Jake terperanjat kaget dan terbangun dari tidurnya saat merasakan ada seseorang yang mendekati tubuhnya. Karena ruangan disekitarnya sangatlah gelap, ia tak bisa melihat apapun, termasuk orang itu.Mata Jake tertutup dengan erat, mencoba menekan rasa takut yang saat ini sedang melanda dirinya. Pria yang sering berbicara dengan aksen Australia itu pasrah pada dirinya sendiri apabila "orang itu" akan mengeksekusi dirinya.Dalam ketakutannya, Jake bisa merasakan tangan seseorang yang saat ini menyentuh tubuhnya secara acak, seolah tengah mencari sesuatu. Walaupun dalam keadaan gelap, Jake bisa merasakan ada benda tajam yang menyentuh kulitnya, yang ia perkirakan adalah pisau.Hatinya sudah lelah untuk berdoa agar selamat, jadi Jake memilih untuk berpasrah saja tanpa melakukan perlawanan. Namun, yang tak ia duga adalah ikatan tali pada tubuhnya mengendur secara perlahan, sebelum akhirnya benar benar terlepas. Selain itu, Jake juga bisa merasakan jika orang asing itu melepas lakban yang m
Terry terdiam mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Daniel. Matanya membulat dengan tatapan penuh amarah. Rahangnya mengetat dengan tangan yang mengepal kuat, membuat buku buku tangannya terlihat memutih. Untung saja kuku Terry tak menancap di telapak tangannya yang terluka. Jika iya, maka habislah nasib Terry saat itu juga. Hal ini karena Jessy dengan senang hati akan membuat telinga terry merasa pengang akibat diceramahi oleh gadis tawanannya. Terdengar aneh memang ketika tawanan memarahi "majikannya". Akan tetapi, hal ini dimaklumi oleh Terry sendiri karena pria itu menganggap jika Jessy memiliki perasaan lebih padanya, padahal kenyataannya tak seperti itu.Daniel sudah menduga reaksi yang diberikan oleh sahabatnya itu. Pria keturunan Korea itu menghela napas panjang sembari menepuk pelan bahu lebar milik Terry, mencoba menguatkan pria itu dengan fakta yang baru ia dengar hari ini. "Aku tahu kalau kau terdengar kecewa mengetahui ini semua. Tapi bukankah jauh lebih baik mengetah
Suasana semakin memanas diantara Terry dan juga Emily. Banyak pasang mata yang kini melihat pertikaian mereka berdua sambil berbisik bisik satu sama lain. Pertikaian ini rasanya sangat tak pantas terjadi ketika perkumpulan para ketua mafia akan diadakan sebentar lagi.Melihat kerumunan yang berkumpul semakin banyak dan memusatkan perhatian mereka padanya, Terry menghela napas dan segera menarik Jessy dan Emily ke pojok ruangan agar tak ada seorang pun yang ikut campur masalah ini. Kerumunan itu pun membubarkan diri karena sang bintang utama sudah melarikan diri dari tempat perjamuan.Jessy tersentak kaget saat tangannya ditarik paksa begitu saja oleh sang ketua mafia. Langkahnya terseok seok karena kakinya yang masih sakit akibat terkilir kemarin. Ringisan kecil keluar dari bibirnya yang mungil.Untuk Emily sendiri, ia merasa senang karena Terry kini tak lagi mengabaikannya seperti sebelumnya. Walaupun rasa kesal masih bercokol di hatinya karena kekasihnya itu malah mengajak Jessy jug
