Share

69. Obrolan Kita

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-07 21:36:43

Sudah pukul sepuluh malam. Harusnya Sahara sudah makan, pikir Roy. Gadis itu masih merajuk dan tololnya, dia juga lupa menanyakan soal makan malam karena terlalu antusias menghadapi Thomas. Dia lagi-lagi mengabaikan Sahara. Oh, tidak. Ini bukan mengabaikan, batinnya. Lebih tepatnya menunda untuk mempedulikan gadis itu.

Apa Sahara sudah tidur? Kenapa pesannya belum juga dibalas? Roy turun dari ruang kerjanya dan menyeberang ruangan menuju tangga kamar Sahara.

Pintu kamar gadis itu tertutup. “Sahara,” panggil Roy. Dia mengetuk dua kali. Tak ada sahutan. Kemarin-kemarin rasanya dia biasa-biasa saja saat menerobos masuk ke sana. Entah kenapa sekarang dia merasa sedikit lancang, kalau melakukan hal itu.

Roy mendekatkan telinganya ke pintu dan tak mendengar apa pun dari dalam. Dia memutar handle dan mendorong pintu kamar. Ternyata kosong.

“Rara,” panggil Roy, menjengukkan kepalanya ke dala

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (29)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Modus ya om
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
roy kau harus super telaten dan sabar untuk sahara
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
mudusss.....beneran loh,kalo Shara masak harus dimakan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Penari Sang Presdir   70. Mendekatimu

    “Sekarang … aku sudah boleh menciummu?” Roy menyentuhkan hidung mereka. Sahara memalingkan wajahnya untuk kembali menatap dua potong brownies. Dari sudut matanya, dia bisa melihat kalau Roy belum memalingkan wajah. “Aku ngantuk, mau tidur.” Sahara menggeser duduknya, namun belum beranjak. “Oh, mengantuk?” Roy menatap Sahara dengan tatapan kecewa. Ternyata sulit sekali menjinakkan gadis itu. Dia kembali menghela napas dan melempar pandangan ke seberang dapur. Di sana tergantung lukisan murah yang dibelinya dari seorang pelukis jalanan di Italia. Sahara kembali mencuri pandang pada Roy. Membiarkan tatapannya naik perlahan-lahan dari kerah piyama dan berhenti di rahang tegas yang ditutupi bayangan gelap bekas bercukur. Beberapa waktu lalu, dia mengingat penampilan Roy yang sangat keras dengan sorot mata yang menatapnya sinis. Malam itu, dia menangkap profil Roy di ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Gadis Penari Sang Presdir   71. Mencumbumu

    “Sebelumnya aku mau bicara,” kata Sahara. Ini lebih buruk daripada kata-kata manis. Bagi Roy, lebih berbahaya saat wanita ingin bicara. Entah kenapa itu membuat kuduk lebih meremang ketimbang ditodongkan sebuah senjata di mulutnya. Kenapa wanita tidak bisa membiarkan tindakan saja yang bicara? Andai saja dia bisa mengatakan hal itu pada Sahara. Oh, tidak. Dia tak boleh mengacaukan suasana. Dia sedang menggendong gadis itu menuju kamarnya. “Apa yang mau dibicarakan?” tanya Roy. Mereka telah tiba di kaki tangga. Sahara menyelipkan segumpal rambutnya ke belakang telinga. Dia merasakan detak jantung Roy di dekat telinganya. Suara napas laki-laki itu menghela kasar ketika mulai menaiki tangga. “Aku bertanya sekali lagi, apa yang ingin kamu katakan? Apa kamu mau mengakui kalau sekarang sudah mencintaiku?” tanya Roy. “Kamu mungkin bisa berbohong dengan berkali-kali mengatakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Gadis Penari Sang Presdir   72. Menginginkanmu

    “Rara, kamu terlalu cantik sampai menyakitkan hatiku. Dan sekarang, sepertinya aku sudah menyakiti diriku sendiri.” Roy membelai pipi Sahara. “Kamu sangat wangi ….” Mata Roy terpejam, membenamkan jarinya semakin dalam. Sahara mengerang dan menelengkan kepalanya. Menelan ludah dengan susah payah. Sekarang dia malah terlena dan menikmati tiap sentuhan Roy. Tak sadar Sahara merintih. Jemari Roy menyusur semakin dalam dan menemukan celahnya untuk masuk. Membelai kelembutan miliknya yang sudah membengkak. Masuk satu inci, kemudian semakin dalam. Sahara merasakan sensasi yang penuh di dalam dirinya. Ibu jari Roy menemukan titik sensitif di sana, lalu mengitarinya dengan nakal. Belaian pada bagian terkecil itu dalam waktu singkat membuat Sahara bergerak gaduh. Dia menggerakkan pinggulnya menyambut tiap gerakan jari Roy. Dia semakin menyukai cara telapak tangan Roy menyentuh ringan kewanitaannya. “Kamu menyukainya?” tanya Roy dengan lembut. “Kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Gadis Penari Sang Presdir   73. Kamu Semakin Cantik

