Share

Salah Sasaran

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mobil Fortuner hitam terlihat sudah terparkir sekitar dua meter dari gerbang kosan. Aku turun dari motor, lalu mengetuk kaca mobilnya.

"Kenapa lama sekali? Kamu tahu Om orang sibuk, kan, El!" bentaknya setelah aku masuk ke dalam mobil.

"Memangnya cuma Om yang punya kerjaan? Aku juga punya kehidupan, dan banyak urusan."

"Urusan s3langkangan maksudnya? Kerjaanmu memang begitu, bukan? Setelah Lian, siapa lagi sasaranmu, Elea? Apa fasilitas yang saya berikan masih kurang, hingga kamu rela dipelihara lebih dari satu lelaki."

Mataku hanya bisa terpejam mendengar semua hinaannya.

Sabar, Lea. Bukan saatnya melempar meja ke arah muka lelaki tak tahu diri ini.

Ya, Tuhan. Aku benar-benar berharap dia bukan ayah biologisku sekarang.

"Kalau iya memang kenapa? Kalau bisa dua atau tiga kenapa harus satu. Keuntungan yang didapatkan juga bisa berlipat-lipat, bukan?" jawabku sengit.

Om Adrian menggeleng seolah tak menyangka dengan apa yang baru saja kulontarkan untuk membalas hinaannya.

"Kau ... wanita r3ndahan tak tahu diri. Lihatlah betapa menjijikkan dirimu ini!" Amarah Om Adrian tampak tertahan, hingga yang terdengar hanya desisan, karena dia sadar kita sedang ada di mana sekarang.

Kini, aku tersenyum miring menanggapi hinaannya.

"Kalau aku menjijikkan, lalu Om apa? Lelaki beristri yang masih hobi celup sana-sini. Semua wanita terlihat r3ndahan hanya di mata lelaki hidung bel--"

Plak!

"Astaga maaf, Lea!"

Tak lama setelah tamparan dilayangkan, dia menangkup wajahku dan menunjukkan sorot penuh penyesalan.

"Om tak bisa mengontrol emosi karena ucapanmu terlalu terang-terangan. Percayalah, El. Sebenarnya Om hanya kecewa karena kau memiliki Sugar Daddy lain," terangnya dengan sorot mata yang meredup.

Kuhela napas dalam-dalam dengan mata terpejam. Lalu meraih tangan Om Adrian yang terkepal.

Dia menoleh, lalu menyandarkan kepala di pundakku. "Kemarin kita sudah berunding. Keputusan finalnya lusa Lian akan datang menemui keluargamu untuk melamar. Om tak tahu apa alasan Lian bersedia menikahimu. Tapi, setidaknya keputusan lelaki itu menguntungkan kita, Sayang. Kita masih bisa menjalin hubungan di belakang mereka, dan membesarkan anak ini sama-sama. Sebenarnya Om sangat menyayangimu, El."

Aku hanya bisa tersenyum getir saat Om Adrian mengelus perutku yang masih terlihat datar. Janin berusia tujuh minggu tumbuh di sana. Namun, bukan berasal dari benih Om Adrian.

Seperti yang Om Lian katakan kemarin, kita memang tak pernah berhubungan.

Semua ini jebakan. Jebakan yang sudah lama kurencanakan untuk menghancurkan seorang Adrian Mahesa beserta antek-anteknya. Bersyukur dia bo doh hingga tak menyadarinya. Meskipun ada beberapa hal yang berjalan tak sesuai rencana. Namun, sejauh ini masih baik-baik saja.

Masalahnya sekarang hanya Om Lian. Aku belum tahu sebenarnya apa yang dia rencanakan. Dan apa hubungannya dengan semua ini?

Saat tersadar dari lamunan. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sosok yang entah sejak kapan sudah berdiri memperhatikan kami di depan mobil dengan tatapan tajam.

Ya, dia adalah Om Lian.

"Sh*t. Kenapa Lian juga tahu kosan kamu? Mati aku kalau dia sampe ngadu," gerutu Om Adrian saat dia mulai menyadari kehadiran adik iparnya.

Posisi ini terlihat seperti kami sedang kedapatan selingkuh. Ya, walaupun kenyataannya memang bisa dibilang begitu.

Kuhela napas sejenak, kemudian mulai beranjak.

