"Tuan Alfred, apa dengan saya memberikan kertas biru ini anda akan melindungi saya dan Daniel dari tuan Terry? Saya menginginkan kejelasan yang pasti sebelum membuat keputusan," Samantha menyembunyikan kertas biru yang ia pegang di balik punggungnya, menjauhkan jangkauan benda itu agar Alfred tak bisa mengambilnya dengan paksa.Alfred tersenyum tipis. Mata hijau milik pria itu tampak menyipit, menyembunyikan berbagai emosi yang kini berkecamuk di hatinya. Pria itu mengetuk ngetuk meja menggunakan pulpen yang ia pegang, menimbulkan bunyi yang begitu khas di ruangan yang terasa luas itu.Di ruangan itu hanya ada mereka berdua, jadi otomatis Samantha sedikitnya terintimidasi dan tak bisa meminta tolong pada siapapun pada orang lain selain pada dirinya sendiri."Apa nona Samantha tak mempercayai kekuatan White Tiger hingga berani mempertanyakan hal itu?"Pertanyaan itu keluar dari mulut Alfred dengan nada rendah, terdengar mendominasi dan juga tegas, membuat lawan bicaranya terdiam dan t
Jam sudah menunjukan pukul 12 malam waktu setempat. Jessy kini tengah tidur dengan nyenyak di kasurnya, sendirian. Jane memutuskan untuk ke rumah kakaknya, Kai untuk menyusun lagi strategi agar bisa melarikan diri dari. Kelompok Terry.Untuk Alfred dan juga Jake, kedua pria dewasa itu memutuskan untuk pergi ke klub malam untuk mencari partner tidur. Jessy tak bisa melarang mereka untuk hal itu. Jessy merasa lebih bebas sendirian berada di tempat ini.Saat tengah bermimpi dengan indah, tiba tiba saja Jessy merasakan jika kasur yang sedang ia tiduri berderit, menandakan ada seseorang yang naik ke kasurnya. Gadis itu membuka matanya dengan perlahan untuk mengecek siapa yang masuk ke dalam kamar yang sedang ia tempati.Jessy mengerjapkan matanya sebentar untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke retinanya, sekaligus mengumpulkan kesadaran yang berceceran akibat sudah tertidur selama kurang lebih 4 jam.Saat matanya terbuka dan kesadarannya terkumpul sempurna, Jessy menemukan sosok pria yang
Keesokan paginya, Terry pun terbangun dari tidurnya sekitar pukul 8 pagi waktu setempat. Pria itu mengerjapkan matanya sejenak sambil berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Pria itu diam sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya yang sempat tercecer.Terry meregangkan badannya yang terasa sangat pegal seolah telah melakukan sesuatu. Perlahan, mata coklat itu terbuka dan menampilkan ruangan kamar hotel tempat ia sewa.Menyadari ada di tempat berbeda daripada yang ia ingat terakhir kali—yakni meja bar— Terry pun segera bangkit dari posisi berbaringnya. Karena pergerakannya yang tiba tiba, tentu saja kepalanya langsung berdenyut sakit."Akh...alkohol sialan," umpatnya kesal yang ditujukan pada dirinya sendiri. Terry memijat dahinya berusaha untuk mengurai rasa sakit yang sangat mengganggunya itu.Setelah dirasa kepalanya sudah tak sakit seperti sebelumnya, Terry pun membuka selimut yang membalut tubuh kekarnya. Akan tetapi, matanya kembali membelalak sempurna saat meli
"apa maksudmu jika nona Emily adalah ibu tirimu?"Daniel menghela napas, lalu segera mengalihkan tatapannya ke arah lain sambil mengaduk sedotan dari minuman Samantha tanpa minat. Pria itu kebingungan harus menjawab apa untuk menjawab pertanyaan kekasihnya.Selain keadaannya sangat rumit untuk dijelaskan, Daniel juga mencemaskan jika suatu saat nanti Terry akan memutuskan hubungan mereka berdua hanya karena kesalahan Samantha, seperti yang pria itu lakukan pada Kai dua tahun yang lalu.Melihat kekasihnya tampak tertekan dan juga kebingungan membuat Samantha tertegun. Gadis berambut mint itu sedikitnya menyesal karena sudah membicarakan topik yang sangat sensitif pada kekasihnya. Samantha menaruh tangannya diatas tangan milik Daniel, membuat pria berdarah Korea itu menolehkan kepalanya dan memusatkan seluruh atensinya pada gadis itu."Jika kau merasa terbebani untuk bercerita, lebih baik jangan. Aku tak akan memaksamu,""Bukan itu. Aku hanya kesulitan mencari kata yang pas untuk menje