"Ini jauh lebih gila daripada dugaanku. Kau serius ia melakukan hal keji ini padamu, Jake?" Archer bertanya dengan wajah tak percaya saat melihat gulungan kertas yang dibawa oleh Jake. Saat ini, keduanya sedang berada di apartemen mewah milik Archer untuk membahas mengenai kode rahasia yang berada di belakang kalung milik Jessy.Jake yang tengah memakan sepotong pizza pun menganggukkan kepala tanpa berkata apapun karena mulutnya benar benar penuh dengan makanan. Tak diberi makan dua hari membuat perutnya kelaparan bukan main. Maka dari itu, ketika Archer memberikannya sekotak pizza, pria itu langsung menyantapnya. Archer memutar mata malas melihat Jake yang lebih mirip orang kelaparan yang tak diberi makan berminggu minggu. Pria berambut cepak itu menatap jijik pada Jake yang menjilati saus yang menempel pada jarinya.Jake kembali memusatkan perhatiannya pada gulungan kertas yang ia temukan, serta bandul serupa yang mirip dengan milik Jessy. Keduanya memperhatikan benda itu dengan s
"Daniel, keluarlah dan temani boneka kesayanganku. Aku tak mau ia diambil oleh orang lain," perintah Terry saat ia baru saja duduk di sebuah kursi yang bertuliskan namanya. Namun entah karena kesalahan teknis atau apa, Terry malah satu meja dengan Emily, kekasihnya. Terry tentu saja kaget, namun ia tak menunjukannya secara langsung. Sebagai seorang ketua mafia yang dikenal dingin, Terry harus menjaga wibawanya agar tak sampai jatuh, apalagi hanya karena satu meja dengan Emily, orang yang paling ingin ia hindari saat ini."Kenapa tidak kau saja yang menemaninya? Aku tidak keberatan mewakilkanmu disini," Daniel memberi usulan pada Terry untuk menggantikan dirinya di pertemuan penting ini. Walaupun banyak yang menganggap jika Daniel adalah bawahan Terry, tetapi sebenarnya itu kurang tepat. Karena pada kenyataannya, Daniel itu juga adalah ketua Mafia. Namun karena ada beberapa masalah dalam kelompok yang tengah ia pimpin, akhirnya pria itu bersembunyi di markas Terry sambil memantau "o
"Archer, tolong lihat arti angka itu di buku bersampul coklat. Aku belum memeriksa dan mencocokkannya dengan buku itu," perintah Jake dengan nada serius sambil membolak balikan buku bersampul hijau yang saat ini berada dalam genggaman tangannya. Sekedar informasi, Jake dan Archer kini berada di kamar Archer yang terlihat cukup berantakan, dengan baju kotor yang berserakan di lantai, remah makanan yang tersebar dimana mana bahkan sampai ada kondom bekas yang ada di tempat sampah kecil di sudut ruangan. Jake menatap jijik pada sahabatnya yang terlihat jorok itu."Aku sedang sibuk," balas Archer singkat. Jake menolehkan kepalanya dan segera melihat kearah pria berambut cepak itu dengan tatapan tajam."Sibuk apanya? Aku sedang melihat jika kau sedang bermain ponsel sambil tertawa seperti orang gila," ejek Jake dengan senyuman miringnya yang terlihat begitu menyebalkan.Archer mengalihkan tatapannya dari ponsel yang sedang ia pegang di tangannya ke arah lawan bicaranya dengan tatapan taj
"Kenapa kau lama sekali, Kai? Apa ada yang mengganggu perjalananmu?" Tanya seorang pria dengan mata berwarna hijau yang begitu mencolok. Kai yang mendengar suara itu langsung menundukkan kepala sebagai tanda hormat pada pria itu."Maafkan saya, Tuan Alfred. Ada insiden kecil saat saya sedang dalam perjalanan kemari," ujar Kai dengan nada datar namun tak meninggalkan kesan hormatnya. Pria dengan mata amber itu bersikap berpura pura tenang, walau berbanding terbalik dengan jantungnya berdetak kencang terasa hampir meledak saat ini.Sang ketua Mafia dari kelompok White Tiger itu menghela napas panjang seraya memutar mata malas mendengar alasan yang dilontarkan oleh anak buahnya itu. Alfred menatap Kai dengan tatapan datar khasnya sambil menyilangkan tangan di depan dada.Ekspresinya tidak terbaca sama sekali layaknya sebuah robot. Hal ini tentu saja membuat kai merasa terintimidasi. Pria itu bahkan sampai meneguk ludahnya secara paksa untuk menetralkan rasa gugup yang melanda dirinya."