"El!" Om Adrian mencekal pergelangan tanganku.

"Nggak apa-apa, Om. Biar aku yang jelasin sama Om Lian. Aku yakin dia nggak bakal ngadu sama Tante Lidia. Om pulang aja nggak usah turun!" titahku sembari melepas genggaman tangannya.

"Oke, thanks, El. Ah, iya. Ini uang yang kemarin, udah Om lebihkan sedikit. Maaf kalau Om sempat ngambil keputusan tanpa pikir panjang." Om Adrian mengambil sebuah amplop cokelat tebal yang sejak tadi tersimpan di atas dasbor, lalu memberikannya padaku.

"Makasih Om." Kuambil alih amplop cokelat tersebut.

Om Adrian tersenyum, lalu mengusap pelan rambutku.

"Sama-sama. Jaga diri baik-baik, ya, El. Ingat! Sekarang ada satu nyawa lagi yang tumbuh di rahimmu."

Aku tertegun sesaat. Perlakuan lembut Om Adrian terkadang memang membuatku lupa tujuan awal. Seandainya saja perlakuan itu dia tunjukkan sebagai seorang Ayah pada anak perempuannya, bukan lelaki pada wanita simpanannya.

Ck, apa yang kamu pikirkan, Lea? Dia adalah lelaki tak tahu diri yang sudah menghancurkan hidup Mamamu.

Pada akhirnya aku hanya bisa tersenyum tipis sebelum melangkah keluar.

Mobil Om Adrian pun berlalu dari pandangan.

Kuhampiri Om Lian yang sudah menunggu berpangku tangan, sembari bersandar di mini Cooper-nya. Entah bagaimana caranya dia bisa tahu aku ada di dalam mobil kakak iparnya. Padahal mobil mewah itu memiliki kaca satu arah.

Sejenak kuperhatikan penampilannya hari ini. Sweater rajut tutle neck dan celana jins pudar yang melekat di tubuh kekar itu tampak menyamarkan umur dia yang sebenarnya. Entah kenapa saat melihatnya aku masih saja sulit mengendalikan perasaan tak tahu diri ini.

"Kita ngobrol di dalam!" Aku melangkah mendahuluinya melewati pagar setinggi tiga meter yang membentengi kosan campur ini.

Dari sudut mata kulihat Om Lian tampak mengekor ragu-ragu sembari menoleh kanan-kiri seolah menghindari sesuatu.

Kuhentikan langkah tiba-tiba, hingga bisa dirasakan bagian belakang kepala membentur dada bidangnya.

Memejamkan mata sesaat. Aku berbalik menghadapnya.

"Oh, ayolah, Om. Ini Jakarta, dan aku orang asing yang nggak pernah bersosialisasi di daerah ini. Jadi, siapa yang peduli tentang teman yang kubawa ke dalam kosan?!" sungutku sebal.

"Jadi, kamu nggak takut dengan penilaian orang?" Dia memicing.

Kuputar bola mata sesaat. Ternyata dari dulu Om Lian memang tak pernah berubah. Dia adalah tipe orang yang hati-hati dalam bertindak dan terkesan overthinking.

"Nggak. Ini masih siang. Dan kita bukan mau m3sum di dalam!" tukasku yang berhasil membuat matanya melebar.

"Astaga, Lea. Kecilkan suaramu!" Om Lian tampak panik dan langsung mendorongku menuju teras kamar kosan yang terletak paling pojok dan paling besar. Melihatku yang masih saja santai saat membuka kunci kamar, secepat kilat dia menggantikannya dan buru-buru menuntunku masuk.

Astaga dia benar-benar berlebihan. Padahal tak ada seorang pun yang memperhatikan kita. Memangnya dia pikir aku memilih kosan yang sedikit pinggiran ini tanpa alasan. Tentu saja ada alasannya. Selain para penghuninya cuek, aku juga bebas membawa teman atau pulang malam tanpa perlu kena semprot Ibu Kos.

"Biarkan pintunya terbuka, Lea!" pintanya cepat sebelum sempat tanganku berhasil mendorong pintu.

"Oke." Aku berdecak.

Dia benar-benar tipe lelaki langka yang tak pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Inilah salah satu alasan yang membuatku tak pernah sungkan bila berdekatan dengan pengacara kondang ini.

