung mencari nomor kontak Anggi dan memencet tombol telepon.[Halo, Anggi.][Iyah, Om ada apa?][Prita lagi sama kamu ngga?][Prita? Ngga ko, Om. Emang kenapa?]
"Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg
Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain
"Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,
"Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
"Nona bisa keluar sekarang," ujar Pak Polisi mengetuk kaca mobil."Nona? Mau keluar sendiri atau mau kami paksa?" ujar polisi lain.Indira terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibirnya sambil meremas jemarinya. Meskipun demikian, ia tetap membuka pintu mobil dan keluar. Namun sebelum keluar, ia membuka laci mobil sebelah kiri. Ia mengambil benda runcing berukuran kecil dan menyembunyikannya di balik gaun dengan rok mengembang."Mari ikut kami," ajak Pak Polisi agar Indira masuk ke dalam mobilnya.Ketika dua polisi berbalik, wanita itu bergegas berlari ke arah Prita dan Firas berada."Kalo aku ngga bisa milikin kamu, maka dia juga ngga boleh," teriak Indira berlari ke arah Firas dan menusuk perutnya.Firas menoleh bersamaan juga dengan Prita. Mereka berdua tidak tahu apa yang akan Indira lakukan. Setelah mendekat barulah Firas mengetahuinya. Karena kini perutnya sudah berlumuran cairan merah.Srekkk!"Aaa... " teriak Firas terkejut
Semenjak pertama kali mengetahui Firas sudah menikah dengan Prita. Indira mulai menyelidiki asal-usul gadis itu. Ia mencari tahu informasi sedetail-detailnya. Sampai ia menemukan informasi di mana Prita bersekolah. Setelah itu, ia mulai mengawasi Prita melalui detektif swasta. Sampai pada hari ini, ia mendapat kabar bahwa Prita tidak dijemput oleh Firas melainkan oleh Zafran, sekretarisnya. Wanita itu langsung kabur dari lokasi syuting menuju sekolah Prita. Sampai di sana, ia tidak mendapati orang yang ia cari. Kemudian, ia menghubungi detektif swasta sewaannya. Untuk mencari tahu di mana lokasi Prita saat ini. Dan yah, di sinilah Indira saat ini. Memaksa Prita untuk keluar dari mobil dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Karena Prita tak kunjung keluar, membuat wanita itu nekat. Ia hampir memecahkan jendela mobil jika Zafran tidak memundurkan mobilnya. Tepat ketika Zafran memundurkan mobilnya, Indira jatuh tersungkur karena pijakan kakinya yang tidak seim
"Lo tau ngga kalo Mas Zafran mulai sekarang yang bakal jemput gue?" tanya Prita."Ngga. Emang kenapa?" balas Anggi balik bertanya."Gue denger dari Om Firas, kalo dia ngelakuin itu demi lo. Demi bisa jemput lo pulang sekolah tiap hari."Deg!Ternyata ucapan Zafran kemarin bukan hanya buallan saja. Pria itu benar-benar melakukan semua sesuai ucapannya."Emang ada apa, sih, antara lo dengan Mas Zafran? Apa jangan-jangan lo sama Mas Zafran udah jadian? Tapi lo sengaja nyembunyiin itu dari gue?""Ya Elah lo Nggi, bisa-bisanya lo ngga kasih tau gue. Apa jangan-jangan lo sengaja mau balas dendam sama gue?" sambung Prita menebak.Prita berpikir bahwa Anggi sengaja ingin membalaskan perbuatannya dulu. Ketika ia menikah namun tidak memberitahu Anggi. Padahal kenyataan yang sebenarnya tidak seperti itu. Kenyataannya Zafran hanya ingin membantu Anggi menyembuhkan traumanya. Itu saja dan tidak lebih."Ngga gitu, Ta. Gue sama Aa Za ngga ada