Terry membuka surat yang kata supir yang ia perintahkan berada di tas milik Jessy. Mata milik pria berambut pirang itu membulat sempurna saat melihat dan membaca surat yang memang ditujukan padanya.GADIS MANIS INI AKAN AKU BAWA UNTUK MENCOCOKKAN DATA DENGAN KALUNG BANDUL HARIMAU MILIK KELOMPOK KAMI -ALFRED KANG-Terry segera menyobek kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Pria itu murka, namun menahannya karena disini bukanlah wilayah kekuasaannya. Pria itu tak mau membuat keributan di negeri orang dan berakibat sangat panjang untuk kedepannya."Perintahkan semua anak buah yang ada di Italia untuk menemukan kembali boneka kecilku. Jika tidak, kepala kalianlah taruhannya," perintah Terry lalu segera masuk ke dalam pesawat yang sebentar lagi akan berangkat. Para anak buah yang belum berangkat menundukkan kepala lalu segera berpencar untuk mencari keberadaan Jessy yang saat ini entah ada dimana. Sementara di sisi Terry sendiri, pria itu menatap jendela di sampingnya sembari me
"Terry," panggil Daniel yang baru saja masuk ke ruangan milik sang pria berambut pirang yang kini tengah berkutat dengan laptopnya. Terry tampak begitu serius, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam dan beberapa kali mengeluarkan umpatan kecil yang tak jelas.Mendengar ada yang memanggil namanya, Terry menolehkan kepala pada sumber suara, mengabaikan sejenak laptop yang ada di depannya dan memusatkan seluruh atensinya pada Daniel yang saat ini tengah memasang wajah lelah.Wajah pria berdarah Korea itu tampak sangat berantakan, dengan kantung mata hitam yang melingkar jelas di wajahnya. Selain itu, wajah Daniel tampak begitu kusam, menandakan jika ia kurang istirahat selama beberapa hari terakhir."Ada apa Daniel?" Tanya Terry singkat, padat dan jelas dengan nada suara dinginnya.Daniel menghela napas panjang, lalu menyodorkan sebuah file yang berisi tentang beberapa kerja sama yang harus Terry periksa. Bagaimanapun, Terry adalah orang yang berkuasa disini. "Ada beberapa kerja sa
"Hah? Apa maksud anda?" Tanya Jessy yang saat ini tengah membulatkan mata mendengar fakta yang baru saja ia dengar.Janet Fransisca? Rasanya ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Keningnya berkerut dalam mencoba mengingat nama itu. Matanya ya menyipit lucu dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.Akan tetapi, seberapa keras usaha Jessy untuk mengingatnya, ingatan itu tak muncul di kepalanya. Jessy mengerang kesal sekaligus frustrasi karena tak bisa mengingat informasi yang terbilang cukup penting untuk keadaan sekarang.Gadis itu menatap Alfred dengan tatapan polos miliknya karena ia tak mengingat nama yang terasa familiar itu, seolah meminta bantuan pada Alfred. Alfred terkekeh pelan, lalu menyendokkan satu sendok bubur pada mulut Jessy yang terbuka agar gadis itu bisa makan.Jessy tentu saja kesal karena Alfred memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa permisi. Dengan terpaksa, gadis itu pun menelan bubur yang disodorkan tanpa mengunyahnya karena bubur yang ia makan sangatlah lem
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk pergi ke Las Vegas menggunakan pesawat, Terry segera memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk segera menjemputnya dan beberapa orang yang ia bawa dari Washington, termasuk Daniel.Selama menunggu kira kira setengah jam, mobil yang di pesan oleh Terry pun datang. Ia dan Daniel langsung masuk ke dalam mobil itu, sementara para anak buahnya yang lain menaiki mobil yang berbeda. Mobil pun meninggalkan kawasan bandara menuju rumah sakit tempat Jessy di rawat."Kau yakin jika Jessy ada disana? Bisa saja ini adalah trik murahan yang digunakan oleh kelompok White Tiger untuk mengecoh kita semua," Terry yang sedang memeriksa beberapa file yang masuk di ponselnya pun menolehkan kepala pada sang lawan bicara. Dirinya tertegun dalam sesaat.Benar juga, karena panik dan merasa senang karena Jessy telah ditemukan membuatnya membuat keputusan bodoh dengan langsung datang ke Las Vegas tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah