"Ak-aku... Om Firas bisa kasih aku sedikit waktu ngga?" Prita balik bertanya meminta sedikit waktu untuk meyakinkan hatinya.
Prita takut-takut dalam menjawab pertanyaan Firas. Meskipun demikian, ia tetap meminta sedikit waktu. Karena sebelum memutuskan, ia harus meyakinkan hatinya. Bahwa perasaannya pada Firas tidak salah.
"Tentu saja bisa. Jangan 'kan sedikit waktu, banyak waktu pun aku ngga masalah. Aku bisa menunggu kamu sampe kamu siap menerima perasaan aku," sahut Firas tidak ingin terlalu memaksakan kehendak hatinya.
"Makasih yah, Om," kata Prita.
"Sama-sama," balas Firas menarik Prita masuk ke dalam dekapannya.
"Perasaan Om Firas jadi sering banget meluk aku deh," kata Prita.
"Emang kenapa? Ngga boleh?" tanya Firas.
"Mmm... gimana, yah?" balas Prita sambil mengetuk-ngetuk dagunya.
"Harus boleh dong. 'Kan udah sah, kecuali belom baru ngga boleh," kata Firas.
"Bodo amat," balas Prita menjulurkan lidahnya dan menjauh
"Om Firas ngapain yah di atas, ko ngga turun-turun? Padahal udah waktunya makan malam. Apa gue naek ke atas aja ya?" ujar Prita berjalan mondar-mandir sambil menggigit kuku jari tangannya.Prita memutuskan untuk naik ke kamar di lantai dua. Sebenarnya semenjak Firas pulang, ia sudah gusar memikirkan sikap Firas yang tiba-tiba abai akan dirinya.Tok! tok! tok!Prita mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia takut kejadian sebelumnya akan terjadi lagi. Melihat Firas dalam keadaan tidak memakai pakaian. Beberapa kali mengetuk pintu, ia tidak mendapat jawaban. Akhirnya ia memutuskan untuk langsung masuk ke dalam.Cekret!Suara pintu terbuka karena memang Prita memutar kenop pintu. Ia menjulurkan kepalanya memeriksa keadaan kamar. Kemudian, tatapan matanya tertuju pada Firas yang berada di atas ranjang dengan posisi mata terpejam."Ternyata Om Firas tidur. Gue kira lagi ngapain," bisik Prita sambil melangkahkan kakinya perlahan.Ia berjalan
"Jadi gimana mau ngga?" tanya Firas lagi."Mmm," jawab Prita menganggukkan kepalanya.Firas tersenyum bahagia dan langsung memeluk Prita. Ia tidak bisa membayangkan betapa bahagianya hari ini. Begitu pula dengan Prita. Ia merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang Firas rasakan."Makasih, makasih banyak, Sayang," ucap Firas sampai menitikkan air matanya karena terlalu bahagia.Akhirnya malam panjang pun terjadi. Malam di mana seharusnya sudah terjadi di hari pertama mereka menikah.Firas tidak lagi terlihat seperti orang sakit. Ia sembuh dalam hitungan detik. Sepertinya sakit hanya perantara baginya untuk mengikat Prita. Sampai pada keesokan harinya, justru Prita yang sakit karena tidak bisa berjalan.Firas bangun pagi dan melayani apapun yang Prita butuhkan. Ia ingin melakukan apa saja untuk wanitanya. Ia bahkan tidak mengizinkan asisten rumah tangganya untuk membantunya menyiapkan makanan untuk Prita. Semuanya benar-ben
Anggi bingung apa yang harus ia lakukan. Pak Irsyad benar-benar memaksanya hingga tidak bisa menolak. "Kamu tau 'kan di mana rumah Prita?" tanya Pak Irsyad. "Ya tau lah, Pak. Masa ngga tau di mana rumah sahabat sendiri. Yang bener aja dong," sahut Anggi memutar bola matanya malas. "Baguslah kalo kamu tau. Jadi 'kan gampang ngga usah ribet-ribet nyari alamat." Pak Irsyad hanya melirik dan tetap fokus mengemudikan mobilnya. "Bodo amat lo mau ngomong apa. Liat aja, gue gerjain baru rasa lo. Jangan kira lo ganteng, terus lo bisa maenin perasaan orang seenak jidat lo aja yah." "Dulu pas dikejar sok ganteng banget. Sekarang giliran dicuekin balik ngejar. Tapi sayangnya, lo ngga bakal bisa ngedapetin Prita. Gue yang bakal jauhin lo dari dia dan gue bakal nyatuin Prita sama Om Firas," lanjut Anggi tersenyum menyeringai. Anggi memikirkan sesuatu agar Pak Irsyad tidak pergi menjenguk Prita. Dan yah, akhirnya ia menemukan ide brilian. Ia terus saja menunjukkan arah tanpa membuat Pak Irsyad