"Hah, aku bosan," keluh Emily yang saat ini telah mengipasi dirinya sendiri. Saat ini dirinya tengah berada di aula pertemuan dan mendengarkan seorang pembicara yang tengah membicarakan tentang kehidupan para mafia di masa yang akan mendatang, beserta rencana-rencana yang mungkin akan dilakukan untuk memperluas jaringan sekaligus memperlebar kerjasama antar ketua mafia.Daniel yang mendengar ocehan itu memutar mata malas disertai dengan gerutuan kecil. Keluhan yang keluar dari mulut Emily yang tidak ada habisnya membuat telinganya pengang hingga merasa berdenging sekarang. Jika saja Emily bukanlah kekasih dari Terry, maka sedari tadi Daniel tidak akan segan-segan untuk membungkam mulut Emily agar membuat agar wanita itu diam dan tidak berisik lagi."Lebih baik tutup mulutmu kalau tidak mau kurobek saat ini juga, jalang sialan!" Umpat Daniel dengan rahang mengetat disertai dengan nada marah yang begitu kentara terdengar di udara, membuat Emily yang yang mendengarnya bergidik ngeri seka
Jessy menolehkan kepalanya pada sumber suara, yakni Terry yang saat ini menatap tajam ke arahnya. Jessy merasa ciut dan ketakutan melihatnya, hingga ia memeluk Alfred kembali dengan sangat erat sembari menyembunyikan wajahnya. Gadis itu merasa terintimidasi dengan tatapan Terry yang terlihat sangat mematikan."Jessy, aku sedang bicara padamu. Tolong lihat aku,"Terry berkata dengan nada tegas dan juga dominan, membuat jiwa submissive Jessy keluar begitu saja. Jessy membalikkan tubuhnya hingga kini berhadapan dengan pria berambut pirang itu.Gadis itu menundukkan kepalanya hingga poni miliknya yang sudah memanjang menutupi wajahnya. Gadis itu memegang erat ujung baju yang ia kenakan, pertanda jika tengah takut dan juga gugup. Terry menghela napas kasar lalu mengangkat dagu Jessy dengan jari telunjuknya agar gadis itu bisa bertatapan dengannya.Tatapan keduanya bertemu. Mata doe hijau milik Jessy yang saat ini memerah karena sedang menangis kini bertatapan dengan manik coklat milik Terr
"Apa ini semacam taruhan?" Terry menggelengkan kepalanya, lalu segera mendekati Jessy yang saat ini tengah memiringkan kepalanya, tak mengerti dengan pembicaraan diantara dua pria berbeda generasi itu.Begitu sampai di hadapan Jessy, Terry meletakkan salah satu tangannya di perut milik gadis itu, lalu mengusapnya dengan cara melingkar. Pria itu memejamkan mata seolah menikmati kegiatan yang ia lakukan.Jessy tentu saja kaget mendapat perlakuan lembut seperti itu. Terry memang baik padanya, tapi dia pasti selalu memiliki niat terselubung. Makanya ia curiga jika Terry tengah merencanakan sesuatu padanya.Akan tetapi, sekalipun Jesy tengah mencurigai Terry, Jessy tak menepis tangan milik Terry dari perutnya dan membiarkan Terry berbuat sesukanya, selama masih berada di batas wajar. Entah kenapa, ada rasa senang yang hinggap di hatinya. Seperti ada kupu kupu yang berterbangan dalam perutnya, menimbulkan sensasi menyenangkan yang tak diketahui sebabnya. Apakah ia senang dengan usapan itu