Zaman sekarang rasanya memang tak mungkin perselingkuhan tanpa hubungan badan. Selalu ada imbalan dari setiap materi yang diberi. Begitu juga dengan hubungan Sugar Daddy dan Sugar Baby-nya.

Namun, percayalah. Di antara dua Sugar Daddy-ku yang lain hanya Om Lian yang tak pernah menyentuhku lebih dari pelukan dan kecupan. Padahal materi yang dia beri hampir setara dengan yang lain.

Waktu yang kami habiskan selama setengah tahun menjalin hubungan hanya kencan. Makan, nonton, dan jalan-jalan.

Dia sosok yang menyenangkan meski kadang aku yang selalu memulai percakapan. Perhatian dan kedewasaannya berhasil membuatku nyaman hingga lupa bahwa hubungan kami hanya sebatas simbiosis mutualisme. Dia butuh teman dan aku butuh uang. Miris, bukan?

Om Lian duduk di kursi lantai yang berada di atas karpet bulu depan muka TV. Sementara aku duduk bersila di sampingnya. Lelaki itu sempat memindai ruangan bernuansa biru seluas 10 x 20 meter persegi yang terdiri dari satu kamar, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi ini. Sebelum kembali terpaku menatapku.

"Sebentar lagi kamu akan jadi istri saya, Lea. Jadi, batasi dirimu dan Mas Adrian!" Om Lian memulai percakapan. Matanya tampak menyorot tajam saat membahas tentang kakak iparnya.

Aku hanya menanggapinya dengan tatapan datar.

"Aku masih belum memutuskan untuk menerima pinanganmu, Om. Jadi, jangan terlalu percaya diri dibalik kata calon istri," cetusku dingin.

"Sampai kapan pun saya tak akan membiarkanmu menikahi Ayah sendiri!" sentaknya tiba-tiba.

"Dia bukan ayahku, Om. Dia hanya lelaki kejam yang membuang berlian demi perempuan j4lang. Tolong biarkan aku memberi kakakmu pelajaran bagaimana menyakitkannya suami direbut orang!" pekikku tanpa sadar.

Sekarang aku benar-benar sudah tak peduli. Lagi pula diliat dari gerak-geriknya dia tahu lebih banyak dari aku.

Om Lian terdiam sejenak.

"Tapi tetap saja, merusak diri demi balas dendam bukan jalan yang benar. Jangan kehilangan kewarasan, Lea. Bagaimana pun situasinya Mas Adrian itu ayah kandungmu. Saya tak bisa membiarkan kalian menjalin hubungan terlarang, bagaimana pun caranya!"

Kuremas kaus yang dikenakan dengan mata terpejam. Detik berikutnya tatapan nyalang kulemparkan pada Om Lian.

"Jadi, hanya segitu yang Om tahu? Pantas saja Om nggak akan mengerti perasaanku. Perasaan ibuku, dan posisi kami saat ini. Lelaki itu dan kakak kandungmu. Mereka--"

"Saya tahu, Lea!" potongnya tiba-tiba.

Seketika aku terbungkam.

"Saya tahu segalanya, karena ada di sana saat ibumu dicaci-maki dan dipermalukan sembilan belas tahun lalu!"

Deg!

"Kamu pikir apa yang saya lakukan setelah menghilang setahun belakangan ini, hah? Saya mencari tahu semua tentangmu setelah menyadari bahwa kamu ternyata anak Nita dan Mas Adrian yang selama ini saya cari."

Kubekap mulut tak percaya.

Ternyata.

"Saya juga yang dimaksud dua suster di rumah sakit itu. Ya, saya yang seminggu sekali mengunjungi ibumu."

Refleks aku menyeret tubuh mundur menjauhinya.

"Tolong sabar sebentar, Lea. Karena bukan cuma dirimu yang menginginkan kehancuran Adrian Mahesa, tapi saya juga. Dia yang menyebabkan hubungan saya dan Mbak Lidia merenggang. Dia juga yang menyebabkan tragedi paling traumatis pernah terjadi dalam hidup saya. Dengan pernikahan ini kita bisa lebih mudah bekerja sama untuk melumpuhkannya. Jadi, saya mohon ... terimalah lamaran saya nanti!"

.

.

.

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
apa Adryan g sadar y yg d kencani anak nya sendiri .apa Adryan g inget ya bhw dia telah meninggal kn istri nya yg sedang hamil .apa wajah kmu g mirif sama mu atau mirif Adryan .yg telah dia tinggal kn 19 th yg lalu .pasti kn ada ikatan batin k anak dn ayah ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Satu Hari Tiga Lelaki

    Cukup lama kami hanyut dalam lamunan. Mencoba menyelami pikiran masing-masing dari tatapan yang saling mengunci. Kaget. Sudah pasti. Lelaki yang mulanya hanya kumanfaatkan sebagai ATM berjalan sekaligus batu loncatan balas dendam ternyata adalah saksi kunci kejadian sembilan belas tahun silam. Om Lian lebih dulu mengalihkan pandangan. Kata-kata terakhir yang dilontarkan sepertinya bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban, melainkan sebuah pernyataan atau bahkan tuntutan? Matanya bahkan berkilat tajam saat mengatakan tentang kebenciannya pada sosok Adrian Mahesa.Oke, sebenarnya sekarang aku bingung harus merasa senang atau tertekan? Karena selain mempunyai sekutu orang dalam aku juga bisa mendapatkan banyak fakta tentang masa lalu mereka dari sumber terpercaya. Kalau dipikir-pikir penawaran Om Lian boleh juga. "Sekarang jujur, selama ini kamu melihat Mas Adrian seperti apa? Jangan salah paham, saya hanya ingin memastikan hubungan kalian benar-benar tak melibatkan per--" "Bagiku

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Terbongkar

    "Kukira hubungan kita spesial. Ternyata aku cuma selingan di antara para Sugar Daddy-mu yang berdompet tebal. Ternyata selama ini perjuanganku sia-sia. Wanita yang mati-matian kujaga justru memutuskan merusak dirinya. Kenapa? Kenapa di antara seluruh lelaki mapan di dunia harus mereka orangnya! Kenapa harus Papa dan Omku, Elea!"Merasa Kevin sudah puas meluapkan segala emosinya. Kutarik napas panjang, lalu mengangkat kepala setelah sekian lama. Menatap lurus lelaki jangkung yang satu setengah tahun ini menjadi teman dikala kesepian, informan saat dibutuhkan, sekaligus kekasih yang tak pernah mengekang. Jujur, sebenarnya aku merasa sangat bersalah karena memanfaatkan cinta tulusnya. Tetapi mau bagaimana lagi. Kevin yang lebih dulu membuka celah kepercayaan yang akhirnya bisa dengan mudah kumanfaatkan.Dia lengah karena berpikir aku wanita baik-baik yang berbeda dengan para wanita kebanyakan. Namun, kenyataannya justru aku bisa dibilang lebih buruk dari mereka."Vin!" Kuulurkan tangan

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Melibatkan Perasaan

    Dua bulan lalu ...."El, seminggu lalu Om liat orang yang sekilas mirip banget sama kamu. Postur tubuhnya sampai gaya rambut dan warna kulit!""Iyakah?" Aku hanya bisa mengusap tengkuk menanggapi ucapan Om Adrian. Saat ini kami tengah ada di salah satu kafe di daerah Yogya. Om Adrian sedang dalam perjalanan dinas keluar kota dan anehnya dia membawaku ikut serta untuk menemani 'kesepiannya'Sejenak kulirik wanita yang duduk di pojok kanan meja, dekat kaca. Berjarak sekitar tujuh sekat dari tempat kami. Wanita itu mengenakan dress yang sama denganku. Bedanya ditutupi jaket jins dan topi hitam."Iya, dia chek out dari hotel bareng sama kita waktu itu. Mungkin kalau lagi nggak sadar bisa aja Om liat dia itu kamu. Tapi tetap aja cantik kamu ke mana-mana."Aku tersenyum kikuk. Wanita yang Om Adrian maksud itu adalah Siska. Dia adalah temanku sejak SMA. Seseorang yang lebih dulu berkecimpung dalam dunia kelam sebagai 'mainan' para lelaki matang berdompet tebal. Siska juga yang pertama kali