    Remang cahaya kamar tak membuat pandangan Sahara mengabur. Dia bisa melihat dengan jelas Roy berjalan dengan balutan handuk yang tersangkut di pinggulnya, menyeberang dari kamar mandi menuju lemari besar yang menyatu dengan dinding. Sahara berbaring menyamping dengan dua tangannya di bawah kepala sebagai penumpu. Memandang sosok tegap Roy dengan seksama.Mereka baru saja mandi bersama. Roy mengangkatnya lebih dulu dari bath tub dan membiarkannya berpakaian lebih dulu. Sementara pria itu sepertinya membutuhkan waktu sedikit lebih lama di kamar mandi. Setelah mengakui perasaannya, Sahara memutuskan untuk masa bodoh dengan penilaian Roy. Mustahil untuk tidak jatuh cinta, pikirnya. Dia membenci pria itu, tapi dia juga menyukai semua perlakuan Roy padanya. Selain mengigau menyebut nama perempuan lain dan selipan foto di dalam buku, sikap Roy sangat sempurna.Roy melepaskan handuknya di depan kaca tinggi yang memantulkan bayangan dengan j

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • Gadis Penari Sang Presdir   74. Permainan Sebenarnya

    Teriakan Thomas memang sempat membuat Edward terdiam sedetik, tapi detik berikutnya dia bergegas memungut tablet yang membentur jendela. Tablet itu masih utuh karena hanya sudutnya yang menghantam kaca tebal.Sejenak matanya terpekur memandang berita yang disodorkan Jamie. Sekretaris Thomas itu sekarang berdiri meremas tangannya dengan tubuh bergetar.“Jadi hotel itu dibeli oleh Smith … semua perusahaan kecil yang menawar hotel itu juga pasti miliknya. Sudah telanjur, Thomas. Dia tidak merampas itu dengan gratis darimu. Dia mengeluarkan uang meski … tidak banyak. Sekarang kau tinggal menjaga apa yang menjadi milikmu. Keluargamu, Thomas. Istri dan anak-anakmu. Kau harusnya merasa beruntung karena si Smith hanya mengganggumu dalam soal bisnis. Dia tak menyentuh anak-anakmu, apalagi istrimu. Bayangkan kalau istrimu dan keluarganya mengetahui apa yang sudah kau lakukan selama ini.” Edward menyodorkan tablet ke tangan Ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • Gadis Penari Sang Presdir   75. Lamunanku

    Sahara masuk ke ruang makan dengan perasaan sedikit malu pada pegawai Roy. Terutama Rini. Karena mereka sesama wanita, Rini pasti paling mengerti apa yang dirasakannya. Rini mungkin menganggap dia gadis bodoh dan plin-plan yang mudah takluk pada Roy. Di lain sisi, setiap kesal pada Roy, dia juga tak mau merepotkan banyak orang, terlebih pegawai Roy. Mengingat Roy yang sepertinya memiliki mood yang gampang berubah tiap saat. Sahara jatuh cinta pada Roy. Tapi dia juga tidak mau buta. Banyak sekali pertanyaannya yang belum bisa dijawab oleh pria itu. Roy sering mengalihkan pembicaraan tiap dia bertanya hal-hal serius. Soal sosok seseorang yang dicintai Roy di masa lalu, memang menyakitkannya. Tapi kalau Roy mau lebih terbuka, dia mungkin akan merasa lebih dihargai. Sayangnya, Roy selalu berbohong dan kerap marah. Hal itu membuatnya sakit hati. Tak apa kalau Roy tak mau jujur padanya. Dia akan mencari tau sendiri. Jadi, untuk sekarang Sahara memutuskan untuk bersi

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Gadis Penari Sang Presdir   76. Kejutan Untukku

    Sesaat Irma berdiri mengawasi alat komunikasi yang digunakan Roy. Setelah memastikan percakapan itu berjalan lancar, dia meninggalkan atasannya sendiri.Roy adalah sahabatnya sejak kecil. Mereka seumuran dan keluarga mereka hidup berdampingan cukup lama. Tiga tahun Roy di Brasil, pria itu memintanya kembali mendirikan perusahaan di Indonesia. Dan Irma mengabdikan diri sebagai orang yang memegang kendali penuh terhadap perusahaan Roy selama pria itu belum kembali.Semua itu dilakukannya karena dia mencintai Roy sejak lama. Jauh sebelum seorang wanita bernama Shelly masuk ke dalam hidup pria itu. Irma ada dalam hampir setiap fase kehidupan Roy. Mendampingi dengan setia tanpa pernah berani menyatakan perasaannya.Dan kemungkinan besar, Irma memutuskan akan menyimpan perasaan itu selamanya. Roy pasti tahu akan hal itu. Dan melihat Roy tidak pernah membahas soal kehidupan pribadi padanya, Irma sadar kalau Roy hanya mengingink

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Gadis Penari Sang Presdir   77. Memulai Kesadaran

    Setelah Roy pergi, Irma bangkit dari kursi dan masuk ke ruangan atasannya. Ia memutari ruangan itu, mengamati segala benda yang terletak di sana. Apa yang membuat Roy membatalkan janji rapat penting untuk kembali ke rumah.Secara singkat, Irma mengetahui penyebab atasannya pulang pasti berkaitan dengan istrinya. Tapi, Roy tak pernah terlihat sangat panik seperti itu. Irma memandang apakah ada perubahan pada ruangan Roy. Lalu mata Irma tertuju pada letak tong sampah di sebelah meja Roy yang sedikit bergeser. Dia berjalan mendekati tong sampah dan menekan pijakannya dengan ujung sepatu.Irma memungut selembar foto dan melihatnya. Foto Roy dan Shelly. "Ternyata benar dugaanku. Kau masih menyimpan salah satu fotonya." Irma menggenggam foto itu dan membawanya keluar.Lima tahun yang lalu saat Roy mengganti dokternya, Irma diminta dokter itu memastikan bahwa Roy tak ada lagi menyimpan apa pun yang berkaitan dengan Shelly.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16

Bab terbaru

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status