"Apa maksudmu jika Jessy tengah hamil?" Alfred kini menatap Terry dengan tatapan tajam.Pria bermata hijau itu tak terima jika Terry mengatakan hal yang tidak tidak pada Jessy yang baru saja siuman. Terry tersenyum, lalu menolehkan kepalanya pada Jessy yang saat ini menatapnya penuh kebingungan.Mata gadis itu tampak mengerjap lucu dengan bibir mengerucut lucu karena tak mengerti alasan Terry malah membahas "hal itu". Kepalanya terlihat dimiringkan yang membuat Jessy tampak begitu menggemaskan. Terry tertawa kecil melihat tingkah Jessy yang begitu menghibur dirinya. Setelah itu, Terry memusatkan kembali perhatiannya pada Alfred yang menunggu jawabannya. Percakapan diantara keduanya tampak begitu intens seolah ini adalah meja perang (meja debat)."Kurasa anda tak terlalu bodoh untuk mengerti arti ucapan saya, tuan," ujar Terry dengan senyuman tipis yang terpatri di wajah tampannya.Nada suara setenang air itu sedikitnya mengusik hati Alfred. Apa pria di depannya itu tak merasa bersala
Terry kini sudah tiba di depan rumah sakit yang kabarnya tempat Jessy dirawat. Pria berambut pirang itu segera turun dari mobil dan melangkah dengan gagah menuju ke depan gerbang rumah sakit, diikuti oleh para anggotanya yang lain yang mengikuti dari belakang.Saat berada di depan gerbang, langkah Terry harus terhenti karena seorang pria berpakaian serba merah dengan aksen lambang harimau putih mencegahnya masuk. Terry menatap tajam orang itu dengan mata cokelatnya, karena perjalanannya harus tertunda. Ini sama artinya dengan membuang waktunya yang berharga untuk mencari Jessy."Mengapa aku dihentikan seperti ini, heh?""Maaf, Tuan. Tapi anda tak diizinkan masuk ke wilayah ini," ujar pria yang tengah mengenakan kacamata itu dengan suara berat.Terry tersenyum miring. Ia yang tak terima dengan perkataan itu langsung merogoh saku celananya dan menodongkan pistol tepat di dahi pria itu. Bisa dilihat jika salah satu anak buah dari kelompok White Tiger yang berhadapan dengannya meneguk lu
Alfred menghela napas melihat reaksi yang Jessy berikan padanya. Gadis itu tak merasa senang ataupun gembira dengan berita ini, tapi malah menunjukkan sikap ketidak percayaan dan juga ragu.Hal ini tentu saja menggores hari Alfred. Wajah pria itu tampak menyendu dengan alis mata yang terlihat turun. Raut wajah Alfred terlihat murung dengan tubuh terkulai lemas seolah tak memiliki tenaga.Jessy menggaruk pipinya yang tak terasa gatal, bingung harus melakukan apa di situasi sekarang ini. Rasa canggung menyergap keduanya, membuat Jessy tampak tak nyaman. Tangan mungilnya dengan ragu menyentuh wajah Alfred yang kini tengah melihat ke tanah. Merasakan sentuhan kecil dan halus itu, Alfred mendongakkan kepala, kembali menatap wajah Jessy dengan tatapan sedih. Bibir pria itu terlihat terkunci dengan mata sayu yang membuat kondisi Alfred terlihat begitu menyedihkan."Apa bisa anda jelaskan lagi padaku apa yang anda katakan sebelumnya?" Tanya Jessy dengan nada sehalus sutera sembari mengusap
"Ayah yang menculik anak Alfred?" Tanya Terry lagi memastikan, takut jika ia salah mendengar."Benar, tuan. Selain itu, ayah anda hampir melecehkan Rosemary saat wanita itu tengah mengandung. Maka dari itu, tuan Alfred murka besar dan berakibat memusuhi kelompok Black Panther sampai sekarang," jawab Adiaz lagi yang membuat Terry tampak tercengang.Pria itu hampir saja menjatuhkan ponselnya ke bawah andai tak diraih oleh Daniel. Dengan sigap, tangan milik pria berdarah Korea itu menangkap ponsel yang saat ini masih tersambung.Ia ingin tahu mengapa sedari dulu kelompok White Tiger selalu membuat masalah dengan kelompok Black Panther. Tak mungkin jika hanya alasan itu saja yang menjadi pemicunya."Lalu, apa ada hal lain yang ingin kau laporkan pada kami?""Ada. Kelompok Black Panther yang waktu itu dipimpin oleh ayah anda adalah pengacau sekaligus pengkhianat di masa lalu saat kelompok White Tiger masih berjaya. Tuan Barbara membuat fitnah bahwa kelompok White Tiger adalah kelompok yan