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Sugar Daddy Pertamaku

    "Mas Adrian bisa pulang sekarang! Tolong jangan usik lagi hidup Lea, sebelum saya laporkan semua kelakuan Mas di belakang Mbak Lidia." Suara Om Lian terdengar dalam dan mengintimidasi saat dia meminta kakak iparnya untuk pergi. Masih di posisi yang sama, aku memintal ujung kaus yang dikenakan. Antara bingung, kecewa, sedih, dan senang berkecamuk menjadi satu. Bingung dan kecewa karena semua berjalan tak sesuai rencana. Sedih, karena kesempatanku untuk menghancurkan Om Adrian semakin menipis, dan senang karena Om Lian datang tepat waktu.Bisa kulihat kedua tangan Om Adrian terkepal erat. Bugh!"Dasar jalang penipu. Cuih!"Dia sempat meninju pohon dan meludah ke arahku, sebelum berlalu. Beberapa saat kemudian mobil mewah berwarna hitam itu menghilang dari pandangan. Tubuhku roboh ke tanah sebelum sempat Om Lian meraihnya. Kutenggelamkan wajah dalam juntaian rambut panjang yang menyentuh tanah. Hancur sudah semuanya. Sia-sia kukorbankan hidup dan matiku untuk tujuan yang tak pasti

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Pertemuan Keluarga

    "Li-limousine."Aku tertegun saat Tante Sarah bergumam melihat mobil yang menjemput kami menuju kediaman keluarga Fahlevi-- sudah terparkir sekitar sepuluh meter dari gerbang kosan. Kosan yang kutinggali selama lebih dari dua tahun ini memang terletak di daerah pinggiran ibu kota, tapi tak jauh dari jalan raya. Biasanya waktu yang di tempuh menuju pusat kota bisa menghabiskan satu sampai satu setengah jam perjalanan tergantung kepadatan. Sebenarnya ini terlalu berlebihan, untuk ukuran jamuan lamaran. Namun, mengingat keluarga Fahlevi terkenal sebagai konglomerat yang hobi memamerkan kekayaan ... jadi, tak heran memang. Mereka seolah tengah menunjukkan secara halus perbedaan starata sosial yang jauh membentang di antara kami. Saat sopir membuka pintu dan mempersilakan kami masuk. Kemewahan yang disuguhkan mobil yang biasa digunakan sebagai kendaraan resmi kepresidenan atau pengusaha besar ini terlihat begitu kentara. Fasilitas yang diberikan di dalamnya pun bisa membuat siapa pun o

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Petaka Lamaran

    Sudah bisa ditebak seberapa megahnya bangunan ini dari dalam. Barang-barang antik, lampu megah besar di ruang tengah, serta rak-rak yang menjulang.Kami sampai di ruangan paling besar dengan sofa hitam mengkilap berbentuk melingkar. Tiga orang tampak sudah mengisi tempat yang ada. Mereka bangkit setelah kami tiba.Tatapan sinis jelas kulihat dari Tante Lidia dan Om Adrian. Sementara tatapan tak terbaca kulihat dari Om Wira. Lelaki yang masih terlihat begitu gagah dan berwibawa di usia yang menginjak tujuh puluh tahun itu berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangan. "Namamu Elea Kenanga, kan? Salam kenal, saya Prawira Fahlevi." Sejenak tatapannya turun menuju perutku yang terlihat masih datar. Refleks aku memegangnya, lalu tersenyum kikuk. "Salam kenal, Om. Terima kasih dengan sambutan hangatnya." Demi Tuhan aku tak bisa menebak apa yang ada di pikirannya sekarang. Tak ada ekspresi terkejut yang kuharapkan sejak awal. Seolah Om Wira sudah tahu semua ini akan terjadi. "Bisa-bisanya s

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Benih Siapa?

    Seminggu lalu ...."Positif!" Setengah terpekik Siska membekap mulut menatapku dengan raut yang begitu terkejut. Gemetar tangannya menggenggam benda mungil dengan garis merah yang kentara. "Ini-- anak Om Wira, kan?" tanyanya kemudian. Aku mengangguk pelan. Tak lama setelah keluar dari kamar mandi Siska langsung memburuku untuk mengetahui penyebab dari mual, pusing, dan lemas yang kualami akhir-akhir ini. Ternyata hal yang sudah direncanakan sejak awal benar-benar terjadi. Namun, anehnya ada semacam keraguan yang membuatku tak yakin dengan apa yang sudah dilakukan. "Kamu, kan tahu sendiri aku cuma hubungan sama satu orang, Sis."Siska mengembuskan napas panjang. Hubunganku dengan dia memang sudah lebih dari saudara. Tak ada rahasia dia antara kami. Hanya dia satu-satunya orang yang paling kupercaya saat ini. Hidup kami bisa dibilang sama-sama keras. Dibanding aku yang hanya menanggung beban diri dan Mama. Dia harus menanggung beban lima orang sekaligus. Ibu, Nenek, dan ketiga adi

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Ancaman

    Kesadaranku kembali saat ingatan tentang percakapanku dan Siska yang terjadi seminggu lalu menghilang perlahan. Kukerjapkan mata guna menyesuaikan cahaya yang ada. Sudah bisa ditebak di mana aku terbaring sekarang. Dengan elang infus, oksigen, baju pasien, di dalam ruangan bernuansa putih. Entah sudah berapa jam, atau bahkan mungkin hari. Aku tak tahu pasti.Rumah sakit. Ternyata aku benar-benar berakhir di tempat ini. Kupikir rasa sakit luar biasa yang menyerang perut itu adalah mimpi buruk yang akan hilang setelah aku terbangun. Rupanya aku salah, yang hilang bukan hanya kesadaran, tapi juga sesuatu yang begitu berharga. Janinku! "Lea, kamu udah sadar!" Suara berat yang terdengar familiar, sontak membuatku menoleh ke samping. Tampak Om Lian dengan penampilan yang begitu kacau bangkit dari tempat duduknya. Sementara di sofa panjang warna hitam yang terletak di pojokan. Lelaki yang kuyakin sebagai Kevin meringkuk di sana. Kulirik jam yang terpajang di dinding. Rupanya sudah masuk

Bab terbaru

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Truth or Dare

    "Di sebelah, kok berisik banget, ya, Kak. Bahkan tembok kedap suara aja masih kedengeran." Delima bertanya karena mulai resah dengan kegaduhan di kamar sebelahnya. "Biasa, Del. Om sama ponakan lagi adu kekuatan. Mereka kalau lama-lama ditinggal berduaan mungkin bisa bunuh-bunuhan." Lea menanggapinya dengan santai sembari mengganti popok Lyla yang terlihat mulai mengantuk. Sayangnya candaan Lea tersebut tak ditanggapi baik oleh Delima. Alhasil mata gadis cantik itu membelalak sempurna. "Ya ampun. Sampe bunuh-bunuhan, Kak?" Lea tertawa melihat tanggapan serius Delima. "Bercanda, Sayang. Liat aja, sebentar lagi mereka juga bakal ke sini. Saling ngadu siapa yang salah duluan." Benar saja. Selang beberapa lama suara pintu yang dibuka terdengar tanpa ketukan terlebih dulu. "Aku tidur di sini aja, ya? Sumpah nggak tahan banget sama suami kamu." Kevin muncul lebih dulu sembari mendaratkan bokong di atas ranjang samping Delima, tepat berseberangan dengan pembaringan Lea. "Dia yang mulai

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Liburan

    "Tahanan nomor 1139 ada surat untuk Anda!"Seorang sipir penjara terlihat menghampiri ruang tahanan Lapas Kelas satu blok A yang menampung para narapidana dengan kasus kelas berat. Lelaki berusia empat puluh lima tahunan itu bangkit dan menghampiri sang sipir setelah mengucapkan terima kasih. Kemudian kembali ke tempatnya. Sorot mata itu berubah teduh saat melihat nama pengirim yang tertera. Dia usap lembut permukaan amplop cokelat tersebut dan begitu hati-hati saat membukanya. Sepucuk surat dengan wangi parfum yang khas tercium di sana membuat hatinya mencelos seketika. Apalagi saat melihat beberapa lempar foto yang dibubuhkan menunjukkan kebahagiaan yang kentara. Untuk Pak AdrianBukan perkara mudah menulis selembar surat ini, setidaknya aku butuh waktu sekitar satu tahun sampai akhirnya kertas ini sampai di tangan Anda. Ada ego yang harus dikesampingkan, ada rasa sakit yang susah payah diredam. Maaf kalau aku tak bisa berbasa-basi dengan menanyakan bagaimana kabar Anda di lapa

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Kunjungan

    "Kami pamit pulang duluan, kebetulan masih ada urusan. Makasih buat semua jamuannya. Lain kali mungkin bisa disempatkan untuk menginap." Om Lian mewakiliku pamit pada semuanya. Setelah kejadian memalukan tadi aku benar-benar tak sanggup berada di sini lama-lama. Apalagi melihat tatapan penuh arti dari Bang Jojo, Yoga, dan Ilham. Belum lagi Kevin yang sejak terus saja menggoda kami. Memang benar-benar dia itu. "Gapapa sumpah, gapapa. Demi Alex kagak ngapa-ngapa. Daripada di sini lama-lama meresahkan kaum jomblo yang haus belai--aw, aw, aw." Kevin berhenti saat Mbak Lidia menjewer telinganya. "Nggak apa-apa. Pulang aja duluan, Mbak tahu dari sini kalian masih harus pergi ke yayasan. Nasi kotaknya udah kita siapkan di belakang tadi. Tinggal dimasukin ke bagasi." Wanita seumuran Mama itu tersenyum lembut. Seolah masih lekat dalam ingatan bagaimana dia bersujud di kaki Mama saat itu. Meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dia lakukan sembari menangis terisak-isak. Beruntung ko

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Awal Hidup Baru

    Satu tahun kemudian ....Tak ada luka yang benar-benar abadi. Waktu selalu punya cara untuk menyembuhkan nyeri yang ditanggung diri, hingga tiada keresahan merajai hati. Obat paling ampuh untuk menyembuhkan luka masa lalu adalah menciptakan kebahagiaan baru, bersama orang-orang baru, dan dalam circle lingkungan yang baru. Namun, sejauh apa pun kita berkelana mengarungi setiap kehidupan untuk mencari arti sebuah kebahagiaan. Keluarga tetaplah tempat terbaik untuk kembali. Mereka ada, mereka tinggal, dan mereka mengerti, konflik apa pun yang mewarnai lingkaran persaudaraan selalu ada celah untuk memaafkan. Tanpa sadar sembilan belas tahun sudah aku menghabiskan waktu mengejar sesuatu hanya berdasarkan emosi. Mengorbankan harga diri untuk tujuan yang tak pasti. Beruntung, dalam perjalanan yang menyesatkan aku menemukan orang-orang yang tepat untuk mencari jalan keluar dari lingkaran setan. Menerima uluran tangan para pahlawan tanpa tanda jasa yang bukan hanya mengorbankan waktu dan

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Selamat Datang

    Kurang dari sepuluh menit kami sudah sampai, karena kebetulan rumah sakit ini berada di pusat Kota tak jauh dari apartemen tempat tinggal kami. Om Lian kembali menggendongku keluar dari mobil dan langsung disambut perawat yang mengiringku untuk duduk di kursi roda.Kami masuk ke ruang persalinan. Para perawat membantuku berbaring di brankar lalu mulai menyiapkan alat-alat. Bisa kudengar beberapa kali bibir Om Lian bergumam, melafalkan do'a-do'a memohon pada Tuhan untuk mempermudah proses persalinan. Sesekali dia mengecup puncak kepalaku dan berbisik lirih agar aku tak lupa untuk berdo'a juga.Tak lama ... dokter Zayn masuk diikuti satu asisten yang sering kulihat di ruangannya. Dia adalah dokter yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Beberapa kali aku sempat check up dan USG dengannya, berdasarkan saran dari salah sati teman."Baru pembukaan sembilan, kita tunggu sebentar lagi, ya!" Dokter Zayn memulai sesi, dengan hati-hati dan lembut. Dia beralih menatap Om Lian. "Jadi, ini suam

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Kontraksi

    Tak terasa waktu sudah sampai di penghujung bulan Oktober. Hari ini usia kandunganku sudah memasuki 39 minggu. Rasa mulas, kram perut, lalu sakit pinggang dan kontraksi palsu sudah kurasakan akhir-akhir ini. Tak bisa tidur nyenyak karena perut yang membesar juga sudah kulewati beberapa bulan terakhir. Di kala aku terjaga di tengah malam, sudah di pastikan Om Lian juga terkena imbasnya. Tanpa diminta dia sering kali bangun dan memijat pinggangku untuk meringankan rasa pegal hingga tubuhku menjadi rileks dan terlelap kembali. Alhasil, dia terbangun dengan wajah kusut dan mata panda di keesokan harinya.Di dalam kamar apartemen yang sudah dua bulan terakhir ini aku dan Om Lian tempati, kulipat beberapa pakaian bayi ke dalam tas berukuran sedang untuk persiapan persalinan nanti.Di kamar ini, kami juga sudah mempersiapkan tempat tidur bayi. Benda itu Om Lian letakkan di pojok ruangan, samping ranjang kami. Supaya mempermudah bila di kecil rewel nanti.Beberapa hari yang lalu kamar ini

