Keesokan paginya, Terry pun terbangun dari tidurnya sekitar pukul 8 pagi waktu setempat. Pria itu mengerjapkan matanya sejenak sambil berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Pria itu diam sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya yang sempat tercecer.Terry meregangkan badannya yang terasa sangat pegal seolah telah melakukan sesuatu. Perlahan, mata coklat itu terbuka dan menampilkan ruangan kamar hotel tempat ia sewa.Menyadari ada di tempat berbeda daripada yang ia ingat terakhir kali—yakni meja bar— Terry pun segera bangkit dari posisi berbaringnya. Karena pergerakannya yang tiba tiba, tentu saja kepalanya langsung berdenyut sakit."Akh...alkohol sialan," umpatnya kesal yang ditujukan pada dirinya sendiri. Terry memijat dahinya berusaha untuk mengurai rasa sakit yang sangat mengganggunya itu.Setelah dirasa kepalanya sudah tak sakit seperti sebelumnya, Terry pun membuka selimut yang membalut tubuh kekarnya. Akan tetapi, matanya kembali membelalak sempurna saat meli
"apa maksudmu jika nona Emily adalah ibu tirimu?"Daniel menghela napas, lalu segera mengalihkan tatapannya ke arah lain sambil mengaduk sedotan dari minuman Samantha tanpa minat. Pria itu kebingungan harus menjawab apa untuk menjawab pertanyaan kekasihnya.Selain keadaannya sangat rumit untuk dijelaskan, Daniel juga mencemaskan jika suatu saat nanti Terry akan memutuskan hubungan mereka berdua hanya karena kesalahan Samantha, seperti yang pria itu lakukan pada Kai dua tahun yang lalu.Melihat kekasihnya tampak tertekan dan juga kebingungan membuat Samantha tertegun. Gadis berambut mint itu sedikitnya menyesal karena sudah membicarakan topik yang sangat sensitif pada kekasihnya. Samantha menaruh tangannya diatas tangan milik Daniel, membuat pria berdarah Korea itu menolehkan kepalanya dan memusatkan seluruh atensinya pada gadis itu."Jika kau merasa terbebani untuk bercerita, lebih baik jangan. Aku tak akan memaksamu,""Bukan itu. Aku hanya kesulitan mencari kata yang pas untuk menje
Terry membuka surat yang kata supir yang ia perintahkan berada di tas milik Jessy. Mata milik pria berambut pirang itu membulat sempurna saat melihat dan membaca surat yang memang ditujukan padanya.GADIS MANIS INI AKAN AKU BAWA UNTUK MENCOCOKKAN DATA DENGAN KALUNG BANDUL HARIMAU MILIK KELOMPOK KAMI -ALFRED KANG-Terry segera menyobek kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Pria itu murka, namun menahannya karena disini bukanlah wilayah kekuasaannya. Pria itu tak mau membuat keributan di negeri orang dan berakibat sangat panjang untuk kedepannya."Perintahkan semua anak buah yang ada di Italia untuk menemukan kembali boneka kecilku. Jika tidak, kepala kalianlah taruhannya," perintah Terry lalu segera masuk ke dalam pesawat yang sebentar lagi akan berangkat. Para anak buah yang belum berangkat menundukkan kepala lalu segera berpencar untuk mencari keberadaan Jessy yang saat ini entah ada dimana. Sementara di sisi Terry sendiri, pria itu menatap jendela di sampingnya sembari me
"Terry," panggil Daniel yang baru saja masuk ke ruangan milik sang pria berambut pirang yang kini tengah berkutat dengan laptopnya. Terry tampak begitu serius, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam dan beberapa kali mengeluarkan umpatan kecil yang tak jelas.Mendengar ada yang memanggil namanya, Terry menolehkan kepala pada sumber suara, mengabaikan sejenak laptop yang ada di depannya dan memusatkan seluruh atensinya pada Daniel yang saat ini tengah memasang wajah lelah.Wajah pria berdarah Korea itu tampak sangat berantakan, dengan kantung mata hitam yang melingkar jelas di wajahnya. Selain itu, wajah Daniel tampak begitu kusam, menandakan jika ia kurang istirahat selama beberapa hari terakhir."Ada apa Daniel?" Tanya Terry singkat, padat dan jelas dengan nada suara dinginnya.Daniel menghela napas panjang, lalu menyodorkan sebuah file yang berisi tentang beberapa kerja sama yang harus Terry periksa. Bagaimanapun, Terry adalah orang yang berkuasa disini. "Ada beberapa kerja sa