"Ko kamu diem aja, sih, Anggi? Jawab dong! Maksud dari ucapan kamu barusan itu apa?" tanya Pak Irsyad penasaran."Mmm... P-pak Irsyad apaan, sih. O-orang a-aku lagi ngomongin drama Korea juga," jawab Anggi mengarang cerita.Beruntung kemarin ketika menelpon Prita, mereka membahas masalah drama Korea. Jadi dengan mudah ia bisa mencari alasan."Drama Korea apa?" tanya Pak Irsyad mengernyitkan keningnya."Ya elah, Pak. Drama Korea Mr. Queen yang kemaren Prita tonton. Itu drama tuh bener-bener lucu bin kocak. Sampe-sampe bisa bikin orang ketawa and sakit perut pastinya."Anggi memberi alasan yang tidak masuk akal. Bahkan tidak nyambung sama sekali dan membuat Pak Irsyad kebingungan."Maksud kamu apa, sih, Nggi? Serius deh saya ngga ngerti maksud kamu apa," tanya Pak Irsyad sambil menggaruk tengkuknya."Ya udah kalo ngga ngerti. Saya sama Prita pamit masuk ke kelas dulu. Bye, Pak Irsyad good morning," jawab Anggi tidak peduli.Pak I
Tepat ketika Prita hendak menjawab, tiba-tiba ponsel jadulnya berdering. Anggi melirik ke arah ponsel Prita dan melihat siapa nama orang yang terpampang jelas di layar ponsel jadul Prita. Ia bergegas merebut ponsel itu dari tangan Prita dan memencet tombol jawab.[Halo, Om. Ini Anggi.][Iya, halo. Loh, ko kamu yang angkat, Prita mana?][Prita ada nih, Om samping aku. Oh iya, Om. Rencananya ntar sore aku mau ajak Prita nonton boleh ngga?][Boleh. Tadi Prita juga udah minta ijin ko sama aku.][Iya, Om. Tapi emang Om Firas ngga mau ikut nonton gitu? Kalo mau, sekalian ajak temen Om Firas yah. Tapi yang ngga kalah ganteng sama Aldebaran yah, Om.][Iyah mau. Ini rencananya juga telpon Prita mau ngasih tau kalo aku pengen ikut. Ntar sekalian aku ajak Zafran deh sekretaris aku. Tapi ngomong-ngomong Aldebaran itu siapa, Nggi.][Bener yah, Om. Yang pasti Aldebaran itu cogan, cowok ganteng. Ya udah, Om ntar sore kita tunggu di depan halte sekol
Pak Irsyad pergi bersama Vanya yang ternyata adalah adik kandungnya sendiri. Mereka berdua berencana untuk membeli hadiah pernikahan kedua orang tuanya yang entah ke berapa tahun."Kalo ngomong jangan suka sembarangan, Dek. Mungkin aja dia itu omnya Prita. Udah, mending kita fokus cari hadiah aja dulu," kata Pak Irsyad meskipun dalam hatinya ragu.Setelah mendapatkan hadiah, Pak Irsyad dan Vanya bergegas pulang. Sebenarnya ia ingin mengejar Prita dan bertanya. Namun saat ini, perayaan pernikahan kedua orang tuanya jauh lebih penting daripada perasaannya.***"Kita mau nonton apa, Nggi?" tanya Prita."Bentar, gue cari dulu yah," jawab Anggi melihat-lihat jadwal film di layar ponselnya.Sebenarnya ia ingin memesan tiket online, tapi berhubung ada dua bodyguard tampan di belakangnya. Jadi, ia memutuskan untuk membeli tiket secara langsung. Tentunya dengan Firas yang membayarnya."Om, nanti Om Firas aja yah yang bayarin. Sekalian po
"Sayang kamu kenapa, sih? Ko jadi kasar gini sama aku!" ujar Indira kembali mencekal lengan Firas."Stop manggil aku sayang!" bentak Firas menghempaskan tangan Indira.Lagi? Yah, Firas kembali menghempaskan tangan Indira untuk ketiga kalinya, setelah pertemuan keduanya. Tidak ada rasa cinta, tidak ada rasa sayang, dan tidak ada rasa rindu. Kini hanya ada kebencian yang tersirat di matanya."Emangnya kenapa, Sayang? Kenapa aku ngga boleh manggil kamu sayang lagi?" tanya Indira bergelayut manja di lengan berotot Firas."Karena hanya seseorang yang boleh memanggilku sayang. Dan seseorang itu bukan kamu!" sahut Firas menghempaskan tangan Indira lagi dan lagi."Sayang kamu kenapa, sih? Udah dong becandanya," kata indira sambil menyentuh lengannya yang terasa sakit akibat hempasan tangan Firas."Kamu marah sama aku? Kenapa? Apa gara-gara aku ngga dateng mengunjungi kamu. Maaf, Sayang! terakhir aku menemuimu di departemen store, aku sedang liburan
Waktu menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Prita yang biasa makan tepat waktu dan dengan porsi yang sangat banyak sudah merasa kelaparan."Ya udah, yuk! Mendingan kita makan, udah laper banget nih," ujar Prita memecah kecanggungan. Ia menyentuh perutnya yang sedari tadi keroncongan."Ayo, Za, Nggi!" ajak Firas melihat istri kecilnya sudah mulai tanda-tanda ingin memakan sesuatu.Akhirnya mereka makan malam terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang ke rumah. Zafran mengantar Firas dan Prita pulang terlebih dahulu. Kemudian atas perintah bosnya, ia mengantar Anggi pulang."Za! Kamu antar saya dan Prita pulang dulu. Setelah itu, baru kamu antar Anggi pulang ke rumahnya," ucap Firas sengaja agar Anggi bisa berduaan dengan Zafran."Baik, Pak!" seperti biasa jawaban tegas dari Zafran.Setelah mengantar Firas dan Prita pulang, Zafran hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Anggi selalu berusaha untuk membuka pembicaraan. Namun, Zafr