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Ejekan

    Saat ini kami tengah berkumpul di rumah Mbak Amira. Dalam formasi yang cukup lengkap. Hanya kurang beberapa orang yang masih belum berkenan untuk berbaur, setelah apa yang terjadi di masa lalu. Kami tengah Menikmati jamuan yang wanita baik hati itu sediakan sebagai bentuk rasa syukur karena kami berhasil melewati semua rintangan yang ada."Halah, masih gedean juga punya Bang Al, tapi kagak pernah, tuh dia pamerin. Itu baru otot bisep, loh. Belon nyang laen--""Jojo!" Mbak Zara memukul pelan lengan Bang Jojo. Wanita yang tengah hamil muda itu melotot."Iye, iye punya elu, Zar! Nggak akan ada yang gondol juga," cetus Bang Jojo dengan delikan mata khasnya.Sementara dua orang yang bersangkutan masih saja terlihat santai menanggapinya. Bang Alby, suami Mbak Zara yang juga paman Mbak Amira tentara berpangkat dua itu sejak tadi hanya tersenyum kecil. Sementara Om Lian tampak tak peduli dengan ocehan keponakannya, dan masih terjaga menggenggam tanganku."Oh, iya, Lea! Bulan ini kandungan kam

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Pelangi Setelah Badai

    Awalnya aku sudah pasrah dengan semua. Masuk perangkap Pak Wira, mengetahui fakta bahwa Kevin berkhianat, dan menyaksikan Om Lian dalam keadaan yang begitu mengenaskan. Kupikir saat itu azal kami akal segera tiba, tapi nyatanya takdir Tuhan adalah misteri yang tak pernah bisa disangka-sangka oleh manusia. Ternyata Kevin memenuhi janjinya. Dia datang di waktu yang tepat dan membawa serta semua Tim Mbak Amira. Keadaan pun berubah jauh lebih baik dari yang kukira. Dua bulan bahkan sudah berlalu dan semua mulai berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pak Wira ditemukan polisi dengan kondisi yang jauh lebih mengenaskan daripada Om Lian. Meskipun begitu dia tidak bisa lepas dari jeratan hukum setelah Delima dan teman-temannya mulai angkat bicara tentang bisnis perdagangan anak di bawah umur yang digawanginya. Pihak kedokteran juga mengatakan bahwa kondisi mental Pak Wira dalam keadaan sehat. Dengan kata lain dia tidak mengalami gangguan kejiwaan hingga membutuhkan rehabilitasi. Semua

  • Gadis Peliharaan Sugar Daddy   Kevin : Sebuah Rencana (2)

    "Ma."Mama menghentikan elusan tangannya di kepalaku."Hmm?""Kenapa saat itu Mama bersikukuh mempertahankan kehamilan padahal udah jelas aku anak haram."" .... "Mama tak menjawab. Keheningan panjang yang memuakkan memaksaku untuk bangkit dari posisi berbaring di pahanya. "Kalau saja saat itu aku nggak dilahirkan, kalau aja nggak bertahan dan tumbuh besar, aku nggak perlu menyaksikan semua kekejaman ini, Ma. Kalian nggak perlu menghancurkan rumah tangga orang lain, nggak akan ada dendam dan penderitaan atau lebih banyak pengorbanan. Lihat sekarang! Keegoisan Mama dan kakeklah yang menyebabkan semua kehancuran ini terjadi. Keegoisan kalianlah yang mengantarkan begitu banyak kebencian pada keluarga ini!" Akhirnya air mataku tak lagi bisa dibendung setelah berbulan-bulan hanya bungkam menyaksikan begitu banyak ketidakadilan. "Aku yakin Lea juga nggak akan bertindak sejauh ini kalau Mama berani bersikap tegas sejak awal. Sudah dua puluh tahun, Ma. Dua puluh tahun sejak Mama merampas a

DMCA.com Protection Status