"Hah? Apa maksud anda?" Tanya Jessy yang saat ini tengah membulatkan mata mendengar fakta yang baru saja ia dengar.Janet Fransisca? Rasanya ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Keningnya berkerut dalam mencoba mengingat nama itu. Matanya ya menyipit lucu dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.Akan tetapi, seberapa keras usaha Jessy untuk mengingatnya, ingatan itu tak muncul di kepalanya. Jessy mengerang kesal sekaligus frustrasi karena tak bisa mengingat informasi yang terbilang cukup penting untuk keadaan sekarang.Gadis itu menatap Alfred dengan tatapan polos miliknya karena ia tak mengingat nama yang terasa familiar itu, seolah meminta bantuan pada Alfred. Alfred terkekeh pelan, lalu menyendokkan satu sendok bubur pada mulut Jessy yang terbuka agar gadis itu bisa makan.Jessy tentu saja kesal karena Alfred memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa permisi. Dengan terpaksa, gadis itu pun menelan bubur yang disodorkan tanpa mengunyahnya karena bubur yang ia makan sangatlah lem
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk pergi ke Las Vegas menggunakan pesawat, Terry segera memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk segera menjemputnya dan beberapa orang yang ia bawa dari Washington, termasuk Daniel.Selama menunggu kira kira setengah jam, mobil yang di pesan oleh Terry pun datang. Ia dan Daniel langsung masuk ke dalam mobil itu, sementara para anak buahnya yang lain menaiki mobil yang berbeda. Mobil pun meninggalkan kawasan bandara menuju rumah sakit tempat Jessy di rawat."Kau yakin jika Jessy ada disana? Bisa saja ini adalah trik murahan yang digunakan oleh kelompok White Tiger untuk mengecoh kita semua," Terry yang sedang memeriksa beberapa file yang masuk di ponselnya pun menolehkan kepala pada sang lawan bicara. Dirinya tertegun dalam sesaat.Benar juga, karena panik dan merasa senang karena Jessy telah ditemukan membuatnya membuat keputusan bodoh dengan langsung datang ke Las Vegas tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah
"Ayah yang menculik anak Alfred?" Tanya Terry lagi memastikan, takut jika ia salah mendengar."Benar, tuan. Selain itu, ayah anda hampir melecehkan Rosemary saat wanita itu tengah mengandung. Maka dari itu, tuan Alfred murka besar dan berakibat memusuhi kelompok Black Panther sampai sekarang," jawab Adiaz lagi yang membuat Terry tampak tercengang.Pria itu hampir saja menjatuhkan ponselnya ke bawah andai tak diraih oleh Daniel. Dengan sigap, tangan milik pria berdarah Korea itu menangkap ponsel yang saat ini masih tersambung.Ia ingin tahu mengapa sedari dulu kelompok White Tiger selalu membuat masalah dengan kelompok Black Panther. Tak mungkin jika hanya alasan itu saja yang menjadi pemicunya."Lalu, apa ada hal lain yang ingin kau laporkan pada kami?""Ada. Kelompok Black Panther yang waktu itu dipimpin oleh ayah anda adalah pengacau sekaligus pengkhianat di masa lalu saat kelompok White Tiger masih berjaya. Tuan Barbara membuat fitnah bahwa kelompok White Tiger adalah kelompok yan
Alfred menghela napas melihat reaksi yang Jessy berikan padanya. Gadis itu tak merasa senang ataupun gembira dengan berita ini, tapi malah menunjukkan sikap ketidak percayaan dan juga ragu.Hal ini tentu saja menggores hari Alfred. Wajah pria itu tampak menyendu dengan alis mata yang terlihat turun. Raut wajah Alfred terlihat murung dengan tubuh terkulai lemas seolah tak memiliki tenaga.Jessy menggaruk pipinya yang tak terasa gatal, bingung harus melakukan apa di situasi sekarang ini. Rasa canggung menyergap keduanya, membuat Jessy tampak tak nyaman. Tangan mungilnya dengan ragu menyentuh wajah Alfred yang kini tengah melihat ke tanah. Merasakan sentuhan kecil dan halus itu, Alfred mendongakkan kepala, kembali menatap wajah Jessy dengan tatapan sedih. Bibir pria itu terlihat terkunci dengan mata sayu yang membuat kondisi Alfred terlihat begitu menyedihkan."Apa bisa anda jelaskan lagi padaku apa yang anda katakan sebelumnya?" Tanya Jessy dengan nada sehalus sutera sembari mengusap