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk pergi ke Las Vegas menggunakan pesawat, Terry segera memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk segera menjemputnya dan beberapa orang yang ia bawa dari Washington, termasuk Daniel.Selama menunggu kira kira setengah jam, mobil yang di pesan oleh Terry pun datang. Ia dan Daniel langsung masuk ke dalam mobil itu, sementara para anak buahnya yang lain menaiki mobil yang berbeda. Mobil pun meninggalkan kawasan bandara menuju rumah sakit tempat Jessy di rawat."Kau yakin jika Jessy ada disana? Bisa saja ini adalah trik murahan yang digunakan oleh kelompok White Tiger untuk mengecoh kita semua," Terry yang sedang memeriksa beberapa file yang masuk di ponselnya pun menolehkan kepala pada sang lawan bicara. Dirinya tertegun dalam sesaat.Benar juga, karena panik dan merasa senang karena Jessy telah ditemukan membuatnya membuat keputusan bodoh dengan langsung datang ke Las Vegas tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah
"Hah? Apa maksud anda?" Tanya Jessy yang saat ini tengah membulatkan mata mendengar fakta yang baru saja ia dengar.Janet Fransisca? Rasanya ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Keningnya berkerut dalam mencoba mengingat nama itu. Matanya ya menyipit lucu dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.Akan tetapi, seberapa keras usaha Jessy untuk mengingatnya, ingatan itu tak muncul di kepalanya. Jessy mengerang kesal sekaligus frustrasi karena tak bisa mengingat informasi yang terbilang cukup penting untuk keadaan sekarang.Gadis itu menatap Alfred dengan tatapan polos miliknya karena ia tak mengingat nama yang terasa familiar itu, seolah meminta bantuan pada Alfred. Alfred terkekeh pelan, lalu menyendokkan satu sendok bubur pada mulut Jessy yang terbuka agar gadis itu bisa makan.Jessy tentu saja kesal karena Alfred memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa permisi. Dengan terpaksa, gadis itu pun menelan bubur yang disodorkan tanpa mengunyahnya karena bubur yang ia makan sangatlah lem
"Terry," panggil Daniel yang baru saja masuk ke ruangan milik sang pria berambut pirang yang kini tengah berkutat dengan laptopnya. Terry tampak begitu serius, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam dan beberapa kali mengeluarkan umpatan kecil yang tak jelas.Mendengar ada yang memanggil namanya, Terry menolehkan kepala pada sumber suara, mengabaikan sejenak laptop yang ada di depannya dan memusatkan seluruh atensinya pada Daniel yang saat ini tengah memasang wajah lelah.Wajah pria berdarah Korea itu tampak sangat berantakan, dengan kantung mata hitam yang melingkar jelas di wajahnya. Selain itu, wajah Daniel tampak begitu kusam, menandakan jika ia kurang istirahat selama beberapa hari terakhir."Ada apa Daniel?" Tanya Terry singkat, padat dan jelas dengan nada suara dinginnya.Daniel menghela napas panjang, lalu menyodorkan sebuah file yang berisi tentang beberapa kerja sama yang harus Terry periksa. Bagaimanapun, Terry adalah orang yang berkuasa disini. "Ada beberapa kerja sa