Tak lama setelah Steven mengunjungi Ivan dan memeriksakan Urine kakak sepupunya...,Steven akhirnya kembali bekerja. Semua kembali seperti biasa dengan suasana kerja seperti biasa. Mungkin.., karena tidak semua tahu akun Steven.., hingga, tak ada yang tahu perihal pernikahan Steven dengan Jean. Saat ini.., Steven sendiri sudah mulai kembali bekerja di ruangannya. " Pagi, pak manager!" sapa Alice. "Pagi." "Kau terlihat lebih semangat setelah sebelumnya tampak kacau." kekeh Alice. " Kelihatan sekali, ya?" tanya Steven. "E heem. Apa yang membuatmu semangat, Sir?" goda Alice. " Kau akan mengetahui nya nanti." jelas Steven. " Bagaimana dengan kabar Jean?" tanya Alice. " Ia akan kemari nanti." jelas Steven. " Apa?" heran Alice. " Sudahlah! Kembali bekerja." kekeh Steven. ' Ya ya." keluh Alice yang masih penasaran. Dan.., benar saja, saat makan siang.., Jean datang ke kantor untuk membawakan makan siang Steven-sama seperti yang biasa Jean lakukan sebelum Steven menyentak tanga
Setelah di paksa berulang kali.., barulah Jean mau menuruti permintaan Steven. Setelah menyelimuti istrinya dan memastikan.., perut Jean nyaman.., Steven memilih kembali meneruskan pekerjaan yang sempat tertinggal. Tak lama.., ada yang memasuki ruangan Steven tanpa mengetuk ruangan terlebih dahulu. " Siapa?" heran Steven-sebelum akhirnya terkejut ketika melihat siapa yang memasuki ruangannya. " Setelah aku di pindah tugaskan.., aku tak menyangka jika kau lah yang akan menggantikan posisi ku-duduk di kursi itu." jelas Mr Kim. Mr Kim? Ya! Orang yang mengunjungi Steven adalah Mr Kim. Pria.., yang dulu pernah duduk di kursi yang sama dengan yang Steven gunakan saat ini. Pria yang dulu pernah Steven kagumi.., sekaligus.., awal ketakutan Steven. Tak heran! Karena Mr Kim yang blak-blakan mengatakan Steven Gay.., membuat Steven terancam akan di jahui teman-teman kantor nya. Jika bukan karena Jean.., mungkin.., Steven takkan ada di tahap ini. " ada perlu apa anda kemari?" tanya St
" By the way.., bagaimana kau bisa mengenal bawahan ku?" tanya Arnold. " Chaterine memiliki teman asrama pria." jelas Damien. " Teman asrama pria? Dan ia tak masalah?" heran Arnold. " Teman seasrama Chaterine mengaku seorang G dan pria ini adalah mantan kekasih dari teman seasrama Chaterine. " jelas Damien. " Bukankah kau memiliki istri yang sedang mengandung? " heran Arnold. " Istrinya itu yang menyembuhkan bawahan mu ini. " jelas Damien. " Aku baru tahu jika kelainan sexual yang menyimpang bisa sembuh dan kembali normal. " heran Arnold. " Teman Chaterine bahkan menikah dengan wanita dan istrinya juga sedang mengandung. " jelas Damien. " Apakah perkumpulan G mu tak masalah jika kau telah sembuh? " tanya Arnold. " Kebetulan.., teman-teman saya bukan perkumpulan yang Toxic. Mereka bahkan turut berbahagia jika ada salah satu dari kami yang sembuh. Dan jujur.., yang akhirnya sembuh dan akhirnya menjadi seorang ayah bukan hanya saya dan teman dari nona Chaterine saja. " jelas Ste
"Steve..," panggil Jean. " Ya?" tanya Steven. " Aku pulang dulu, okay?" tanya Jean. " Eh? Tunggu aku selesai kan tugasku dulu. Aku akan mengantarku." ucap Steven tak ingin Jean jalan. " Tapi.." ucap Jan ragu. Apa lagi.., masih ada pemimpin perusahaan juga orang kedua di perusahaan. " Atau.., kau bisa mengantar istrimu dulu aru lanjut mengerjakan tugasmu. " jelas Arnold. " Eh? " heran Steven. " Tak apa! Aku tahu yang kau rasakan. Saat.., kau selalu khawatir keadaan istrimu." jelas Arnold. " Kebetulan.., istrinya juga sedang mengandung. Dan dari pengamatanku..., istrimu ini sedang mengandung anak kembar, bukan?" jelas Damien. " Iya, sir." Jelas Steven. " Tak heran! istri dari Arnold juga sedang mengandung anak kembar. Itu sebabnya.., Arnold sangat mengerti perasaanmu. " jelas Damien. " Erm. Kau memiliki kendaraan? " tanya Arnold. " Tidak, sir. Rencananya.., saya ingin meminjam mobil kantor sekalian bertemu dengan Client. " jelas Steven. " Pakailah mobil kantor dulu. Aku aka
"Jadi., kau memberitahu Steven.., jika aku pergi?" Tanya Jean. Kebetulan.., Alice sedang bermain ke Apartment Steven. Dimana Jean juga tinggal di sana-karena.., Steven dan Jean telah menikah tentu saja. "Ya! Aku mengatakan kau sedang mengandung dan memilih pergi darinya." Jelas Alice. "Darinya? dari awal kau sudah tahu jika aku mengandung anak Steven?" Heran Jean. Bagaimanapun.., wanita itu ta pernah menceritakan apapun yang terjadi antara Steven dengannya. Wanita itu hanya menceritakan jika.., pria yang menjadi ayah dari janin yang di kandungnya.., pergi di pagi Hari tanpa menunggu Jean bangun. "Ya! meski.., saat itu aku melihat Mr Calvin mengikutimu.., akupun melihat Steven juga mengikutimu. Bahkan.., sedari awal pesta aku menyadari Steven selalu menatapmu dan seolah marah-jika, kau di tatap pria lain. Dari sana.., au sudah curiga.., jika, Steven sudah menyukaimu. Ia hanya menyangkal perasaannya.., karena belum pernah jatuh cinta dengan wanita sebelumnya. Itu sebabnya.., aku me
"Apa kabar?" Tanya Steven. "Seperti yang kau lihat." Jawab Ivan.Ya! Saat ini.., Steven sedang mengunjungi kakak sepupunya itu. "Kau terlihat baik." Jawab Steven duduk di kursi pengunjung. Sementara itu.., tampak Ivan hanya menatap ke arah Jean yang memilih duduk di luar ruangan untuk pengunjung. "Itu..," tanya Ivan terus menatap ke arah Jean. "Dia istriku." Ucap Steven. Ivan hanya menatap ke arah Jean-terutama perut wanita itu yang tampak membesar. "Dia.., hamil?" Tanya Ivan."Ya! kau akan menjadi seorang paman." Jelas Steven sambil menatap ke arah Jean dengan lembut. Membuat.., Ivan hanya terdiam menatap ke arah pria yang ternyata adik sepupunya itu. "Aku tak menyangka.., jika hidupmu jauh lebih baik setelah aku mengusirmu." Ucap Ivan. Kali ini.., Steven lah yang terdiam mendengar ucapan kakak sepupunya ini. "Kau tahu, Van.., dulu., setelah kau usir.., aku mengalami trauma berat. Aku bahkan sempat menjadi G." Jelas Steven berusaha jujur. "Apa? G? Kau bahkan akan menjadi seor
Dada Steven berdetak dua kali lebih cepat. Sama seperti.., saat pria itu menyadari perasaannya pada Jean. Kali ini.., ia juga jatuh cinta. Bukan berarti ia mengkhianati Jean. Karena.., ia merasakan dadanya berdebar dua kali lebih cepat.., saat pria itu mendengar detak jantung anak-anaknya yang sudah mulai berkembang di perut Jean.Ya! Saat ini.., Jean sedang melihat kondisi anak-anaknya dengan Ultrasonografi atau yang sering di kenal dengan USG. "Je..," isak Steven seolah terharu. "Ya, Steve?" Tanya Jean. "Ini anak-anak kita?" Tanya Steven mulai lirih. "Iya! ini anak-anak kita." Ucap Jean tak kalah terharu. "Terima kasih, Je.., terima kasih karena kau memberi sensasi luar biasa padaku." Lirih Steven menciumi tangan Jean-lalu.., beralih pada pipi wanita itu bergantian dengan pelipis Jean. "Anda akan lebih terharu ketika anak-anak anda terlahir kedunia, sir." Kekeh Chaterine. Steven hanya tersenyum. Namun.., matanya tak juga berhenti menitikkan air mata haru. Ia sungguh tak p
Bertahun-tahun telah berlalu. Dunia semakin maju. Namun.., tidak-dengan ego manusia. Terlihat dari.., masih begitu banyak keluarga yang menganut system patriarch-seolah.., itu adalah peraturan tidak tertulis dalam masyarakat. Dimana..., anak lelaki yang di utamakan. Dan anak perempuan di abaikan. Bahkan.., meski hak wanita sudah di setarakan..., masih banyak orang masih beranggapan.., jika, suatu hari nanti.., anak perempuan akan menjadi milik suaminya kelak ketika menikah. Berbeda dengan anak laki-laki yang selamanya milik orang tua. Tanpa mengetahui.., jika apa yang mereka lakukan akan melukai anaknya atau tidak. Karena.., menyadari adanya perbedaan kasih sayang yang mereka dapatkan-sebagai sesama anak.., dari orang tuanya.Terlahir dari rahim yang sama. Namun.., mendapatkan cinta yang berbeda. Orang.., yang seharusnya mengajarkan cinta pertama.., malah mengajarkan arti luka yang membuat trauma dan takut berhubungan. ***" Logan...," ucap seseorang memanggil seorang pria. P